Straight-A Student | ChanBaek

zerofoue tarafından

81.3K 11.2K 1.9K

completed ✅ Selak beluk kehidupan Baekhyun. Tapi, tidak ada yang mulus seperti yang terlihat oleh kebanyakan... Daha Fazla

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
- Epilogue -
Bonus Chapter: one
Bonus Chapter: three

Bonus Chapter: two

1K 136 54
zerofoue tarafından


"Baekhyun-ssi, "

Baekhyun yang sedang mengurusi beberapa dokumen yang bertebaran di atas mejanya itu sontak menengokkan kepalanya ke sumber suara. 

"Oh, siang, seonbae." ucapnya sembari bangkit berdiri dan membungkukkan tubuhnya hormat. 

"Masih di sini? Sudah jam makan siang, lho." matanya mengarah ke jam tangannya sendiri, sedangkan tangannya yang lain berada dalam saku celananya. Memang harus diakui, wibawa sang senior yang satu ini tidak main-main.

"Ah, ini tinggal sedikit lagi. Nanti saya langsung keluar kalau sudah selesai."

"Mau bareng saya? Kebetulan saya juga baru mau keluar. Itu ditinggal dulu aja. Gak akan diomelin." 

Baekhyun tertawa pelan. Benar juga sih, kalau Baekhyun menerima tawaran seniornya ini, tak ada yang akan berani memarahinya mengenai tatanan dokumen yang belum rapih. Secara, yang mengajak Baekhyun terlebih dahulu adalah salah satu pemimpin tim yang paling dihormati di kantor ini. Lagipula, pasti ia akan langsung menyelesaikannya setelah selesai. Namun, sepertinya Baekhyun lebih memilih untuk makan siang sendiri hari ini. Ada satu bagian dirinya yang berkata tidak.

"Haneul-ssi !" 

Tepat sebelum Baekhyun sempat mengucapkan apa yang ingin ia katakan, suara yang memanggil nama seniornya datang.

"Direktur katanya ada yang mau disampaikan." 

Haneul mengangguk dan dengan tatapan menyesal menatap Baekhyun, menghela nafasnya panjang.

"Maaf, lain kali saya traktir ya?"  tuturnya, tersenyum tak enak hati.

Buru-buru Baekhyun melambai-lambaikan tangannya, menolak ajakan sang senior karena dasar tak enak hati.

"Eh? Ga perlu, seonbae! 

"Nanti saya atur waktunya. Saya duluan ya." Haneul menyempatkan diri untuk mengacak rambut Baekhyun sebelum pergi dan itu cukup mengejutkan. Memangnya mereka sedekat itu ya?

Ada sesuatu yang Baekhyun harus akui. Tidak tahu memang dirinya saja yang terlalu percaya diri atau apa, tapi Haneul tampak selalu berada di sekelilingnya entah darimana asalnya. Seperti sekarang saja, Haneul itu tim pemasaran dan ruangan tim tersebut berada dua lantai di atas ruangan tim Baekhyun dan seniornya itu bisa berada di sini. 

Baekhyun mengedikkan bahunya singkat dan menghela nafas. Ya, mungkin saja ia terlalu berlebihan dan Haneul hanya ingin menjadikannya seorang teman.

///

Hari ini begitu melelahkan. Jauh dari kemarin-kemarin dimana Baekhyun masih dihitung sebagai anak baru dan para seniornya masih menganggapnya seperti bayi. Sekarang, pekerjaannya jauh bertambah dan ada begitu banyak macam produk yang harus komposisinya harus ia periksa ulang. Lagi, ia juga harus membantu beberapa rekan kerja yang juga masih sama beradaptasinya dengan dirinya.

Ia meregangkan otot-ototnya yang mulai tegang karena duduk terlalu lama dalam posisi yang sama, menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mengurangi rasa linu yang hinggap di lehernya.

Namun, setelahnya ia tersenyum, setidaknya setelah ini Baekhyun akan bisa beristirahat dan memiliki sisa hari ini untuk dirinya sendiri. 

Dengan langkah ceria, lelaki mungil itu berjalan menelusuri lorong-lorong kantor yang mulai sepi untuk meraih lobi. Ada baiknya juga Baekhyun tidak membawa mobil, pulang dengan taksi tidak terdengar buruk. Setidaknya Baekhyun bisa melihat pemandangan kota melalui jendela taksi tanpa harus khawatir akan menabrakkan mobil kesayangan ibunya.

"Baekhyun-ssi!" 

Baru saja ia keluar dari lobi dan hendak berjalan lebih jauh untuk memanggil taksi, sudah ada suara yang beberapa hari belakangan menjadi begitu akrab di telinganya.

Meski menyayangkan acara pulang kerjanya tertunda, Baekhyun membungkukkan tubuhnya ketika figur Haneul yang mendekat menyapanya.

"Kamu ada yang antar? Engga bawa mobil ya hari ini?" 

Oke, itu cukup mengejutkan. Bagaimana Haneul tahu Baekhyun biasanya membawa mobil?

Baekhyun menggeleng.

"Saya naik taksi aja, seonbae. Kebetulan rumah saya engga seberapa jauh dari sini." 

"Kalau begitu, mau sama saya saja? Saya juga gak ada apa-apa setelah ini." 

"Gapapa, seonbae. Saya bisa sendiri." Baekhyun menolak ajakan seniornya itu dengan halus, berharap Haneul bisa paham dan bisa melepaskannya untuk segera pulang. 

"Loh, sekalian aja. Supaya kamu juga engga keluar uang lagi. Dan bisa panggil saya hyung?" 

"Tapi-" 

"Sudah, ayo saya antar." Haneul segera mendekat dan sudah merentangkan tangannya untuk merangkul bahu Baekhyun, ingin menuntunnya untuk berjalan menuju mobil miliknya.

"Baekhyun." 

Belum sempat Haneul meraihnya, sudah ada suara berat yang begitu Baekhyun sukai menyapa gendang telinganya. Sekilas, ia melebarkan matanya, tidak menyangka bahwa Chanyeol bisa di sini tanpa mengatakan apapun sebelumnya. Ternyata, suara Chanyeol berhasil membuat Haneul batal mendekatinya. 

"Yeol,"

"Udah selesai? Ayo." ajak Chanyeol tanpa memberikan satu lirikan pun pada Haneul dan tampaknya Haneul merasa canggung karena itu, terbukti dari ia yang berdeham untuk menarik perhatian Chanyeol.

"Haneul." Haneul langsung saja memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya untuk dijabat.

"Park Chanyeol." jawab yang paling tinggi dari antara tiga orang itu.

Well, sebenarnya tinggi Haneul pun tak sejauh itu dari Chanyeol. Dan itu sukses membuat Baekhyun merasa terintimidasi karena dua orang itu terus saja menatap satu sama lain, Haneul dengan senyuman ramahnya dan Chanyeol dengan raut datar miliknya.

"Ayo pulang." 

Lagi-lagi Chanyeol membuka suaranya untuk membawa Baekhyun bersamanya.

Baekhyun mengangguk, tersenyum, memberikan isyarat untuk sabar sedikit lagi pada kekasih tingginya.

"Seonbae, saya duluan."

Setelah Baekhyun membalikkan tubuhnya dari Haneul, Chanyeol hanya menundukkan kepalanya tak niat sebelum membalikkan tubuhnya juga dan meraih pinggang Baekhyun untuk ia kuasai. Yang lebih tua sebenarnya bisa merasakan bagaimana kesayangannya tersentak dalam genggamannya, mungkin merasa tak enak hati dan sungkan karena yang di belakang itu seorang senior.

Namun, Baekhyun memilih bungkam. 

Sedangkan Haneul, tanpa dibicarakan pun ia tahu bahwa itu merupakan sebuah tindakan kepemilikan. 

///

"Kok lo tiba-tiba ke sini?" tanya Baekhyun dengan ceria sambil memasang sabuk pengamannya sementara Chanyeol sibuk menyetir. 

"Mama suruh gue jemput lo. Katanya gak bawa mobil karena mama pake." 

Baekhyun mengangguk membenarkan.

"Barusan siapa?" 

Pertanyaan Chanyeol perlu diproses untuk beberapa detik olehnya, sempat bingung siapa yang dimaksud.

"Oh, Haneul. Kang Haneul. Senior gue. Kenapa?" 

"Deket?"

"Engga juga sih. Dia marketing manager soalnya. Jarang komunikasi juga soal kerjaan."

Baekhyun merasa Chanyeol menatapnya, maka dari itu ia juga menatap balik. Walaupun sekilas, ia bisa melihat ekspresi Chanyeol yang mengeras. Dahi yang dikerutkan dan mata yang menajam. 

"Chanyeol," panggilnya lembut. Jemari lentiknya meraih rahang Chanyeol, membelainya pelan agar tak terus dikeraskan oleh sang pemilik. Baekhyun hanya bisa menduga-duga penyebab mengapa Chanyeol seperti ini. Pasti karena Haneul kan? 

"Aku hanya formalitas aja ngeladeninnya, enggak pernah lebih."

Dengan itu, Chanyeol melembut. Mungkin lega karena mendapat kepastian dari Baekhyun. Padahal bukan hanya itu, hm, 'aku'?

"Jangan terlalu dipikirin." 

Baekhyun kembali menarik tangannya dan hendak mengambil sesuatu dari tasnya, tapi sebelum ia berhasil melakukan itu, Chanyeol sudah terlebih dahulu menarik tangannya kembali untuk ia kecup dan digenggam kemudian. 

"Dia ngapain aja?"

"Ngajak makan beberapa kali sama tadi, barusan, ngajak pulang bareng. Which, by the way, aku gak pernah terima." ucap Baekhyun bangga.

Chanyeol terkekeh singkat sebelum kembali berhenti.

"Marketing manager ? Udah sukses ya." gumamnya rendah, tetapi masih bisa ditangkap oleh telinga Baekhyun, dan itu membuatnya memiringkan kepalanya bingung. Apa yang dimaksud dengan itu? 

"Aku belum apa-apa." dan setelah itu Chanyeol menghela nafas.

Oh, mendengar Chanyeol menggunakan 'aku' ternyata terdengar sedikit asing ya. Walaupun tetap membuat hatinya sedikit berdebar-debar. Tetapi, astaga, ternyata kekasihnya khawatir tentang itu. 

"Terus kenapa?"

Chanyeol tidak menjawab pertanyaannya. Tidak mau juga menjelaskan apa yang ia rasakan terlalu jauh.

"Yeol, aku..." 

Baekhyun bingung, diam sejenak untuk menyusun kata-kata yang cepat agar Chanyeol bisa mengerti apa yang ia maksud dengan baik. 

"Aku berjuang dua, jalan tiga tahun, merjuangin kamu. Baru juga beberapa bulan lalu berhasil. Selama itu loh, Yeol. Aku gak mungkin sebodoh itu untuk ngebuang semua usahaku tiba-tiba dalam sekejap." jelas Baekhyun, menatap Chanyeol dalam untuk melihat ekspresinya yang sebenarnya masih saja tetap datar, tapi setidaknya mulai melembut. 

"Masa aku dikasih manager dikit meleyot ..." ucapnya jenaka dan itu berhasil membuat lelaki di sampingnya tersenyum tipis.

"Lagian pacarku mau jadi CEO. Kerenan CEO, ah. Aku bisa beli mobil lagi jadi gak usah pinjem mama." 

Chanyeol tertawa rendah, tahu Baekhyun hanya bercanda mengenai itu. Sejak awal kuliah saja yang belum memikirkan soal warisan, Baekhyun sudah jatuh dalam pesona Chanyeol yang kuat. Uang itu bonus. Lagian tanpa warisan pun Baekhyun yakin seratus persen Chanyeol bisa meraihnya sendiri.

"Audi boleh ya?" 

Mereka kembali tertawa.

Baekhyun menarik tangan besar Chanyeol yang menggenggam tangan miliknya erat dan kemudian ia bawa untuk berada di atas pangkuannya. Lalu, ia genggam lagi dengan satu tangannya yang bebas, membungkus tangan Chanyeol dengan kedua tangannya. 

"Yang tau sayangnya aku ke kamu ya cuma kamu, Yeol." tutupnya.

Ah, terkutuklah ini. Chanyeol harus menyetir. Jika tidak, sudah dipastikan Baekhyun akan berada dalam kungkungannya, ia ciumi sampai si cantik ini memintanya untuk berhenti. 

Untuk sekarang, ia harus memuaskan diri dengan menyempatkan mengecup dahi Baekhyun ketika lampu merah menyala.  


Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

98.8K 3.5K 25
Love is hard. And sometimes it's even harder to endure it.
46.6K 1.3K 16
- in which 𝐄𝐃𝐈𝐓𝐇 𝐅𝐈𝐍𝐂𝐇 of Hufflepuff House stumbles through her final year at Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry, playing big siste...
101K 1.4K 50
𝐈𝐭𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐟𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐝𝐚𝐲 𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐭𝐨 𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥 , 𝐀𝐚𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 𝐢𝐬 𝐧𝐨𝐰 𝐢𝐧 𝟏𝟎𝐭𝐡 𝐠𝐫𝐚𝐝𝐞, 𝐰𝐡𝐢𝐥𝐞 𝐬𝐡𝐞𝐬 𝐭𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐬𝐡...
353K 18.5K 42
In which Prince Choi Beomgyu a.k.a Beomgyu tried to hide behind someone's name just to get close to you again. Book 2 of Crown #2 choibeomgyu