Happy Reading
...
Pergi ke suatu tempat seorang diri. Sudah menjadi hal yang biasa dan sering dilakukan seorang Haikal. Contohnya, mencari sponsor ketika sekolah akan mengadakan sebuah acara. Laki-laki yang lahir setelah Shaka itu lebih sering berada diluar rumah, padahal hati kecilnya selalu menjerit ingin rebahan di kasur nyamannya.
Aneh memang, tapi itulah keinginan kecil dari remaja laki-laki yang memiliki nama lengkap Sadewa Haikal Kivandra. Remaja yang paling suka bertingkah usil itu mempunyai keistimewaan berbeda dari ketiga saudaranya dan feeling yang kuat. Oh satu lagi, entah penyebabnya apa, tapi banyak hewan yang bertingkah baik padanya. Kadang terbesit rasa penasaran di benak Haikal. Apa sih yang ada pada dirinya hingga hewan liar sekalipun bisa jinak begitu saja?
...
Minggu pagi. Akhirnya Haikal bisa merasakan kenyamanan kasur empuknya setelah 5 hari menginap di sekolah. Ternyata menjadi panitia kegiatan tak seindah ekspektasinya.
Cklek!
Haikal membuka pintu kamar, lalu melangkah keluar setelah terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Tumben lo ada di rumah?" celetuk Juna yang kebetulan baru keluar dari kamarnya juga.
Haikal menatap malas kakaknya, "Ck. Gue kalo ada dirumah kenapa malah dipertanyakan sih?! Aneh."
Mereka jalan beriringan menuju lantai 1.
"Lo itu jarang ada di rumah, sekalinya ada di rumah langsung bersarang kayak Nanda." Tanpa beban Juna berkata demikian.
Haikal yang mendengar perkataan Juna langsung berhenti melangkah sejenak. Astaga, punya dosa apa dirinya ke Juna? Sekali bicara memang sesuai dengan kenyataan, walaupun sedikit menyinggung.
"Wah! Kayaknya lo perlu di rukyah nih!" kesal Haikal yang telah berjalan di belakang Juna.
Juna hanya mengangkat bahunya acuh dan lebih memilih terus berjalan ke tempat tujuannya, dapur.
"Bundaaa." Begitu sampai area lantai 1, Haikal langsung menghampiri dapur, tempat Bunda Wendy berada dan merengek pada wanita yang disayangi serumah itu.
Bunda menoleh dan menatap bingung pada Haikal. "Kamu kenapa, mas?"
Haikal memeluk pundak bunda dari belakang. Uh, ternyata 5 hari tak bertemu Bunda Wendy mampu membuat dirinya rindu sebesar ini. Manja pada bunda sendiri tak masalah, kan?
"Eh! Kamu ngapain sih? Bunda lagi masak lho ini," kata bunda yang kaget dengan perlakuan anak ketiganya.
Haikal menaruh kepalanya di pundak kanan bunda, "Kangen." Ucapnya manja.
"Bun, kopinya dimana?" Dengan cangkir kosong di tangan, Juna menghampiri bunda yang masih digelendoti Haikal.
Bunda beralih menatap anak sulungnya dengan sendu, "Kopinya habis, kak. Bunda belum sempet beli tadi."
Juna menghela nafas pelan, "Siapa yang ngabisin?"
"Gue. Kenapa? Mau protes? Udah tau punya insomnia pake sok-sok-an minum kopi segala," sahut remaja laki-laki yang memiliki status sebagai bungsunya rumah, Nanda. Pagi, setelah sholat subuh, ia langsung terjun ke area dapur untuk membantu sang ibunda tercinta.
"Ishh! Nggak ada bunda, lo udah gue lempar pake cangkir!" gumam Juna sebal. Netranya menyorot sinis pada adiknya yang paling muda.
"Juna!" tegur Bunda Wendy.
Senyum tipis terulas di wajah Juna, "Becanda, bun."
Juna memilih kembali ke tempat semula dan membuat teh manis. Mungkin, sesekali merasakan minuman kesukaan bunda bukanlah hal yang buruk.
"Becandanya serius itu bund." Kompor Haikal yang masih betah memeluk bunda nya.
Juna yang mendengar langsung memberikan tatapan tajam. Sementara Haikal yang mendapat tatapan tajam dari kakaknya, langsung menyembunyikan wajahnya.
"Aduh! Minggir dulu, mas. Bunda susah gerak ini." Keluh bunda saat badannya sedikit terhuyung ke belakang.
Haikal menurut. Ia melepaskan pelukannya dengan bibir yang mencebik.
"Mending lo bantuin ayah di garasi sana." Suruh Nanda yang tengah memindahkan masakannya ada mangkok.
Haikal sedikit bersandar pada kitchen bar, "Ngapain?"
"Benerin mobil bunda." Ucap Nanda enteng.
"Hah, rasanya seperti menjadi iron-man!" Keluh Haikal setelah berjalan menjauh dari area dapur.
Begitulah sosok Haikal jika berada dihadapan keluarganya. Tetap melakukan apa yang disuruh, walaupun harus mengeluh dulu.
...
Seperti yang dikatakan oleh Nanda. Haikal menuruti perkataan adiknya itu, ia menyusul ayahnya di garasi. Namun, dirinya tidak melihat ayahnya disana. Sepi.
"Yah!" Teriak Haikal agar ayahnya muncul.
Srek!
Ayah Adimas muncul dari bawah mobil bunda. Ia terkejut dengan kedatangan anaknya yang satu ini karena membawa pasukan dibelakangnya. Pasalnya, kemanapun Haikal pergi, pasti akan selalu diikuti pasukan setianya, binatang.
"Kamu ngapain bawa kucing nya Shaka?"
Haikal menoleh ke belakang, "Heh! Ngapain kalian kesini? Balik sana! Gue bisa digampar Bang Shaka kalo kalian ikut." Ucapnya seraya memindahkan 3 kucing kesayangan abangnya ke depan pintu.
Sayangnya, saat Haikal telah menutup pintu. Ketiga kucing yang ia suruh pergi tadi malah berupaya mendorong pintu dan masuk menyusul dirinya.
"Ya udah lah, biarin aja." Kata Haikal pasrah.
Ayah Adimas menggelengkan kepala heran, bisa-bisanya kucing kesayangan Shaka malah lebih menempel ke Haikal. Jika diulas lagi, biasanya ketiga kucing itu hanya akan menempel pada majikannya, Shaka. Tapi, lain cerita lagi jika Haikal berada dirumah. Semua kucing milik Shaka akan langsung menempel pada Haikal, enggan menempel pada majikannya.
"Asisten kamu banyak juga mas." Canda ayah telah mengambil posisi duduk.
"Ayah ihh!"
Ayah tertawa saat melihat reaksi Haikal. Jarang-jarang dirinya bisa menyaksikan hal seperti ini pada semua anaknya. Apalagi si Haikal, anak ketiganya yang jarang berada dirumah.
"Ketawa teros sampe sukses!" Kesal Haikal seraya berjalan menghampiri motor milik abangnya, Shaka.
"Kamu nggak bantuin ayah benerin mobil bunda?"
Haikal menoleh, ia melihat perkakas yang telah tergeletak dimana-mana. "Keliatannya udah mau selesai tu."
"Dasar." Ayah kembali terlentang dan masuk ke bawah mobil bunda.
"Mobil bunda kenapa sih yah?" Tanya Haikal dengan tatapan memindai motor milik Shaka. Memastikan apa saja yang rusak.
"Biasa. Kamu juga tau sendiri kalo cewek pake kendaraan kayak gimana." Jawab ayah sekenanya.
Haikal mengangguk sebagai respon, walaupun ayahnya tak dapat melihatnya.
"Yah! Perkakasnya masih dipake nggak?"
Ayah keluar dan mengambil posisi duduk. "Nggak, pake aja."
Haikal berjalan menghampiri ayahnya. Jujur, sebenarnya ia malas mengotak-atik motor saat badannya sedang lelah. Tapi, keselamatan saudaranya jauh lebih penting.
"Motor siapa lagi?"
"Bang Shaka."
"Mending ayah kasih Bang Shaka sepeda aja udah. Masa iya seminggu motor punya dia di bengkel 5 kali sendiri." Omel Haikal yang terus diikuti 3 prajurit kecilnya.
Ayah tersenyum heran melihat Haikal serta tingkah kucing milik Shaka. Dari keempat anaknya, hanya Haikal yang memiliki respek paling besar. Ya walaupun sering diawali dengan omelan dulu.
"Bang Shaka nyungsep dimana sih?! Rem nya bisa kayak gini!" Sungut Haikal saat mengetes motor milik abangnya.
Dengan perasaan kesal, Haikal mulai mengotak-atik motor milik Shaka. Sebenarnya apa sih yang dilakukan abangnya itu, sampai motornya bisa rusak separah ini. Punya nyawa berapa sih dia?
"Opet! Tolong ambilin obeng." Suruh Haikal pada kucing putih bertotol hitam milik abangnya.
"Upin! Tolong ambilin lap disamping ayah." Tambahnya yang mulai terfokus pada pekerjaannya.
Otomatis, kedua kucing yang disuruh Haikal langsung menurut. Mereka melaksanakan apa yang disuruh laki-laki manis itu.
Sementara, ayah menjadi sedikit kaget saat melihat kejadian tersebut. Meskipun sudah berulang kali melihat kejadian yang sama, namun tetap saja belum terbiasa.
Ayah menarik nafas, dan menghembuskan perlahan. Hah, ternyata seperti ini rasanya memiliki anak-anak yang memiliki keistimewaan.
Ayah menyimpulkan,dari keempat anaknya, sepertinya hanya Haikal yang memiliki keistimewaan laindari yang lainnya