ICE GIRL (HIATUS)

Autorstwa nisawlt

161K 11.9K 581

Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluruh warga sekolah SMA Angkasa, karena keanehan... Więcej

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
🍀CAST🍀
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
PENGUMUMAN!!!
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51

Chapter 22

2.2K 152 1
Autorstwa nisawlt

"Satu dua ti–ga,"

Cekrek~

"Good, i know you are talented, Leo," seorang pria bertubuh tegap melipat tangannya di dada berseru pada Leo yang tengah berpose dengan setelan baju yang bisa dibilang branded itu.

Setelah selesai dengan pemotretannya Leo pun menghampiri pria itu "Oke cukup, sudah cukup untuk hari ini. Kerjamu sangat bagus Leo," ucap lelaki itu.

"Terimakasih om, ini juga berkat om dan staff disini juga." Pria itupun tersenyum lalu menepuk bahu Leo.

"Yasudah om pergi ya, ada urusan di kantor, biasalah."

"Iya om, biasalah." Balas Leo diiringi dengan kekehannya.

Leo pun pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya.

.

Saat di cermin ia pun mulai bergumam, "apa iya gue harus turutin kemauan Lea? Nggak-nggak gue gak boleh kayak begitu..."

Plak

Leo menampar pipinya lalu berucap "Sadar Leo, dia Agatha... orang yang lo cari selama ini. Agatha itu dia..."

Flashback on

Seorang anak lelaki berusia 12 tahun dengan seorang wanita yang memakai kaos santainya sedang berada di halaman samping rumah pamannya, lelaki itu tengah memegang bola basket, wanita itu berkata "Leo, kamu main sendiri dulu ya, sambil menunggu Tian pulang sekolah. Aunty mau pergi ke dapur dulu, oke!"

Anak lelaki itu pun mengangguk lalu tersenyum, "iya aunty, pasti aunty mau masak yang banyak ya!?"

Wanita itu tertawa "iya, Leo kamu tau aja."

Leo pun terkekeh. Setelah itu wanita itu pergi meninggalkan Leo.

Leo pun menghilangkan rasa bosan dengan melempar basket ke dalam ring. Beberapa kali ia berhasil memasukkan basket, tapi kali ini lemparan Leo terlalu keras, hingga bola itu memantul dari ring ke arah halaman rumah sebelah nya.

Leo mendengus. Ia pun melihat ke sekeliling, dan menemukan sebuah tangga yang berukuran sedang, tidak terlalu tinggi. Meski ia masih berumur 12 tahun, tenaganya cukup kuat untuk anak seusianya. Ia pun mengangkat tangga itu ke tembok pembatas rumah itu.

Setelah itu ia pun menaiki tangga itu lalu melompat ke dalam halaman rumah itu. Leo melihat sekeliling dan menemukan basket di dekat sebuah pohon Mangga yang lumayan teduh dan besar.

Jreng~ jreng~ jreng~

Leo pun berhenti melangkah ketika mendengar suara nada gitar yang bisa dibilang merdu. "Ada orang?" Batinnya. Ia pun kembali berjalan ke arah bola basketnya. Saat sudah sampai di dekat bola basketnya, Leo menyadari jika sedari tadi ada seorang gadis dengan headphone menggantung di lehernya tengah menyenderkan tubuhnya ke pohon ini, dengan tangan nya menggenggam sebuah gitar, bahkan jika dilihat lagi, gadis itu sepertinya berusia sama seperti dirinya.

Gadis itu lanjut memainkan gitarnya dengan jari mungilnya.

"Aren't you somethin' to admire,
cause your shine is somethin' like a mirror,"

Leo tertegun, gadis itu memiliki suara yang merdu dan indah. Ia pun berdiri terdiam mendengarkan gadis itu bernyanyi yang ia tahu judul lagu itu adalah 'Mirrors' dari penyanyi terkemuka eropa yaitu Justin Timberlake dengan diiringi alunan gitar.

"My mirror staring back at me, staring back at me." Gadis itu pun mengakhiri nyanyian nya.

Prok prok

Gadis itu menoleh dengan cepat ke arah Leo yang tengah bertepuk tangan. Sepertinya gadis itu terkejut.

"S–siapa kamu?!" Tanya gadis itu kepada Leo yang tengah memandang wajah gadis itu yang begitu cantik. "Hallo?" Suara gadis itu pun membuyarkan lamunan Leo.

Deg

"Kok Leo deg-deg an sih?" Batin Leo bingung.

"Eh maap aku ngagetin ya? A–aku cuma mau ngambil basket aku aja kok, suer deh. Terus aku denger ada yang nyanyi bagus jadi aku refleks tepuk tangan, tolong jangan laporin aku ke polisi, aku ga maling kok!" Jelas Leo dengan wajah polosnya. Senyum gadis itu pun terlihat walau sedikit, tapi Leo dapat melihatnya. "Eum... nama kamu siapa?"

"A–aku A–agat——"

"LEO KAMU DIMANA?" Terdengar suara familiar bagi Leo ya siapa lagi kalau bukan Aunty kesayangannya.

"Eh maap ya aunty manggil aku—semoga kita bisa temenan ya! Dadah," Leo pun pergi meninggalkan gadis itu yang tengah diam membisu memikirkan tentang apa yang tadi gadis itu dengar.

Flashback off

ia tersenyum ketika mengingat kala pertama bertemu dengan gadis itu. Leo sangat ingat bagaimana hal itu terjadi. Bagaimana ia dengan polosnya mengatakan bahwa ia bukanlah maling.

Dan ia ingat saat itu adalah hari terakhir ia mengunjungi rumah pamannya, karena dua hari kemudian pamannya pindah ke luar kota.

"Berkat gelang dan headphone itu, gue jadi tau kalo dia itu elo Tha," gumamnya. Ia ingat sempat melihat gelang yang sama yang dipakai oleh Agatha dan gadis itu.

Wajah gadis itu masih sama hingga kini. Dan ia yakin gadis itu adalah Agatha.

"Gue, harus mempertahankan first love gue, bagaimana pun caranya," Leo pun mengeluarkan seringaiannya.

***

Agatha tengah berjalan di koridor yang sepi, karena ia terakhir keluar dari kelas saat bel pulang berbunyi. Biasanya sih sepulang sekolah, akan ada eskul disini. Ia pun berjalan ke arah toilet.

Setelah selesai buang air, ia pun keluar dari toilet. Saat melewati ruang renang indoor, ia seperti mendengar rintihan seseorang.

Awalnya ia tak peduli, tapi ia penasaran juga dengan suara apakah itu. Akhirnya ia pun masuk ke ruang renang itu.

Tapi...

Tidak ada siapapun kecuali—

Arka?

Ia berenang dengan terpaksa. Sepertinya tangan kirinya dipaksakan untuk berenang. Tangan itu tidak baik-baik saja.

Agatha masih terdiam. Memperhatikan Arka yang sangat berusaha untuk berenang mencapai garis.

Mungkin suara rintihan itu berasal dari Arka?

"Akh... shh... t-tolong."

Agatha pun tersadar dari lamunannya, dan menghampiri kolam.

Tapi saat sampai di pinggir kolam, tidak ada siapapun di sana. Agatha pun mulai memikirkan hal yang tidak-tidak.

Apa jangan-jangan dia mati? Tenggelam?

"Aaa..." tiba-tiba sebuah tangan muncul ke permukaan dan memegang kakinya.

"Eh sorry-sorry, ngagetin," Arka pun naik ke pinggir kolam dan langsung tertidur lemas.

Hah huh hah.

Napas Arka pun memburu.

Setelah napas nya kembali normal Arka pun bertanya "Lo... belum pulang?"

"Menurut lo?" Ketus Agatha.

"Yaa belum. Namanya juga basa-basi. Aduh... shh..." Arka pun kembali merintih kesakitan.

Agatha pun menoleh dan baru menyadari jika lelaki itu shirtless. Ia pun langsung kembali menatap lurus kedepan.

Agatha meneguk ludah. Pertama kalinya ia melihat seseorang yang Shirtless didepan matanya. Dan ia sempat melihat jika arka memiliki... ehm... abs.

"Eh sorry gue shirtless, shh... duh ni tangan belum kering apa jaitannya, ck." Arka mengambil handuk yang berada di sebelahnya dan memakainya.

Refleks Agatha menatap tangan Arka yang tertutupi handuk dengan serius.

"Kalo gini, gimana gue bisa wakilin sekolah buat lomba renang," Arka menghela napas.

"Sorry..." lirih Agatha.

Arka menatap heran.

"Gara-gara lo nolongin gue, tangan lo jadi sakit." Ini yang ia takutkan, akan ada orang yang terluka jika berada didekatnya. Oleh karena itu ia menjaga jarak dengan orang-orang. "Gue gak suka hutang budi, jadi apa yang bisa gue lakuin untuk balas budi?"

Arka pun tertegun mendengarnya. Tak lama ia pun tersenyum usil.

"Lo mau lakuin apapun? Untuk balas budi ke gue?" Tanya Arka.

Agatha menghela napas "Ya."

"Jadi babu gue!" Agatha pun menoleh.

"Ba-bu?"

"Iya, babu. Tau kan?"

"Kenapa harus babu?" Tanya Agatha lagi.

"Karena gue tau, kalo gue suruh lo jadi pacar gue– lo gak akan mau," ucap Arka dengan santainya lalu terkekeh.

Tidak tahu mengapa, Agatha merasa pipinya memanas.

"Lo— pake blush on?"

"Nggak," ketus Agatha

"Tapi kok merah?" goda Arka berusaha menahan tawanya. Sungguh saat ini gadis disampingnya ini sangat menggemaskan.

"Apaan sih lo, mau gue ceburin!?" Ancam Agatha dengan wajah galaknya, yang justru terlihat imut di mata Arka.

"Jadi gimana? Katanya mau balas budi?" Sebenarnya ia menolong gadis itu dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balas budi. Tapi sepertinya... menjahili gadis itu menyenangkan.

"Fine. Sampai kapan?"

"Sampai hari perlombaan renang gue selesai, nggak lama kok, cuma dua minggu."

"Dua minggu?"

"Iya, kenapa? Gak terima? Mau gue tambahin jadi satu semester sekolah?"

Dengan cepat Agatha menjawab "nggak-nggak, enak aja."

Arka pun tertawa. "Oke. Sekarang ambilin baju gue di meja situ."

"Ck. Lo kan punya kaki," gerutu Agatha.

"Lo jadi babu gue mulai detik ini loh!"

Tanpa mengatakan apa-apa, Agatha pun pergi mengambil baju lelaki itu. Meninggalkan Arka yang tengah tertawa pelan.

"Nih, puas tuan?" ucap Agatha sembari memberikan baju.

Arka menahan tawanya. Dan berkata "sangat puas bi."

"Ba-bi-ba-bi kalo gitu gue ga usah kesini tadi." gerutu Agatha pelan.

"Eh... kok ngomong babi sih, dosa."

"Ck." Agatha pun berjalan keluar ruangan mendahului Arka yang tengah memakai baju nya.

...

"Lo pulang sama gue!"

"Gue bisa sendiri!"

"Ini udah mau maghrib loh, gak baik pulang sendiri. Supir lo gak dateng kan?"

Iya juga ya, supirnya pak Mamat lagi-lagi menghubunginya dan memberitahu bahwa ia tidak bisa menjemput karena mengantarkan nyonya nya. Dan meengaharuskan ia menaiki bus, atau ojol.

Agatha pun bergeming.

"Ck. Udah gak usah mikir, ini perintah gue, gak ada penolakan!" Arka menarik lengan Agatha, mengajak ke tempat dimana mobilnya berada.

Agatha pun pasrah, dan mengikuti saja.

...

Saat di perjalanan suasana pun hening. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan. Sampai akhirnya Arka bertanya.

"Lo suka musik?"

Agatha menoleh dan mengangguk singkat.

"Mau denger?" Karena tak ada jawaban, Arka pun memutarkan lagu di mobilnya.

Dan lagu 'Blue Jeans' dari Gangga pun terputar.

Keadaan jalan pun sedikit macet. Membuat Agatha yang tengah terdiam melihat keadaan luar jendela pun tertidur.

"Tha, lo—" Karena Agatha terlelap, Arka pun mengurungkan niatnya yang ingin bertanya mengenai siapa Pak Regan bagi Agatha, apakah pamannya atau bukan. Ia pun tersenyum, lalu mengusap kepala Agatha lembut.

...

Mobil pun sampai di kediaman Agatha. Arka menoleh ke Arah Agatha yang masih terlelap. Ia tidak ingin mengganggu tidur gadis itu, jadi ia menunggu hingga gadis itu terbangun.

Arka pun menatap gadis itu lekat "Lo itu bener-bener es kutub ya, susah banget di cairin," Arka pun terkekeh.

Tak lama suara lenguhan terdengar di bibir gadis itu. Arka pun memposisikan kembali duduknya.

"Kenapa gak bangunin?"

"Lo tidurnya pulas banget gak tega gue banguninnya."

"Oh, makasih." Setelah itu Agatha pun membuka pintu dan keluar dari mobil namun sebelum ia keluar, Arka menahan lengannya.

"Tunggu, eum— gue minta nomor lo!" pinta Arka menyodorkan ponselnya.

"Gue gak punya nomor." Arka menatap Agatha memohon, Agatha pun menghela napas. Akhirnya ia mengambil ponsel Arka dan mengetikkan nomornya. Setelah itu Agatha mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya.

"Oke thanks." Agatha pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah besarnya itu. "Aduh... tangan gue!" Setelah itu Arka pun pergi dengan mobilnya.

***
.
.
.
.
.
.

To be continued


Agatha

Arka

.
.
.
.
.
Jangan lupa vote komen nya ya gais

See u 👋

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

3.4M 278K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
290K 17.3K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...