Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

time to start (44)

479 54 2
By elmi_wirastiti30

"Jasa akan terjadi kapanpun. Tak mengenal waktu atau tempat, terkadang kita lupa bagaimana agar bisa bernafas dengan benar."

(Author ***** POV)

Minseok membongkar hampir semua isi almari di depannya. Istrinya Nana melihat suaminya tak jauh beda dengan seorang pecandu obat yang gila. Ada banyak baju dan barang penting seperti dokumen, kotak emas bahkan dasi suaminya berceceran di atas lantai. Sudah cukup baginya menggampangkan segala sesuatu sampai membuat beberapa barang menjadi berantakan.

"Apakah kau tidak cukup membuat keadaan lebih parah?" Tatapan mengandung batin marah. Tragis sekali kala sang suami membuat onar dan tak ada perhatian untuknya. Dia hanya bisa berdecak sebal dalam hati ketika tatapan tajam itu tak pernah berpendar akan cinta untuknya. Dengan mudahnya dia menjatuhkan surat gugatan cerai. "Tanda tangani ini. Hidupku sudah tak ada pentingnya bagimu bukan? Aku ingin membawa Jungkook bersamaku." Lanjutnya.

Dia saja tidak bisa bicara dengan benar ketika takut. Lalu sekarang semua itu terasa kaku juga kalut. Istrinya tidak pernah bermain, ini bukan tanda bahwa rumah tangga akan tahan lama seperti orang yang datang dan mendoakan. "Hidup kita sudah sulit. Bagaimana bisa aku menjalani ini semua denganmu. Aku ingin berpisah, merawat Jungkook. Tanda tangani sebelum kau mati dalam peperangan bodoh ini."

Setidaknya dia menjadi janda sebelum kematian suaminya. Dia bisa apa kalau sebenarnya pria di depannya ini sama sekali telah munafik akan perasaan nya.

"Tidak akan aku lakukan. Kau akan membawa Jungkook. Tidak akan aku lakukan, kecuali kau membiarkan Jungkook tetap disini bersamaku." Dia menatap sang istri lalu membuang dasi di tangannya. Sesuatu tengah dia cari tapi rupanya tak di temukan. Wanita itu tersenyum palsu, suaminya begitu parah dalam hal otak yang bergeser. "Keadilan hidup dan cinta. Sama sekali aku tidak akan menduga kalau tulang rusukku adalah orang kolot." Dia tertawa bengis setelahnya.

Ambil oksigen, lalu membuangnya. Hal ini telah biasa dia lakukan.

"Lalu, apa yang kau harapkan. Aku hanya mencintai Hera." Jujurnya. Ini menyakitkan, karena selama ini dia hanya menjadi kedua dalam bayang seorang istri. Opsi kedua untuk pergi tapi tak membawa Jungkook adalah hal egois yang akan dia tolak. Dengan mudahnya wanita itu mengeluarkan pistol dan menempelkan benda berbahaya itu di kepala belakang suaminya. "Aku selalu sabar mendapatkan pria sumbangan sepertimu. Kau sangat egois, ingin memisahkan seorang anak dari ibunya." Mata yang menyimpan dendam. Angkuh dalam segala hal.

Jika semua ini dilihat oleh orang lain maka bisa dipastikan maka mata seorang suami akan jatuh karena istrinya yang galak.

"Aku tidak apa jika tidak mendapatkan cinta. Caramu memperlakukan anakku seperti mesin penyimpanan uang. Itu mengapa membuat aku kuat, aku bisa menjadi janda kaya tanpa uangmu. Makanya aku ingin kau sadar. Aku tidak selemah dugaan mu." Dia mengatakan dengan suara parau. Air mata jatuh dengan kedua mata berwarna merah. Di balik tubuh seorang suami dia menyiapkan benda berbahaya lainnya.

"Mungkin kau hanya depresi. Semua bisa dibicarakan baik-baik. Apakah kau mau Jungkook punya ayah dan ibu yang berpisah. Kasihani dia dan lupakan masalah kita." Dia menggerakan tangan kanannya pelan. Matanya meniti setiap gerakan sang istri dalam lirikan matanya. Di depannya adalah lemari, tapi di belakang sang istri adalah pintu. Dia akan mendorong wanita itu jika memang dibutuhkan. Pistol berwarna cokelat mengkilap itu menunjukkan siapa jati diri pemiliknya.

Ini seperti Vagabond.

Nana tahu mana yang benar dan salah. Dia bahkan mencubit tangan itu sampai si pria mengaduh sakit dalam hati. Dia malu jika istrinya ini tahu. Kedua pipinya saja memerah.

"Letakkan saja. Aku tahu bagaimana kau cukup bodoh memasang peluru pada benda itu. Aku sudah memastikan semuanya, kalau kau macam-macam bukan aku yang tiada. Tapi kau suamiku." Pelan dalam akhir kata, seperti meremehkan sesuatu. Sungguh dia tidak akan pernah melupakan bagaimana pikiran picik suaminya menginginkan dia untuk mati. "Kau tahu segalanya istriku. Ya, aku akan menyerah tapi jika kau mengambil Jungkook itu tidak bisa. Dia adalah seorang pewaris, Kim Minseok. Ayahnya adalah aku." Cara bicara dengan gampang dan mudah.

Nana mendengus sebal. Dia mengambil benda itu dari tangan suami begitu memaksa.

"Cukup, jangan membuat alasan. Aku ibunya dan aku berhak. Kau yang sebenarnya tidak berhak. Kau sangat buruk sebagai seorang ayah!" Dia menangis tapi cukup tegar. Dia berani membunuh dia juga marah karena kasus sahabatnya semua menjadi berdampak bagi anaknya. Kesalahan yang terjadi adalah kenapa suaminya selalu saja diam dan tidak mau mengatakan sejujurnya.

"Kau dengan anjing saja berbeda jauh. Anjing lebih baik dari manusia seperti kau. Hewan tidak pernah memberikan beban pada anaknya, makhluk seperti itu meminta pada dunia agar anaknya bisa bertahan hidup."

Tes...

Tes...

Seorang ibu tidak akan pernah mau anaknya menjadi alat. Bahkan alat suaminya sendiri. "Aku tahu mana yang baik dan tidak untuk Jungkook, anakku." Lirih dalam suara kerongkongannya.

Saat dia menyadari Hoseok sempat ada disana. Wanita itu tersenyum miris. Dia kasihan dengan pengawal itu, mendapati Tuan tidak adil. Dia yang pernah menyelamatkannya. Ingin menyelamatkan dia lagi.

"Hoseok dia bahkan mengekang mu. Memintamu jujur, tidak pernah membangkang dan kau telah membuat dia kecewa. Dia ingin menjadi kakak dan bukan sekedar budak." Keinginan untuk menjadi normal. Dia juga melihat bagaimana pasukan Yoongi juga lainnya telah siap dengan senjata.

Realita sekarang. Nyawa lebih berharga dari pada sekedar pekerjaan dan uang.  Dalam satu telak dia mengatakan dengan keras juga mantap.

"Aku ingin berpisah!" Kata orang jika salah satu pihak menalak tiga kali. Maka keputusan untuk pisah dari suatu hubungan pernikahan itu dianggap sah. Sang suami bahkan tidak akan mampu mengatakan tidak, dia saja tidak punya hak untuk menyentuhnya lagi.

.

Taehyung terpaksa.

Membawa Jungkook ke rumahnya. Dia begitu karena yang muda merasa perutnya sakit. Tapi belum dia masuk pintu sudah terbuka, seperti seseorang telah masuk. Tak ayal Taehyung langsung meminta pada Jungkook untuk berhenti di tempat yang sama sekarang juga.

"Ada apa? Kenapa kita mengendap?" Pertanyaan cukup polos. Karena gemas sendiri namja itu langsung menarik adiknya yang bodoh. Siapa yang akan tahan pada satu kebodohan? Ini bukan jalur dimana setiap orang memiliki kuasa. "Yang aku tahu. Kau tidak pernah mengatakan dalam satu detik pun masalah mu. Jadi jangan berbicara saat dalam bersembunyi seperti sekarang." Ingatnya tapi dia sendiri juga banyak bicara.

Tragisnya Jungkook tak bisa mengatakan kesalahan Taehyung karena dia kalah argumen.

"Kau tahu. Lama-lama aku ingin kau digantikan." Lirih dalam kata sedikit memberontak. Hal seperti ini pertanda bahwa keduanya mulai akrab. Suka ribut dan akan berbaikan pada akhirnya.

Taehyung hanya menatap malas pemuda di belakangnya. Andai saja dia bisa membeli lakban maka akan berguna. Tak lama pintu tertutup menampilkan seseorang yang masuk dengan membawa sesuatu di dalam tasnya. Pemuda dengan menggunakan topi, Taehyung hanya tahu dua orang yang punya kunci rumah untuk masuk kesana hanyalah dia juga Seokjin. Jika dia pencuri bisa saja dia harus merusak kaca atau merusak engsel.

Ini terlalu rapi.

Taehyung meminta Jungkook untuk tetap disini sembari memberikan koper itu padanya. "Bawa ini, aku tidak mau kau membuat keputusan merusaknya." Ungkapnya langsung. Mendapati tatapan bingung sang adik, Jungkook tidak mau disini dia ingin membantu. Orang jahat harusnya dilawan bersama bukan sendirian.

"Kau akan mati jika nekat." Imbuh Taehyung yang langsung membuat Jungkook bergidik ngeri. Kedua lengannya saja langsung merinding. Ini membuat dia gusar setengah mati, Taehyung tidak peduli bagaimana pendapat Jungkook setelahnya. Dia hanya mengatakan bahwa keinginannya adalah absolut.

"Kapan kakakku akan sadar kalau dia juga manusia yang butuh bantuan." Mungkin saja keinginan Jungkook adalah hal kecil sederhana. Sementara bagi orang lain keinginan namja itu adalah sesuatu hal yang mengatakan bahwa doanya terlalu lucu.

,

Seokjin sengaja memasukkan beberapa pakaian di dalam tasnya. Dia ingin bunuh diri dan sempat terlintas. Keinginan untuk mati terlalu kuat dari kewarasannya. Sementara dia cukup kecewa dengan keadaan dirinya.

"Ayah. Mungkin kah kau memang ingin membuat aku jauh dari kata bahagia. Sekarang aku meminta diriku sendiri untuk minggat." Cara bicara serius. Dia sedikit kesal dengan bumbu dongkol. Andai saja, semua pasti akan baik tapi ayahnya telah membuat dia seperti monster. .

Senjata pistol berada di belakang kepalanya. Membuat kedua bola mata itu membola. "Kau siapa dan apa mau mu." Suara tegas dengan mata tak akan memberi ampun. Tangan Taehyung sudah gatal untuk menghajar pemuda di depan matanya. "Ini aku Taehyung. Kenapa kau langsung kesini." Dia meremat tangan itu.

Dia meminta agar sang adik tidak melakukan tindakan bodoh seperti menembak seseorang sembarangan. Waktu menunjukkan pukul satu siang. Ini adalah waktu paling cepat agar segera sampai di malam hari. Peperangan akan terjadi, dia harus melakukan tindakan. Semua pakaian dia kemas dan menjadi satu dalam koper besar. Taehyung langsung benci melihat seseorang itu. Kepalanya menoleh ke sisi kanan, kecuali melihat pemuda di depannya.

"Oh. Silahkan. Kau boleh minggat dari tempat ini. Aku akan pergi dari apartemen ini juga. Karena aku tidak betah menggunakan bekas seorang penjahat." Sindiran tepat. Dia juga meminum air mineral di atas meja.

"Itu bekas ku." Bicara santai. Langsung terbatuk dengan semburan di dinding. Air itu mengenai dinding sampai bekas disana ada. Cat warna hijau muda itu seolah ternoda oleh ludahnya. Seokjin melihat Taehyung dengan wajah memelas. Dia akan kehilangan namja itu lagi, dia tidak akan bisa tapi harus. "Jaga dirimu baik-baik." Dia memberikan tisu di depan mejanya. Agar Taehyung segera mengambilnya.

Selama ini Seokjin tahu bahwa adiknya tidak akan masalah menggunakan bekas atau air minum milik kakaknya.

Sekarang, dia melihat bagaimana kawasan jijik padanya semakin melebar di hati seorang Kim Taehyung. Ini menyakitkan tapi dia tidak ijinkan Taehyung tahu apa soal dirinya. Keinginan untuk membuat adiknya tidak akan lagi mengalami kebohongan kedua kali itu akan segera terkabul.

Pemuda itu terbatuk, membuat sosok yang muda diminta bersembunyi itu menyusul. "Kau kenapa Taehyung Hyung. Aku mendengar mu batuk." Kaget juga saat dia berpapasan dengan Seokjin. Jungkook melihat bagaimana koper besar ditangan itu seolah siap pergi. Juga pistol yang dia kalung kan dia ikat pinggangnya. Seokjin langsung bertanya tanpa memikirkan apapun.

"Kau membawa pistol?" Pertanyaan itu juga kembali dari Taehyung. Hal yang tak biasa datang dari seorang Seokjin. Selama ini kakaknya hanya akan selalu bermain aman. "

Seokjin diam dan hanya melihat sang adik sekedarnya. Tangannya mencari aman agar tidak meletakkan benda itu dari pandangan mata orang lain lagi. "Jungkook, aku senang kau bisa datang ke sini. Dalam apartemen ku dan ya... Maaf aku belum sempat membereskannya."

Dia langsung melanjutkan ucapannya tanpa tahu bahwa Taehyung sedikit miris karena diabaikan. Sekarang atau selamanya dia tidak akan mau peduli apapun dan bagaimanapun keadaannya lagi. Seokjin adalah masa lalu dan seorang kakak yang buruk.

Jungkook memeluknya sayang. Seorang kakak tidak ada kata kandung dan tiri. Katakan semua manusia di dunia ini adalah satu saudara. "Aku tidak akan bisa melupakanmu." Bisikan Seokjin membawa rasa terkejut sendiri. Selama ini dia tidak pernah tahu bahwa rasa sedih dan perpisahan mungkin segera terjadi.

Dia pergi tanpa mau melihat Taehyung. Satu tetes air mata adalah kesedihan. Jungkook melihat di atas telapak tangannya yang tak sengaja kejatuhan cairan bening itu.

"Ini aneh. Dia menangis?" Niatnya ingin bicara pada Taehyung soal sepenting ini. Tapi dia malah melihat bagaimana namja dengan tingkah bak anak-anaknya itu masuk ke dalam kamar mandi.

"Taehyung Hyung. Apakah kau tidak menyadari sesuatu?" Gumamnya pelan. Kata pasrah seolah tidak akan pernah terjadi lagi. Jungkook merasa bahwa seseorang telah menyimpan bebannya. Ini adalah kesalahan ketika dia tidak langsung bertanya langsung.

Ketika dia meletakkan tas koper milik sang kakak. Satu objek telah membuat dia membola. Kedua matanya tak bisa menyiratkan maksud. Akan tetapi dia melihat bagaimana di foto sana seseorang yang sama seperti bangkit dari kematian.

"Ini kan eomma Hera." Pelan dan pasti sementara suara dari belakang sana menatap kesal dan marah.

"Apa yang kau tahu sekarang ini Jungkook?" Mendadak nafasnya seperti hilang tercekat. Kim Taehyung, dia tidak suka jika barang kesayangannya di sentuh oleh orang lain. Apakah kata maaf akan ada lagi? Sementara foto itu jatuh diatas map cokelat. Foto mengenai seseorang yang berada di cafe dengan selfie menggunakan layar ponselnya.

Tanpa ada menit atau detik, satu tangan dalam kepalan kuat menyentuh lehernya. Mencekik dan memberikan rasa sakit teramat sangat. Seperti sengatan sendiri yang berbeda. Jungkook hanya bisa membuka mulutnya menahan nafas. Begitu besar rasa sakit, begitu besar pula takut dalam jantung.

Darah di atas kepala Taehyung seolah mendidih tidak terima. Padahal semua itu karena teledornya dia. Jungkook meminta dengan sangat untuk dilepas, suaranya seperti mau menghilang.

Dengan kasar dan terpaksa Taehyung melakukannya. Membuat namja muda itu langsung terbatuk setelahnya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk...." Menghembuskan nafas tenang. "Aku hanya kaget melihat bahwa ada ibu di dalam sana." Disentuhnya leher itu dengan lembut, dia tidak terima tapi sudah terlanjur. Jungkook mendadak kecewa dan memutuskan untuk keluar. Jika saja Taehyung bisa menahan emosinya mungkin hal seperti ini tidak terjadi.

Dia sangat sensitif jika berhubungan dengan sang ibu. Dia merasa bahwa dalam relung hatinya ada yang berat, dan itu adalah penyesalan dia dapatkan.

Tangan itu sudah menyakiti adiknya. Sama sekali bukan hal terbaik dengan apa yang dia lakukan sekarang dan seterusnya. Anehnya dia baru merasakannya sekarang, selama ini dia tidak masalah dan justru menikmati semuanya. Selama ini dia hidup tanpa perasaan dan jauh dari kata manusiawi.

Mereka saja tidak tahu bahwa dalam waktu beberapa jam lagi. Peperangan akan terjadi, hal itu dimulai saat panggilan telefon milik Taehyung berbunyi.

"Halo."

Di seberang sana ada suara tembakan, dalam seseorang yang kini sudah memanggilnya. Terjadi pembunuhan secara mendadak sepertinya.

"Paman, dia mau apa." Ucapnya dalam penekanan marah.

........

Tbc.....

Chapter selanjutkan akan segera di updete. Terima kasih untuk antusiasnya. Semoga kalian semua bisa bahagia selalu dimanapun berada.

Tetap semangat dan jangan lupa jaga kesehatan ya.

Saranghae and gomawo ❤️

#ell

25/03/2021






Continue Reading

You'll Also Like

58.9K 3.7K 29
Jeon Jungkook, seorang pelajar yang mendapat sebuah kuas dari seseorang yang tak ia kenal. Berkat kuas itulah kehidupannya mulai berubah. [TAMAT] ⚠️...
56.4K 9K 9
"Tae cuka Bunny...!!!" - Kim Taehyung "cucu..mau cucu.." - Park (Jeon) Jungkook "huweeee....Chimie juga mauu~~" - Jimin "Bocah..!" - Oh (Min) Yoongi ...
78.4K 6.4K 16
Taehyung kecil yang memiliki penyakit jantung harus rela meninggalkan Seoul dan pergi ke desa untuk kesembuhannya, karna ibunya tidak memiliki cukup...
174K 8.5K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...