Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

mysterious (46)

488 52 6
By elmi_wirastiti30

"Kalau kau tidak mau berbohong jangan lakukan itu. Keputusan yang kau buat bisa membuat kesalahan telak, sama seperti yang kulakukan sebelumnya."

(Author **** POV)

Kali ini beda cerita. Taehyung membuka kulkas dengan isi makanan beberapa banyaknya. Dia lapar saat menghadapi ketegangan di rumahnya sendiri. Itu dulu, karena ayahnya juga tidak lagi menganggap dia anak pertama. Sandwich dan tempura. Makanan favorit yang dia suka. Jungkook berada di depan pintu berdasarkan suruhan kakaknya.

Katanya menjaga tapi Jungkook merasa dia seperti dipermainkan.

"Taehyung Hyung, apakah kau sudah selesai. Bagaimana kalau ada yang datang kesini." Menelan ludah. Menatap ke bawah, ada mayat di dekat kakinya. Sangat mengerikan ketika korban kakakmu, berada di bawah kakimu dengan kedua mata melotot kaku seperti menantang dirimu. Anehnya Jungkook masih was-was walau membawa senjata milik kakaknya.

Taehyung mendengus dengan kepalang tanggung. Dia hanya ingin mengisi semua perutnya dengan makanan. "Kalau kau bodoh, sebaiknya kau ikut kesini. Lagi pula aku hanya bercanda. Tidak akan ada yang mungkin masuk kesini. Kau lihat? Semua orang sudah aku patahkan lehernya." Ungkapnya jujur. Membuat rasa ngeri timbul di dalam hati.

Jungkook menjamin semua adik yang mendapatkan kakak seperti itu tidak akan betah lama-lama sama seperti dirinya. Melihat Taehyung makan dengan sedikit rakus disana membuat dia juga merasa lapar.

"Baiklah, aku akan ikut dengan kakak." Ucapnya dengan kaki melangkah maju. Sementara dia mencoba untuk tidak memperkeruh keadaan. Langkah kaki terhenti ketika ada sesuatu yang menyentuh tangannya. Mata horor dengan rona ketakutan Jungkook, pemuda itu langsung berteriak karena takut. Kedua telapak tangan itu juga menutupi wajahnya panik. "Yaaaakkk! Apa ini, siapa ini. Jangan sentuh kakiku, Taehyung Hyung! Tolong aku!" Rengekan juga tangisannya.

Taehyung mengangkat sebelah alis dengan rasa penasaran. Akankah Jungkook nampak sangat bodoh? Dia mencoba membuat keadaan semakin dramatisir hanya karena tubuh tak bernyawa di bawah sana. "Bodoh, lihat kebawah sana. Coba kau lepaskan kakimu pelan-pelan. Apakah kau bisa melihat dengan mata terbuka mu?" Setengah hati menyindir. Setengah hati lagi mentertawakan sikap Jungkook yang keterlaluan tololnya.

Tetap saja pemuda itu tidak mau mendengarkan ucapannya. Hal itulah yang membuat dia sarkatik. Masih mengunyah dengan mata memandang adiknya begitu kacau. "Diam dan jangan bergerak, kau membuat kepalaku sakit tahu!" Gertaknya, sampai akhirnya Jungkook diam dengan mata berair. "Katakan padaku, kalau orang itu mencoba untuk membunuhku. Astaga, padahal aku datang ke rumah sendiri. Kenapa aku seperti penjahat yang diincar." Masih gemetar dengan bibir bawah di gigit kuat.

Kadang Jungkook kehilangan akal saja saat suasana tegang semakin memporak-porandakan dirinya seperti ini. Dalam sekali tendangan kuat Taehyung melakukannya, dia tidak begitu peduli bagaimana tubuh telah mati katanya akan mendapatkan sakit pada arwahnya. Sekarang dia ingin menyaksikan secara lebih, bagaimana Jungkook tidak lagi merepotkan dirinya.

Beberapa mayat sudah ada di atas lantai. Kini Jungkook memahami bahwa sebenarnya mereka telah mati. Pandangan matanya langsung malu dengan semu merah di pipi seperti udang rebus.

"Bagus bukan? Padahal kau punya kaki untuk menghentak tubuh itu, tolol!" Jengah juga berlama disini. Taehyung memberikan bekas gigitannya pada sang adik. Dalam keadaan linglung Jungkook menerimanya dan menatap penuh tanya kearah namja itu. Sebenarnya siapa yang bodoh, karena Taehyung memberikan makanan bekas gigitan nya. Jungkook memang belum terbiasa mendapatkan hal seperti ini. "Tapi kau bilang kalau kau sudah mematahkan lehernya. Kenapa bisa dia menyentuh kaki seperti itu, aku pikir tadi zombie."

Taehyung menganggap ada manusia lemah tak berotak. Tepat di belakangnya dengan pandangan mata entengnya. "Oke, terserah. Itulah kenapa aku tidak suka dengan film masa kini. Memberi semua orang rasa takut." Jelasnya dengan benar. Kebenaran inilah yang menjadi ambang dimana Jungkook merasa efek masa kini begitu buruk juga. Saat punggung kakaknya mulai menjauh dia lantas berjalan seperti pinguin karena ada banyak penampakan kapal pecah di dalam sana.

Jungkook merasa bahwa dia seperti di tengah bencana. Tak jarang jika Jungkook langsung menarik lengan kakaknya di belakang sana. "Jangan buru-buru. Bagaimana kalau masih ada musuh, ah... Sebaiknya kita ke kamarku dulu. Aku ingat kalau Hobi Hyung menyimpan beberapa senjatanya disana." Jungkook ingin cari aman saja.

Ungkapan Jungkook membuat Taehyung tertarik juga. Tangannya sudah gatal dan ingin sekali menggunakan benda bahaya lainnya.

Jungkook mengangguk yakin, sebenarnya dia tidak yakin kalau datang dengan keadaan seperti ini. Seharusnya menggunakan rencana dan bukan modal tangan seperti ini. "Kalau begitu cepat bawa aku ke senjata itu. Hoseok saja menggunakan senjata canggih, aku yakin aku menemukan benda menyenangkan lainnya." Celotehnya, dengan tangan sudah merah pada telapak nya.

Sebenarnya ada luka dari salah satu orang yang telah menggunakan belatinya. Jungkook melihat dengan mata takut serta menimbang. "Taehyung Hyung, sebaiknya kau juga harus mengobati lukamu. Awas di belakangmu!" Jungkook berseru, lemparan dengan kuat juga tepat di kening kepalanya. Darah mengucur dengan suara pria yang kehabisan di kerongkongan nya.

"Bagus, kau sudah mengatakan dengan begitu jelas. Kau lihat, tanpa pistol aku bisa membuat semuanya menjadi mudah dudududu...." Suara itu menciptakan senandung di dapur. Semua orang saling berselisih tapi hanya Taehyung sendiri yang punya mental normal dari pada lainnya. Jungkook lantas berlari dengan mata memandang orang sekarat meliriknya. Pisau menancap disana.

"Pasti rasanya sangat sakit. Apakah kau bisa melakukan taubat, ah maaf.... Aku telah banyak bicara sekarang." Memutuskan untuk pergi sebelum semua orang bertindak semaunya. Jungkook khilaf, dia malah bersikap seperti Taehyung dalam jangka lama. Hal seperti ini tidak bisa dibiarkan atau semua semakin buruk. Lantaran dia juga satu gen dengan ayahnya, Jungkook tidak ada pilihan lain selain mengikuti kemanapun  kakaknya pergi. Yang dia lihat dengan bulu kuduk merinding adalah ketika orang sekarat itu mengatakan hal lebih dan lainnya.

"Aku akan memutuskan semua dengan baik dududu.. Eh, Jungkook apakah kau tidak mau berjalan ke depan dan menuntunku?" Berhenti menoleh dengan tatapan tajamnya. Dia juga tidak ingin kalau semua keburukan terjadi padanya karena orang ceroboh di belakangnya. Senandung Taehyung adalah sesuatu yang disebut paksaan baginya untuk terus berjalan cepat. Taehyung tidak suka menunggu lama. Dia benci akan hal itu.

Bocah penakut.

Akhirnya Jungkook bisa memberikan sedikit kegunaannya pada Taehyung. Dalam hal ini matanya awas dan Taehyung menggunakan bela dirinya, musuh telah banyak bersembunyi dan siap menyerang siapa saja yang hendak masuk dalam kawasan mereka. Ketika Jungkook bergerak menghindar, Taehyung justru menangkap tangan pria bertopeng dan membanting ke tangga.

Satu kaki kanan begitu kuat menekannya sampai pergelangan kaki itu dijamin sakit. Jika kalian ingin tahu berapa besar rasa sakitnya, Taehyung tidak akan berdamai pada nyawa siapapun. Sama seperti dia enggan berdamai dengan ayahnya atau juga pamannya. "Itulah kenapa aku meminta mu ke depan lebih dahulu. Kau seperti sensor yang kuat dan sangat peka." Ungkapnya kemudian.

Kala Taehyung telah menjatuhkan keputusan padanya. Saat itulah semua menjadi bukti yang konkrit. Dalam hal ini kakaknya hanya memanfaatkan perasa nya. Walau jahat, dalam situasi ini dia harus. Bahkan mendengar suara seseorang berseru kesakitan. Keduanya menatap ke atas plafrom di sana.

"Suara siapa itu?" Taehyung tak berkelik dia juga tidak ingin hal parah terjadi lagi. Hanya satu hal yang pasti menjadi alasan kenapa dia ingin menolong ibunya Jungkook. Sejak pertemuan malam itu, dia sudah curiga.

"Jungkook, kau boleh marah padaku. Tapi kau harus tahu. Ibumu bukan orang yang baik, dia juga terlibat. Aku tidak akan mungkin salah mengatakan hal ini." Taehyung harap adiknya tidak terkejut. Tapi gagal, Jungkook justru diam membeku. Saat melihat ada pria dengan memegang pistol hendak membidik kepala seseorang. Begitu cepatnya Taehyung melakukan serangan.

DOR!

Letupan pistol telah membunuh seseorang. Suara itu terdengar dengan keras dimana tak ada lagi yang berkelit di atas sana. Saat ini yang Jungkook maksud adalah.... Taehyung melakukan ini sebenarnya untuk apa.

Apakah dia membalas dendam dan mencoba membunuhnya juga ibunya atau hanya alasan penuh kebohongan semata?

Ironi.

"Cepat bawa aku ke kamarmu. Atau aku akan memecah kepalamu Jungkook." Todongan pistol ke arahnya. Jungkook merasa sangat dimanfaatkan dalam hal ini. Padahal dia berfikir bahwa semua ini adalah kerjasama. "Cepat tunjukkan, sebelum seseorang mengikuti kita Jeon Jungkook." Taehyung adalah Taehyung.

Dia rasa tidak akan berubah kecuali tangan Tuhan telah menamparnya. Andai saja Jungkook bisa melakukan telepati, dia akan bertanya dengan jujur.

"Kau ini sekarang menanggap ku sebagai apa?" Akhirnya bibir tak mampu membuat senyuman. Taehyung munafik, bahkan dalam hatinya di lucuti rasa kasihan dari relung hatinya. Terlalu sering dia melakukan kebohongan, dan banyak juga dia mendapatkan kebohongan. Dia ingin tahu, seberapa mungkin Jungkook akan membantunya.

Menemukan pembunuh ibunya yang sesungguhnya. Sebelum ada kata mati, maka Taehyung akan mencari bukti. Bukti dimana dia bisa memutuskan siapa yang mati di tangannya kali ini.

"Bagaimana kalau Jin hyung pelaku semua ini? Aku pernah mendengar kalau Hobi Hyung pernah berdebat soal ini." Antara takut dan juga bingung. Semua yang terjadi adalah hal misteri. Tapi semua menjadi sangat terkejut saat ada langkah kaki ramai datang seperti menjemput keduanya.

"Cepat kita ke kamarmu." Taehyung juga belum siap akan senjata. Dia bisa menebak ada cukup begitu banyak pasukan. Kalau mereka mati maka semua akan sia-sia. Sebenarnya Taehyung juga pewaris, itulah kenapa dia tahu bahwa paman dan Jin Hyung berusaha menyembunyikan keinginan mereka. Taehyung seperti bidak catur di permainkan. Sama seperti adiknya.

.

"Bawa mereka, aku yakin kalau semuanya akan gagal." Pria itu memicingkan matanya. Di balik kacamata hitamnya, dia membenci semua ini. Bahkan dia pergi dengan kopernya. Menitipkan salah satu dengan seseorang di balik tudung jaket juga masker yang menyembunyikan semuanya.

"Buat mereka sibuk, aku percaya padamu. Bawa Seokjin jika semua usai. Bagaimana pun dia putraku." Melenggang pergi setelahnya. Di belakangnya ada dua orang yang menggunakan seragam tentaranya. Mengikuti pria itu patuh tanpa ada kata bahwa mereka protes. "Kau jangan khawatir. Semua akan tertata dengan rapi seperti biasanya. Berikan saja aku senjatanya, maka kau akan dapatkan apapun yang kau mau." Tangannya mengacung. Mendapatkan pistol berwarna putih di desain khusus hanya untuknya.

Ada senyuman disana, sebelum dia memakai masker berwarna hitamnya. Semua akan menjadi peperangan yang alot. Bahkan dia masih bisa mendengar suara pistol saling menyerang satu sama lain. Senjata seolah memakan manusia satu sama lain.

"Aku tidak akan membuat keputusan yang salah. Pastikan kalau kau membunuhnya. Kim Taehyung juga Kim Jungkook. Mereka ada dua orang yang menjadi penghalang bagi semua konsekuensi dan pilihan hidupku." Cara bicaranya sangat tegas. Hanya beberapa meter saja dia masih bisa mendengar begitu jelas. Begitu peka dan penting, dia juga menatap sebentar kesana.

Dengan seseorang yang mampir dalam bagian dari sejarah seseorang. Oke, dia akan membuat semua menjadi lupa. Semua akan menjadi jelas dan Hoseok melihat itu dengan nyata. Andaikan waktu dan takdir datang begitu tepat, maka akan jadi beda lagi ceritanya.

"Kau!" Salah satu mencekal mulutnya. Yoongi masih disana tapi dia juga tak mampu bergerak saat bom mencekal pergelangan kakinya. Yoongi berputar otak agar bisa bebas sekarang juga. Masalahnya di belakang sana ada seseorang yang menodongkan pistol di belakang kepalanya. Dia juga menyimpan dendam pada Yoongi, dia musuh lama Yoongi. "Sial, aku tidak bisa melakukan apapun jika orang seperti itu masih ada disini." Rutuk-nya. Yoongi saja membuang nafas kesal dengan mulut tak akan bisa lagi bicara kasar dengan suara keras.

Todongan pistol seseorang membuat dia mati kutu. Tapi yang dibuat terkejut adalah saat Hoseok dipaksa minum satu liter air secara paksa. Ujung berlubang botol itu bahkan dipaksa agar bisa masuk ke dalam mulutnya. Kedua mata itu bergerak menutup dan membuka seperti enggan, pengawal Jungkook telah terluka parah. Dia tidak bisa melawan akibat dua tangan ditahan dengan kaki telah diikat.

Luka sengaja ditusuk dengan ujung jari sampai suara teriakan itu diantara air yang disumpal di mulutnya. "Hey, lepaskan dia. Kenapa kalian menyiksanya padahal aku sudah membuat keputusan untuk tidak melawan kalian sialan! Kau, siapa kau!" Gertaknya dengan kuat. Kedua mata itu bahkan tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.

Satu solusi adalah melawan. Saat ini Jimin sangat berharap sekali jika Yoongi menjadi Suga yang berulang dan brutal seperti biasanya. Sisi mana yang dia harapkan. Hoseok bisa saja mati jika Yoongi terus menekan egoisme dalam dirinya.

"Akhhh hhhhh... Apa yang kau lakukan. Kenapa kau melakukan ini uhuukkkk!" Secara sengaja perutnya di pukul dengan kuat. Dimana seluruh air dalam perutnya keluar melalui mulutnya. Parahnya pria itu tertawa dengan senang, "aku suka melihat manusia muntah. Dia akan kesakitan, kau tenang saja air di dalan tubuhmu akan menjadi racun. Kau berikan dia satu botol besar lagi."

Seakan tidak habis akan penyiksaan kali ini Hoseok dipaksa untuk menelan semua air di dalam mulutnya. Jimin sekarang mengerti, mereka ingin membunuh manusia dengan modal air. Meski terdengar murahan tapi di dalam dunia medis ini sangat berbahaya.

"Jangan lakukan ini lagi. Kau sudah keterlaluan." Wajahnya babak belur. Lagi-lagi dia mendapatkan pukulan keras. Jimin tersungkur miring dengan kepala membentur lantai. Sementara seseorang disana sama sekali tidak peduli dan menggunakan maskernya. Ada satu tangan menjentikkan jari sebanyak tiga kali dalam keadaan pelan. Dia memberi kode pada salah satu orang yang berdiri di sana dengan memperhatikan sekitar.

"Kau bisa saja membawa masalah baru. Tapi aarghhhhh.... Jangan bunuh adikku!" Ancam Hoseok dengan suara kerasnya. Perutnya di pukul lagi dengan keras. Sampai terbatuk dan darah keluar dari mulutnya. Satu hal pasti adalah dimana dia menyebutkan nama Jungkook maka senjata itu teracungkan.

"Jangan sebut nama bocah itu sialan!" Kata-kata terlontar dari sana. Dia juga menatap tajam dalam keadaan suara sumbang. Di antara bibirnya dia takut jika menyebut nama seseorang.

"Taehyung. Aku tahu kalau kau menyebut namanya maka runtuh sudah hatimu. Ibu macam apa kau, bahkan kau mencoba untuk melenyapkan kedua putramu. Kau-"

Dor!

"Diam atau aku akan membunuhmu." Dia bisa menggunakan senjata itu. Membuat Hosoek nyaris mati dengan ujung telinga terluka karena goresannya. Kalau seperti ini ceritanya, dia yang harus hati-hati.

"Kau sungguh kejam." Tatapan tak percaya. Penuh darah dan bau anyir. Sementara dia tersenyum dengan gampang. Bahkan meniup ujung pistol itu dengan penuh menantang.

"Karena aku adalah aku, Taehyung putraku. Setidaknya aku yang harus hidup untuk membuat semua menjadi mudah. Bukankah begitu suamiku?" Petunjuk dan alasan. Ungkapan dimana dia bisa membuat keputusan lebih besar lagi. Dia wanita penuh ambisi.

Taehyung lahir dari rahimnya. Dan seorang ibu lain terluka parah dengan perut penuh pistol disana.

.........

TBC...

Aku harap kalian semua puas dengan kisah yang aku tulis ini. Tetap semangat dimanapun berada.

Jangan lupa jaga kesehatan kalian, jangan sampai lupa makan ya hehehe...

Gomawo and saranghae.

#ell

0

6/04/2021

Continue Reading

You'll Also Like

4.8K 806 15
Taekook Universe. Tak ada warna senja yang sama untuk kedua kalinya dan tak ada dirimu untuk kedua kalinya juga. genre; fantasi, romantis, melodram...
1M 82.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
438K 44.5K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
6.1K 527 7
Menceritakan kisah seorang namja bernama kim taehyung dan jeon jungkook