Our Private Life | Chenle

By chysprinkles

1.1K 492 771

❝They feel that life is a fashion show.❞ Tentang kisah cinta Chenle dan Jeanne di balik layar. ©taeyongiesss... More

prologue : #1 the prince
prologue : #2 the princess?
01. lowkey
02. talk
03. invitation
05. missing
06. agreement
07. caught
08. dad

04. vila

74 39 52
By chysprinkles

"Iya Kak—Iya astaga. Iyaaaaaa. Tenang aja, aku perginya sama Mr. Ho kok, gak perlu khawatir. Yap, have fun ya, see you soon."

Aku mematikan telepon sambil geleng-geleng. Karena undangan mendadak ini, Kak Taeyong jadi keteteran dengan jadwalku—padahal bukan apa-apa. Bahkan tadi dia berencana kembali pulang untuk menemaniku. Tapi untung saja tidak, dia akan tetap menghabiskan waktu dengan Kakaknya, itupun setelah mengatakan beratur-ratus permintaan maaf.

"Lee Taeyong i guess, your Personal Assistant, right? THAT boy??" sahut Mr. Ho dari kursi kemudinya.

Aku menoleh, "That boy??"

"Saya tidak mengenalnya, tapi saya banyak mendengar tentang dia. Dia sangat rajin—juga teliti. Maids keluarga Zhong sampai amazed melihat bagaimana laporan special dinner harus dibuat tanpa kesalahan. Kamu sangat beruntung memiliki dia di sisimu. Maaf bertanya ini, tapi, apa kalian dekat?"

Beberapa saat aku terdiam. Selain mendengar kalimat panjang yang keluar dari Mr. Ho untuk pertama kalinya, aku juga baru sadar Mr. Ho ternyata bukan seorang native.

Aku terkekeh, "It's fine, Mr. Ho. He's more than the ordinary Personal Assistant. He's truly my support system." ujarku mantap, membuat Mr. Ho terkekeh juga.

"Oh ya? Saya jadi makin tidak sabar bergabung dengan keluarga Lee. The only foreigner that Burgin Loves, benar kan? Saya jadi mengerti kenapa julukan itu disematkan kepada bapak wali kota."

"You're too sweet, Mr. Ho. Aku sampai bingung harus bereaksi gimana. But, thank you." ujarku. Sedangkan Mr. Ho lagi-lagi hanya tertawa.

Walaupun aku belum terlalu terbiasa dengan sifat Mr. Ho yang flirty, diluar dugaan aku bisa beradaptasi dengannyaapalagi tanpa bantuan siapapun. Yah, bisa dibilang suatu kemajuan. Dalam perjalanan aku jadi tidak khawatir bagaimana harus beradaptasi di vila nanti.

Ngomong-ngomong soal vila, aku masih belum tau perayaan kecil apa yang dimaksud Mr. Ho. Jadi untuk berjaga-jaga, aku membawa beberapa cookies dan buah-buahan dari rumah.

Awalnya aku sempat bingung sih, kenapa Mr. Ho memakai pakaian santai. Sebab aku selalu melihatnya dalam setelan jas. Saat aku bertanya pun, Mr. Ho bilang acaranya santai alias non-formal. Jadi yah, aku sedikit lega.

Oh ya, kalian pasti juga penasaran kenapa aku diajak Mama Zhong, bukan? Mr. Ho bilang, awalnya dia hanya disuruh membeli keperluan hewan peliharaan Keluarga Zhong— bohong soal 'keperluan', mana ada keperluan hewan peliharaan sampai berkarung-karung hanya untuk satu hewan? Tapi bisa aja sih, kalau peliharaannya itu naga atau singa, lebih masuk akal lagi kalau ternyata itu milik Chenle. Lanjut, yah klasik deh—Mama Zhong tiba-tiba teringat aku. Makanya langsung diajak. Gitu sih kata Mr. Ho.

Perjalanan ke vila memakan waktu 3-4 jam—lebih lama dari biasanya karena areanya lebih ramai. Mr. Ho sampai memintaku untuk tidur saja supaya aku tidak menunggu lama. Tapi dengan tidak tahu malunya, aku benar-benar tertidur walaupun sudah menolak permintaan Mr. Ho itu. Sungguh memalukan.

তততততততততততত

Slurp slurp

"Ngh,"

Apa ini? aku bergumam dalam hati. Sebenarnya sudah sedikit sadar, tapi aku masih enggan membuka mata.

Sluuuurrrrrppp

Mataku otomatis terbuka tidak lama setelah merasakan tekstur basah juga kenyal.

"Astaga Daegal! Gak boleh nakal! Gak boleh!"

Baru saja membuka mata, aku sudah dikejutkan dengan pemandangan Mama Zhong yang sedang memarahi seekor anak anjing yang berada di gendongannya.

Aku tertawa geli, "Gak apa-apa kok tan—eh—Ma! Mama udah berapa lama disitu? Maaf ya aku ketiduran." ujarku sambil turun dari mobil.

Entah sejak kapan aku sampai di vila keluarga Zhong ini. Yang pasti Mr. Ho sudah tidak berada di kursi kemudinya lagi. Laki-laki itu ternyata sedang memindahkan barang-barang belanjaan.

"Gak perlu minta maaf lah, Je," jawab Mama Zhong sambil kesusahan dengan anak anjing tersebut yang terus memberontak. Mau saja aku bantu, tapi anak anjing itu malah berhasil kabur dan sekarang berlari kegirangan mengejar kupu-kupu.

"Lagian kamu baru sampe kok, santai aja ya, kalo sama Mama. Belum juga Mama bangunin, tapi ternyata kamu tipe light sleeper, ya? Dijilatin Daegal aja langsung bagun. Kebalikannya banget sama Papanya Daegal," lanjut Mama Zhong sambil terkekeh melihat anak anjing hiperaktif itu.

"Papa...?? Daegal...?? Anak anjing itu punya Papa Zhong, Ma?"

Mama Zhong tertawa lagi, wanita paruh baya itu kemudian menarik tanganku, lalu ditelungkupkan di atas telapak tangannya, "Masih banyak yang Jea belum tau. Tapi yang terpenting, Jea mau tau kan?"

Aku tertawa renyah, "Hehe mau kok, Ma."

"Great!" Mama Zhong tersenyum lebar, "Mama harus mulai darimana—oh iya, kalo sama Mr. Ho, udah kenalan kan?"

"Udah, Ma," jawabku sembari sedikit menunduk— membalas gesture Mr. Ho yang menyapaku dari kejauhan walaupun ia sedang memindahkan barang-barang dari mobil.

"Sekarang ikut Mama ya. Mama mau liatin vila ini ke kamu, mana tau suka. Soalnya kalau nanya ke bujang Mama yang satu itu, selalu dijawab nonsense. Masa dia ga tau satupun kesukaan kamu?" curhat Mama Zhong, sedangkan aku sesekali merespon tapi lebih banyak nyengir.

Mama Zhong enerjik banget orangnya. Beliau juga banyak melempar senyum, membuatku merasa nyaman untuk bercakap panjang lebar tentang hal-hal menarik di vila ini, sampai-sampai tidak sadar kalau sudah sore.

"Nah, sekarang, sambil nunggu semuanya siap, kita minum teh dulu. Jea mau kan?"

Aku kebingungan menjawab karena itu bukanlah suatu pertanyaan. Tanpa aku jawab pun, hal tersebut pasti dilakukan karena dihadapanku sekarang semua perlengkapannya sudah siap.

Mama Zhong memasuki tempat yang pada dasarnya adalah sebuah gazebo. Tapi, karena ini adalah The Zhong's, aku tidak bisa mengatakannya sebagai sebuah gezebo biasa. Terlebih, pemandangan dari gazebo ini sangat indah.

Aku masih melamun sampai Mama Zhong menyuruhku untuk makan camilan sebelum pesta BBQ nanti malam. Wajahnya berseri, tampaknya beliau sangat senang.

"Nah, kalo ini kebun herbalnya Mama, Je. Tanaman-tanaman tradisional Cina ada semua. Jadi kalo ada yang sakit, tinggal ambil," sahut beliau senantiasa mempromosikan vila ini.

Aku tersenyum, menyimak kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Mama Zhong.

"Mama sering banget ambil tanamannya waktu malem. Rasanya lebih—"

Kalimat Mama Zhong berhenti karena melihat perubahan ekspresi wajahku.

"Kenapa?"

"Eum—soal malem.. nanti acaranya malem, Ma? Jea gak bisa nginep—maksudnya, bisa. Tapi—Jea gak—"

"Loh, Bundanya Jea belum ngasih tau ya? Mama kan undang Bunda juga."

"Belum Ma.. aku belum ketemu Bunda seminggu belakangan. Bunda kan sibuk ngurus panti baru—kan?"

"Oh! Sorry, my bad. Mama pesen lewat assistant Bunda Jea yang itu tuh, Kim Doyoung. Soalnya tadi pas peresmian panti Bundanya Jea gak dateng."

"Bunda.. beneran gak dateng, Ma? Jea kira Bunda belakangan sibuk ngurusin peresmian panti baru?"

"Jea.."

Perasaanku tidak enak.

তততততততততততত

Malam hari, sendirian di atas balkon, disapu angin malam, disnilah aku.

Acara BBQ sudah siap beberapa jam yang lalu. Dan aku terpaksa undur diri lebih dulu karena tiba-tiba merasa kurang enak badan.

Oke, selamat bagi kalian yang berhasil menebak bahwa itu hanyalah suatu alasan. Faktanya, semenjak sore tadi, aku terus mencari-cari alasan yang tepat untuk pulang. Tapi sikap Mama Zhong yang hangat semenjak kedatanganku membuatku bimbang dan jadilah sekarang aku melamun.

Anyway, mari aku ceritakan apa yang terjadi.

Nothing special, ternyata acara BBQ ini hanya untuk merayakan Chenle dan lomba terakhirnya. Aku pikir itu tidak penting. Tapi mungkin Chenle berpikir bahwa kehadiranku jauh tidak lebih penting. Sungguh—kalau aku punya nyali lebih, aku akan menyinggungnya soal mukanya yang selalu kusut. Tapi hellloo, aku masih ingin hidup dengan tenang.

Terlebih sosok termisterius hari ini, Ibuku. Mama Zhong bilang dia sudah memberi tahu Kak Doyoung, bukan? Tapi Ibu tetap tidak datang.

Yap, dua hal itu adalah dua alasan terbesarku untuk segera pulang. Karena aku merasa tempat ini masih asing. Apalagi saat tau bahwa ada seseorang yang membenci kehadiranku secara terang-terangan.

Lagi dan lagi. Mama Zhong menyelamatkan putra semata wayangnya.

Mengetahui perasaanku, ia menyuruh Chenle untuk merelakan Daegal tidur denganku malam ini. Katanya supaya aku ada teman.

Yah, sedikit banyaknya aku senang dengan Daegal. Tapi karena sudah hiperaktif sejak pagi, sekarang si putih itu tertidur pulas di atas bantal bulunya.

Drrrrrrtttttt

"Turun gih."

Begitu katanya. Tebak siapa?

Terlebih dahulu aku mengecek jam di ponselku. Sudah hampir larut malam.

Akhirnya aku keluar dan turun. Ruang tengah sudah gelap, yang hidup hanya lampu-lampu kecil yang bahkan tidak cukup untuk menerangi jalanku menuju pintu rumah. Alhasil aku menyalakan lampu dari ponsel, lalu jalan perlahan supaya tidak ada yang terganggu dengan suaraku.

Setelah berhasil melewati pintu, aku bergegas menyusul Kak Taeyong. Keinginan untuk menelponnya tadi siang tidak cukup parah sampai aku memintanya menemuiku.

Dia duduk di gazebo tempat aku dan Mama Zhong minum teh tadi. Aku melihatnya duduk dengan atasan sampai bawahan berwarna hitam.

"Kak!" aku menepuk pundaknya, "Kebiasaan banget pake apa-apa item,"

Kak Taeyong hanya balas mengangkat alis. Laki-laki dihadapanku itu lalu melepas jaket kemudian disampirkannya padaku.

"Udah tengah malem, kok gak kepikiran pake jaket?"

"Gak kepikiran aja.." jawabku dengan nada pelan.

"Kamu kenapa?"

Nah. Pertanyaan yang sangat ingin aku dengar dari siapapun.

"Gak tau kak. Rasanya gak enak," jawabku jujur.

"Kamu selalu gitu kalo nginep di rumah orang. Kenapa sih emangnya? Bentar lagi Chenle mau jadi keluarga kamu juga,"

Aku mendonggakkan kepala, "Kak Taeyong tau Bunda dimana?"

Kak Taeyong yang sedang meminum minuman kotaknya sambil bersandar pun akhirnya menghentikan aktivitasnya itu.

"Kenapa nanya gitu? Biasanya gak kangen Bunda?"

Aku menghela napas, "Jawab, Kak. Bunda bukannya nginep di rumah dinas Ayah untuk ngurusin panti ya?"

"Itu kamu tau, Je. Ngapain nanya lagi?"

"Gak. Aku cuma.. mau nanya. Kali aja Kakak tau sesuatu yang aku gak tau,"

Kak Taeyong menghela napasnya. Ia mendekat lalu menepuk pelan puncak kepalaku, "Kakak juga gak tau kok, Je."



tbc











Continue Reading

You'll Also Like

232K 25.2K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
81.6K 12.4K 17
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
1M 82.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
72.7K 6.9K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...