My Aunt My Hero [END].

By icegrll_

305K 28.8K 3.5K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] (PART MASIH LENGKAP, RINGAN KONFLIK.) SAYA MENANTANG KALIAN BACA CERITA INI. Agatha... More

Prolog.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
22.
End.
Ekstra Part.

21.

11.3K 976 108
By icegrll_

"Val!" teriak Araxi sambil berlari menuju parkiran menghampiri Valent.

Dengan napas yang tidak beraturan, Araxi berusaha mengaturnya agar dia bisa mengatakan sesuatu pada Valent.

Valent yang melihat itu, menuntun Araxi untuk menarik napas dalam-dalam dan membuangnya pelan. "Kayak gitu terus, sampe tenang."

Merasa sudah lebih baik, Araxi langsung menarik lembut tangan Valent. "Gue minta tolong sama lo, tolong banget ini mah. Jemput Vanda di sekolah dong, gue ada... urusan penting."

Tentu Valent merasa bingung dengan sikap Araxi, tidak biasanya dia seperti ini. "Lo kenapa dah, Ar?"

"Aduh, pokonya tolong banget, ya. Lo yang jemput Vanda dulu, ya. Um... bawa dia ke rumah lo dulu nggak apa-apa, kan?"

"Ya, nggak masalah, sih. Mau nginep di rumah gue juga nggak apa-apa. Cuma, lo kenapa, kayaknya penting banget urusan kali ini."

Tanpa mengulur waktu lagi, Araxi langsung membuka pintu mobilnya. "Penting banget, dah... gue duluan, ya. Lo jemput ade gue baik-baik, jangan lupa kasih makan sama kasih minum, oh iya lo tau, kan ade gue kayak apa modelnya, dia cerewet sekaligus centil. Jadi, maklumin aja, oke. Bye!"

"Yeh... jahat amat gue, ade sahabat sendiri nggak gue kasih makan sama kasih minum. Dah, sana lo buruan kelarin urusan penting lo itu, Vanda aman dan nyaman sama gue," ucap Valent. Setelah itu mobil Araxi berlaju dengan kecepatan sedang.

_MAMH_

Valent sudah sampai di sekolahan. Dia menunggu bel pulang berbunyi yang Pak satpam katakan sekitar lima menit lagi KBM selesai.

Ternyata kurang dari lima menit bel pulang sudah berbunyi.

Valent tersenyum saat mendapati Agatha yang sedang berjalan keluar gerbang bersama Vanda.

Namun, saat hendak menghampiri Agatha. Vanya sudah lebih dulu berada di sana, senyuman Valent luntur detik itu juga.

Dia melihat Vanya yang menarik tangan Agatha kemudian membawanya ke mobil.

"Vanya...." panggil Valent.

Agatha langsung menoleh saat mendengar suara aunty-nya. "Aunty!" pekiknya senang, dia rindu Valent, dan dia ingin sekali segera pulang ke rumah Valent.

Agatha berlari dan langsung memeluk Valent. "Aunty, Agatha kangen...."

Valent tersenyum sekaligus merasa senang saat kata itu terucap dari bibir Agatha. "Aunty lebih kangen kamu, kapan Agatha mau pulang?"

"Se–"

"Dua hari lagi, ya. Gue masih mau sama Agatha," potong Vanya.

Bisa gagal rencana gue yang tinggal selangkah lagi, kalo sampe anak sialan itu pulang ke rumah Valent. batin Vanya.

"Tapi, Aunty... mama ga–"

"Tenang aja, Val. Agatha aman sama gue, kok. Dia makan tepat waktu, kalo malam pasti ngerjain PR, pagi always sarapan," ucap Vanya, kembali memotong perkataan Valent.

Lemes banget si tuh anak mulutnya, bisa abis gue kalo sampe dia kasih tau ke Valent gue ngelantarin dia di apartement dan sering bikin dia kelaperan, batin Vanya.

Valent tersnyum, kemudian mengangguk, dan mengusap pipi Agatha dengan lembut. "Agatha nginep sama mama, ya dua hari lagi, kasian mamanya masih mau Agatha nginep."

Agatha ingin menolak, namun Vanya menatapnya tajam, memberikan ancaman lewat matanya itu. Dengan terpaksa Agatha mengangguk.

Vanya tersenyum palsu, dia menarik lembut tangan Agatha. "Kalo gitu, kita pulang... Agatha pasti laper abis belajar di sekolah."

"Hati-hati, jaga Agatha ya, Va," pesan Valent.

Kakaknya itu hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian memasuki mobilna bersama Agatha, beberapa detik kemudian mobil Vanya berlaju kecepatan sedang.

"Aunty Valent... kak Araxi mana? Kok, nggak ada? Dia belum jemput aku?" tanya Vanda.

Valent mengacak pelan rambut gadis kecil yang centil dan cerewet itu. "Kak Araxi lagi ada urusan penting, jadi... aunty yang jemput kamu. Abis ini kamu di rumah aunty dulu, ya. Nanti kak Araxi jemput di rumah aunty."

Vanda mengerutkan keninganya sebentar. "Emang ada yang lebih penting daripada jemput adenya sendiri?"

Valent terkekeh mendengar itu, benar kata Araxi. Vanda itu cerewet. "Kamu gemesin, udah ayok kita pulang, emang kamu nggak mau makan? Nggak laper?"

"Eitts... laper dong jelas, masa nggak," ucap Vanda, kemudian menaiki motor Valent, sedangkan si pemilik motor menggeleng sambil terkekeh kecil.

_MAMH_

Araxi mengendari mobilnya dengan pelan, sesekali dia bertanya pada orang-orang sambil menunjukan foto pria yang sudah mempermainkan hatinya.

Dicky. Yah, Araxi sedang mencarinya.

Dia juga terus menghubungi pria itu meski berkali-kali nomornya tidak dapat dihubungi, tidak lupa juga Araxi menghubungi teman-teman Dicky yang Araxi kenal, namun hasilnya... nihil.

Sudah tiga jam mencari Dicky, Araxi tidak menemukan apa pun. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Sibuk mencari pria itu, dia sampai lupa untuk mengisi perutnya sendiri.

Araxi melihat warteg, dia langsung masuk dan memesan makanan di sana.

Saat ingin duduk, ternyata penuh. Araxi jadi bingung harus duduk dan makan di mana, namun dia punya ide untuk makan di mobil saja, tetapi ada seseorang yang menawarinya bangku.

"Duduk sini aja, Mbak. Saya udah sele–" Ucapannya terhenti, saat melihat siapa yang sedang dia ajak bicara.

"Araxi?" gumamnya.

Araxi pun merasa seperti mimpi, tiga jam mencarinya dan sekarang ketemu juga.

Tanpa basa-basi, Araxi menarik Dicky dan membawa pria itu masuk ke mobilnya, bahkan dia sampai lupa sudah memesan makanan. Ah, biarkan! Laparnya hilang seketika, terganting dengan rasa senang.

Senang? Araxi tidak tahu, kenapa dia begitu senang setelah menemukan Dicky, seolah tidak terjadi apa pun pada mereka berdua sebelumnya.

Setelah masuk ke mobil, Araxi melajukan mobilnya dan membawa Dicky ke sebuah kafe terdekat. Araxi memilih tempat private, supaya dia bisa berbicara dengan Dicky tanpa merasa terganggu.

"Dari mana aja lo? Kenapa bisa di warteg?" tanya Araxi tanpa menatap Dicky.

Tidak tahu harus menjawab apa, Dicky tidak peduli dengan pertanyaan itu, dia hanya ingin melakukan sesuatu pada Araxi.

"Ar... sorry," lirihnya, kemudian mengenggam tangan Araxi.

Ada rasa sesak saat Dicky mengucapkan kata maaf, ditambah pria itu mengenggam tangannya. Tidak bohong, Araxi masih mencintai Dicky dan merindukan pria itu.

Dicky menghapus air mata yang jatuh di pipi Araxi, dia menariknya dan mendekapnya dalam pelukan. Semua ingatan bagaimana dia menyakiti Araxi baik secara langsung ataupun tidak. Dicky sangat-sangat menyesalinya.

"Maafin aku, Ar," lirihnya lagi, kali ini Dicky menahan napasnya untuk beberapa detik, cairan bening itu jatuh dan dia biarian begitu saja, Dia menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher Araxi.

Penyesalan, rasa bersalah. Menjadi satu di hati Dicky.

Dicky tidak akan berharap banyak, dia tidak berharap Araxi akan menerimanya kembali, tetapi yang Dicky inginkan hanyalah mendapat maaf dari hati yang sudah dia patahkan.

Melepas pelukan itu, Araxi menangkup wajah Dicky. Dia melihat pria itu memejamkan matanya, dan air mata kembali jatuh. Araxi menghapusnya. "Kok, nangis? Jangan nangis... nanti aku ikutan."

Membuka matanya dan tersenyum kecil. Dicky mengenggam tangan Araxi. "Maafin aku, Ar."

"Aku udah maafin kamu, Ky." Araxi langsung memeluk Dicky lagi, sungguh. Memang sakit, tetapi rasa sayang dan cintanya jauh lebih besar daripada rasa sakitnya.

"Aku boleh minta sesuatu nggak?" tanyanya, menatap Dicky kembali.

Dicky mengangguk dan merapihkan rambut Araxi yang sedikit berantakan. "Apa?"

"Kita mulai dari awal, ya. Semuanya... kita perbaiki, kamu mau?" tanya Araxi.

Dicky mengerjapkan mata beberapa saat, harusny dia yang meminta seperti itu, tetapi kenapa jadi Araxi. Sungguh, rasa bersalah menimpanya seribu kali lipat ganda sekarang. "Ar, yang harusnya minta gitu aku, kenapa jadi kamu? Aku yang lakuin kesalahan, bukan kamu."

Araxi menggeleng. "Aku nggak mau kamu merasa bersalahnya kebangetan. Di sini aku jujur, aku juga masih sayang banget sama kamu, aku kangen kamu. Aku...." Ucapannya terhenti, karena Dicky menyatukan bibir mereka secara tiba-tiba. Untuk beberapa saat Dicky melumatnya dengan lembut. Araxi juga membalas, dia rindu pria yang sekarang sedang mencium bibirnya.

Setelah merasa cukup, Dicky menyudahinya dan mengelap bibir Araxi yang basah karenanya. "Aku bener-bener minta maaf. Harusnya aku nggak pantes dapet maaf dari kamu, tapi sekarang kamu mau kasih aku kesempatan buat memperbaiki semuanya."

Araxi menaruh telunjuknya di bibir Dicky. "Bukan kamu doang yang bakal memperbaiki semuanya, tapi aku juga, aku dan kamu, Kita. Bakal perbaiki semuanya dari awal, dari dasar."

"Jadi kita?" tanya Dicky.

Araxi tersenyum. "Kita balikan, Sayang." Araxi kembali mencium Dicky, mereka berdua sama-sama melepas rindu lewat ciuman itu.

Araxi.... jika kalian pikir dia bodoh, KALIAN SALAH BESAR.

Araxi berusaha untuk berdamai dengan rasa sakitnya, dengan permasalahan, dengan pengkhianatan, dan dengan keadaan.

Berhasil berdamai. Araxi bisa menghilangkan rasa itu, dia tidak ingin menaruh benci dan merusak suasana hatinya sendiri.

Orang hebat, bukan mereka yang berhasil melupakan masalahnya dan pergi setelah disakiti, tetapi orang hebat adalah... mereka yang mampu berdamai dengan rasa sakit itu sendiri.

Araxi juga berpikir, kalau hubungannya dengan Dicky masih bisa diperbaiki.

Araxi bukan seperti kebanyakan perempuan lain. Yang jika diselingkuhi akan mengalah begitu saja, tidak. Araxi pergi sementara waktu untuk menenangkan diri dan mencari cara agar bisa berdamai.

Araxi sendiri juga sangat yakin, kalau hubungan Dicky dengan Michelle tidak akan bertahan lama. Karena hubungan yang salah akhirnya tidak akan benar.

Hubungan yang di dasari atas nama perselingkuhan, akhirnya tidak akan lama.

Perselingkuhan tidak akan abadi, Araxi percaya itu. Araxi percaya yang menjadi miliknya tentu akan kembali padanya, dan sekarang sudah terbukti.

"Aku udah tau semuanya dari Heazel." Dia mengeluarkan dompet dan memberi sebuah kartu ATM pada Dicky. "Inget ATM ini? Ini ATM khusus tabungan kita berdua buat di masa depan. Di dalemnya ada uang kamu ada  uang aku juga. Kamu pake ini buat sementara waktu. Seengganya sampe Heazel nerima kamu lagi kerja di perusahaan itu atau sampe kamu dapet kerjaan lain."

Araxi mengelus pundak Dicky. "Tenang, aku ada pas semua orang ngasingin kamu, aku bakal temenin kamu di saat jatuh dan terpuruk kayak gini. Kita udah janji, kan buat berjuang bareng."

"Iya, tapi aku udah nge—"

"Sstt!" Araxi menarik tangan Dicky dan membawa pria itu keluar dari kafe.

Araxi memberi kunci mobilnya pada Dicky, membiarkan Dicky yang menyetir.

"Kita cari kost'an dulu, ya buat kamu," ucap Araxi.

Dicky mengangguk dan tersenyum, sekarang... dia benar-benar berjanji pada Tuhan dan dirinya sendiri, tidak akan menyakiti Araxi untuk yang ke dua kalinya.

Betapa beruntungnya Dicky, memiliki Araxi di kehidupannya.

Continue Reading

You'll Also Like

12.3K 1K 46
"Disaat teman-temanku iri dengan kebahagiaan yang ditampilkan oleh pasangan yang sedang menjalani cinta dan kasih sayang. Aku iri dengan mereka yang...
223K 11.9K 29
Bagaimana reaksi kalian kalau pagi-pagi membuka pagar Rumah, lalu menemukan kardus yang berisi seorang Bayi. Hal itu juga yang Fani rasakan saat ini...
46.4K 3K 34
#garudaseries1 [SELESAI REVISI] "Aku akan terus mencintai dan menjaga hati ini untuk kamu, percayalah aku disana bukan untuk senang senang, aku disan...
8.6K 849 51
Rossy dijadikan sebagai tebusan hutang oleh ibu tirinya setelah kemarin sang ayah. Ia merasa cemas akan diperistri oleh pria tua yang menjadi juragan...