[FF] BE MINE •Markhyuck ^END

By eroz_theo

431K 48.4K 16.6K

Markhyuck ff Rate 18++ Dua anak rp gabut yang menuangkan ide dalam cerita Dua Author : Eroz dan Theo [Bagian... More

1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
liat dulu
27
28
Numpang nanya
29
30
31 end
32
baca dlu bentar
33
34
35 [End]
Bonchap
Bonchap again
mau gak ?
Be mine part 2 publish !!!

2

19.6K 2.4K 715
By eroz_theo

..
..

Jgn salah lapak ya.

Yang mau next part di up besok mana suaranya ??

Makasih.
Happy reading.

.
.

.
.

"Apa yang terjadi ?!"
Pertanyaannya hanya dijawab dengan isakan Bunda yang makin terdengar.

Tau jika tidak akan mendapat jawaban berarti, Mark melihat pada ayahnya. Dan hanya mendapat gelengan kecil dengan matanya yang lelah yang kini memerah.

Mark membuang nafas kasar dan menumbangkan kakinya yang dari tadi dipaksa kuat untuk berlari dan menopang dirinya agar segera bisa lari ke rumah sakit tempat dimana keluarganya sekarang berada.

UGD benar-benar penuh. Tapi Mark tidak peduli dirinya berakhir terduduk dialas lantai yang dingin dengan bersandar pada dinding putih yang hampa.

Ia hanya menerawang menatap langit-langit dengan berdoa.

'Tolong selamatkan Min Hyung, Tuhan.'

Meski bergantung sepenuhnya pada doanya, ia seolah sudah kehilangan separuh nyawanya.

Keluarga mereka begitu damai dan bahagia sejauh ini. Min Hyung yang lebih senang dengan pelajaran umum, meminta disekolahkan di sekolah biasa, dan berhasil masuk ke sekolah unggulan.

Sedangkan Mark, harus dengan berat hati masuk ke sekolah khusus seni demi cita-citanya.

Bunda sosok yang penyayang dan selalu adil dalam membagi kasih sayang dan perhatiannya pada mereka. Mengurus rumah kecil mereka yang sederhana dan melayani suami yang setiap hari capek bekerja demi menghidupi mereka.

Kehidupan yang sederhana dengan kasih sayang berlimpah tidak pernah absen Mark ataupun Min Hyung rasakan.

Tidak pernah ada insiden berarti, kecuali hari ini.

Mark bergegas meninggalkan akademi seni-nya begitu mendapat kabar dari sang ayah, jika saudaranya mendapat musibah.

Min Hyung ditemukan sekarat di sebuah gang kecil dengan penuh luka dan darah.

Setitik air mata mengalir dari sudut mata Mark yang terpejam. Masih segar diingatannya ketika tadi pagi ia mencuri kaus kaki di dalam kamar saudaranya, dan dihadiahi sebuah pukulan kecil di meja makan yang diiringi tawa ayah dan bunda.

Padahal malam ini Min Hyung mengajak Mark untuk jalan-jalan ke mall dan menonton film kesukaan mereka.

Mark menghembuskan nafasnya kasar. Ia ingin marah. Ia tidak terima dengan keadaan ini. Andai saja dia masuk ke sekolah umum bersama Min Hyung, kakaknya itu tidak akan berakhir seperti sekarang.
Mark juga tidak terima kenapa Tuha tidak melindungi Min Hyung seperti biasanya. Kenapa Tuhan melewatka hari ini dan membuat Min Hyung berakhir di rumah sakit.

Tapi seolah tau jika anaknya akan menyalahkan keadaan pada Tuhan, bunda tiba-tiba memeluknya dan membuatnya hanya berakhir terisak lirih.

"Berikan doa untuk kakakmu banyak-banyak. Hanya Tuhan yang bisa menolongnya sekarang. Jangan menyalahkan siapapun."

Dan Mark hanya mengangguk kecil.
Ya. Keluarganya terlalu religius untuk sekedar menyalahkan Tuhan.

.
.
..
...
..
.
.

Haechan mengernyit menahan sakit di lutut kanannya ketika keluar dari ruangan Dokter Jungwoo, salah satu dokter langganannya, tentu saja ketika ia selesai mendapat siksaan dari sang ayah.

Kalimat Yuta-saem disekolah tadi berkelebat lagi dalam kepalanya. Kalimat yang mengatakan tidak masalah mendapat nilai 98, sebab dia masih menjadi yang terbaik di kelas, maupun diangkatan. Dia tetap juara 1.

Sebuah senyum sinis tersunggung dibibir Haechan.

'Bahkan hanya kehilangan 2 angka saja, tempurung lututku sudah retak.'

Diam-diam Haechan berharap, ia tidak pernah terlahir sebagai anak tertua di keluarganya. Atau sebenarnya, lebih kepada ia tidak ingin terlahir sebagai anak Johnny Suh.

Haechan berjalan pelan melewati ruang demi ruang poli di rumah sakit itu. Dan ia memilih berbelok ke arah UGD, sebab jalan keluar tercepat adalah lewat sana dari pada lewat loby rumah sakit.

Perhatiannya terhenti pada laki-laki yang sedang duduk di lantai dengan ekspresi seperti baru saja kehilangan hidupnya.

Haechan awalnya ingin acuh saja. seperti dirinya yang biasa. Tapi baju seragamnya yang lusuh membuat Haechan tertarik sebentar.

Bau rumah sakit terutama UGD yang memualkan tiba-tiba berganti dengan aroma yang menjadi candunya.

Haechan berdiri beberapa langkah di depannya. Namun laki-laki itu tidak menyadari keberadaan Haechan.

Ingin sekali rasanya Haechan mendekat, menempel seperti sore tadi, dan merasakan keringat itu menitik lagi di wajahnya.

Tapi Haechan tentu tidak bia. Ia tidak gila.
Untuk sekarang.

Karna itu, demi menahan hasratnya sendiri Haechan memejamkan matanya dan bergegas pergi meninggalkan UGD.

Meninggalkan aroma candunya.

.
..
...
..
.

Waktu terasa sangat lama berlalu, kini Mark sedang berdiri di depan pintu kaca yang ia bisa yakini sangat tidak nyaman berada di dalamnya.

Sosok saudaranya tertidur dengan dikelilingi oleh alat-alat yang berbunyi bergantian tapi tidak enak bila terdengar. Bagian-bagian tubuhnya terperban rapat dan terlihat konyol dari tempat Mark saat ini.
Terlebih, Min Hyung di dalam sana

Sendirian.

Mark harusnya menemani Min Hyung ke sekolah. Mark harusnya menemani Min Hyung ketika ia berjalan sendirian di dalam gang itu. Mark harusnya menemani Min Hyung ketika berada di ruang operasi tadi. Karna Mark tau, Min Hyung sosok yang mudah merasa takut dan gugup.

Ia harusnya melindungi Min Hyung. Tapi melihat kondisi Min Hyung yang sekarang, Mark hanya menepuk-nepuk dadanya yang terasa sangat sakit dan ingin meledak.

'Tak apa Mark. Ini bukan salah siapapun. Bukan salahmu juga. Ini cobaan dari Tuhan. Ini batu sandungan saat ini.'
Mark berusaha mensugesti dirinya sendiri.

Seorang dokter sedang bicara dengan ayah dan bunda, Mark hanya mendengar sekilas sebab matanya sibuk mengawasi keadaan saudaranya di dalam ICU sana.

Air mata Mark hanya kembali jatuh ketika dokter mengatakan jika kondisi mata Min Hyung cukup parah.

"Saya rasa, pecahan kaca mata atau sesuatu yang tajam melukai kornea-nya. Ada beberapa goresan dan tusukan disana. Untuk saat ini, anak anda dinyatakan buta. Kondisinya akan tetap seperti ini hingga kami berhasil melakukan tranplantasi pada matanya."

Dengan mata terpejamnya, Mark bisa tau jika Bunda baru saja beringsung duduk di lantai tiba-tiba.

Mark hanya berusaha menguatkan dirinya sendiri saat ini.

Setelah dokter melanjutkan pembicaraan dengan ayahnya, dan berbicara dengan seorang polisi yang kebetulan yang menemukan Min Hyung di gang itu, Mark hanya duduk di depan pintu kamar ICU saudaranya sebab kondisinya saat ini yang belum boleh di jenguk.

.
..
...
Dua pekan kemudian.
...
..
.

Haechan meletakkan tumpukan buku tugas dari kelasnya keatas meja Yuta-saem. Kehadirannya sedikit mengganggu pembicaraan antara wali kelasnya itu, dengan dua orang wali murid yang duduk dihadapannya.

Namun ketika Haechan permisi untuk undur diri, ia mencium bau dominan yang familiar dari tamu Yuta-saem.

Tapi karna Haechan tidak bisa lama-lama berada di sana, ia memutuskan keluar dan mendengar khasak-khusuk begitu sampai di dalam kelasnya.

Ya, hal itu terjadi hampir sepanjang hari. Haechan sebenarnya muak, ingin sekali ia menjait setiap bibir penyebar rumor dan gosip yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya itu, tapi ia hanya menanggapi dengan antusias seolah ia menikmatinya.

Padahal tidak.

"Hei, Haechan, apa kau tau ? Min Hyung keluar dari sekolah kita karna sakitnya."
Jaemin sudah menyeret Haechan ke tempat duduknya dari depan kelas ketika ia baru saja kembali.

Jaemin adalah salah satu orang yang membuat Haechan gatal sekali ingin menjahit melintang di bibir tipisnya.

"Benarkah ? Dari mana kau tau ?"

Chenle yang duduk di depan Haechan memutar bangkunya.

Tanpa Haechan sadari, beberapa orang mulai berkerumun di mejanya. Seolah semut yang datang pada tumpahan gula. Padahal sumber gosip ini bukan dia, tapi Jaemin. Dan laki-laki bercardigan pink itu terlihat sangat bersemangat melanjutkan hobby-nya itu.

"Aku menyapa orang tua Min Hyung tadi di lobby. Dari raut wajah Ny. Jung, terlihat sekali jika Min Hyung masih dalam keadaan buruk. Aku hanya bertanya kapan Min Hyung akan kembali ke sekolah. Tapi Tn. Jung memberitahuku jika mereka datang kesekolah untuk mengurus mutasi Min Hyung."

'Jika yang dimaksud adalah pasangan suami istri wali murid yang ada di ruangan Yuta-Saem tadi, tentu itu berkaitan juga dengan Mark. Aku bisa mencium baunya.'

Haechan terlihat manggut-manggut.

"Kasihan sekali Min Hyung."

Haechan memelas melihat pada bangku kosong yang tepat berada di belakangnya. Bangku dimana tempat biasa Min Hyung duduk.

"Tapi ada yang lebih menghebohkan lagi." Jaemin memelankan suaranya, sehingga kerumunan penikmat gosip itu semakin mendekat pada bangku Haechan.

'Ingatkan aku untuk membeli jarum dan benang bedah sepulang sekolah di apotek.'

"Aku melihat sauda..."

Baru saja Jaemin membuka mulutnya, Yuta-Saem berjalan masuk ke dalam kelas dan membuat kerumunan langsung bubar seketika.

"Selamat pagi anak-anak."
Sapa Yuta-Saem, wali kelas mereka.

Haechan bisa menduga, jika memang benar cerita Jaemin tadi, maka Yuta-saem yang masuk di jam yang bukan jam pelajarannya itu hanya ingin menyampaikan perihal Min Hyung yang keluar.

"Maaf, jika pagi-pagi, bapak ingin menyampaikan kabar buruk kepada kalian. Salah satu teman kita, Min Hyung, harus keluar dari sekolah untuk fokus kepada pengobatannya setelah kecelakaannya tempo hari."

Beberapa gadis dikelas mereka mulai menangis.
Tapi di tempat duduknya, ada sebuah senyuman yang berusaha sekuat tenaga ditahan oleh Haechan.

"Tapi kalian tenang saja. Kita kedatangan teman baru, dan kalian akan terkejut ketika melihatnya."

Tak lama, Yuta-Saem mempersilakan seseorang masuk. Karna fokus dengan gosip dari Jaemin, dan berita keluarnya Min Hyung, tidak ada yang menyadari keberadaan orang tersebut di luar kelas.

Bahkan Haechan sekalipun tidak menduga.

'Apakah ada murid baru ?'

Seorang laki-laki cukup tinggi berjalan masuk ke dalam kelas.

Seluruh mata memperhatikannya dengan sangat terkejut. Bahkan Haechan juga menyipitkan matanya untuk memastikan apa yang dia lihat benar.

Berdiri seorang laki-laki, dengan wajah yang sangat mirip dengan Min Hyung disebelah Yuta-Saem yang kini menyebar senyum kesegala penjuru kelas.

Walaupun berwajah seperti Min Hyung, dan jika ada anak yang berimajinasi jika Yuta-Saem sengaja berbohong perihal keluarnya Min Hyung dan yang berdiri di depan sana adalah dirinya, hal itu sangat mustahil.

Penampilan laki-laki di depan kelas sana terbilang cukup stylist, tidak secupu Min Hyung, rambutnya cukup panjang dan berwarna coklat sedikit kemerah-merahan, tidak seperti Min Hyung dengan warna hitam legam dan berbentuk batok kelapa.

Tidak ada kaca mata tebal yang bertengger dihidungnya, dan sosok yang berdiri di depan sana, sangat percaya diri menegakkan pundaknya dan menatap langsung pada mata teman-teman dikelas. Sangat berbeda dengan Min Hyung yang selalu membungkuk dan menunduk ketika berhadapan dengan orang lain.

"Hai semua. Perkenalkan aku Mark Jung. Aku adalah saudara kembar Min Hyung-i. Semoga itu bisa menjawab keterkejutan kalian melihatku."

Lagi, Mark menebar pandangnya kesekeliling. Dan beberapa detik, ia menangkap sosok Haechan yang tengah mengangkat salah satu alisnya.

Tapi Haechan buru-buru mengganti ekspresi datarnya itu, dengam sebuah senyuman kecil yang terlihat sangat cantik dan imut.

Sayangnya, di mata Mark, hanya ada kilatan disana ketika menatap Haechan, meskipun ia berusaha menyamarkannya di balik senyumannya.

'Aku menemukanmu.'

"Baik, meski ini terdengar jahat, Mark akan menggantikan posisi Min Hyung dikelas ini untuk kalian. Dia akan duduk di bangku Min Hyung juga."

Arah mata Yuta-saem dan Mark melihat di deret bangku tengah. Beberapa orang juga memperhatikannya. Laki-laki sipit bernama Jisung itu ingin mengajukan pertanyaan.
Setelah Yuta-saem mempersilakannya, Jisungmenurunkan tangannya dan membuka suara.

"Kurasa aku mengenalmu Mark. Bukankah kau dari sekolah Seni Youndam ? Kenapa kau pindah ke sekolah biasa seperti ini ?"

Beberapa orang membelalakkan matanya mengetahui fakta yang disampaikan Jisung dalam bentuk pertanyaan itu.

Sekolah seni Youndam bukan sembarang sekolah seni. Ia termasuk 5 besar sekolah seni terbaik di Asia dengan persyaratan masuk yang sangat-sangat ketat dan susah.

Bahkan sekolah itu tidak mempan dengan sogokan uang dan lain sebagainya. Disana murni diisi dengan anak-anak kompeten yang memang sanggup dengan bidang yang mereka tekuni.

Tidak ada sistem kasta didalam sekolah seni itu, tidak peduli anak gubernur, pejabat, pemilik perusahaan, tani, pegawai biasa, pedagang atau apapun itu, semuanya sama di sekolah itu.

Jisung dua kali mengikuti tes masuk ke sekolah itu, tapi ia gagal. Mungkin karma mengikuti informasi yang ada dari sekolah seni Youndam, ia mengetahui tentang Mark.

'Aku ingin mengetahui monster mengerikan yang menyakiti saudaraku.'

Sebuah senyum kembali diperlihatkan Mark.

"Aku ingin merasakan sekolah disekolah umum sekali seumur hidupku. Ya, setidaknya masuk di tahun akhir tidak cukup buruk setelah sejak Junior High School aku berada di Youndam. Bukan begitu Saem ?"

Mark meminta tanggapan Yuta-saem dan mendapat persetujuan darinya.

"Setidaknya ini bagus. Kelas kita selalu buruk ketika acara tahunan maupun pentas seni, Mark bisa membantu banyak karna dia pemusik yang hebat. Bukan begitu Mark ?"

Ya, basa-basi itu berlanjut beberapa saat hingga kemudian Yuta-saem mempersilakan Mark untuk duduk dibangkunya.

Mark berjalan melewati Haechan. Sempat sekilas ia melirik pada laki-laki manis itu. Ia sendiri tidak tau kenapa ia melakukannya.
Bahkan setelah ia dudukpun, matanya tidak lepas dari bagian belakang kepala Haechan.

Sedangkan Haechan merutuk dalam dirinya sendiri karna sesuatu yang remeh.

Ia tidak mencium bau keringat seperti tempo hari.
Padahal ia lebih suka bau itu dari pada parfum isi ulang yang saat ini dipakai oleh Mark.

Rasa kesalnya membuat ia tanpa sadar berputar dari posisinya dan menatap Mark sinis.

1 detik.

2 detik.

Dan setelahnya, Haechan memasang kembali senyumnya.

'Sial, bagaimana aku bisa melepas topengku 2 kali sepagi ini terhadap sosok Mark ?!!'

Haechan heran kenapa lagi-lagi ia kelepasan memperlihatkan sisi aslinya yang tidak berekspresi, sinis dan sebenarnya cukup menyeramkan kepada orang asing seperti Mark.

Namun, walaupun ia kesal karna tidak mencium nau keringat Mark yang membuatnya ketagihan, Haechan berhasil merasakan degupan lain di dalam dirinya.

Atau mungkin, karna aroma tubuh Mark itulah, membuat Haechan tertarik padanya.

Tangan Haechan terulur pada Mark.

"Aku Haechan, ketua kelas. Semoga kau nyaman disini."

Mark membalas senyuman itu dan menerima jabat tangan tersebut dengan tak kalah ramah.

"Tentu, akan sangat nyaman berada disini."


'Jika tidak ada kau.'

.
..
...
..
.



tbc.


Tinggalin jejak ya dgn vote, share & comment.

Btw g bisa bales satu2 buat reader ya.. Maaf bngt. Tapi intinya Makasih udah nyemangatin dan mampir ke cerita gw.

.
.

Continue Reading

You'll Also Like

660K 47.7K 43
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
654K 76.4K 60
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
PENGASUH By venta

Fanfiction

65.7K 7.7K 54
Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu cabang dari organisasi ini, memilih untuk membanting set...
1.1M 42.2K 34
(CERITA YTH. BAPAK DOSEN DAN SELURUH ISINYA HANYA TERSEDIA DI WATTPAD @eestehpanas , SELAIN DI WATTPAD SAYA KLAIM PLAGIAT) ...... "kok bapak si yang...