NCT: Organisasi Bobrok [END]

By awokawokawok21

297K 51.5K 44.4K

Anak-anak yang cuma bisa ditemuin di Manado, dengan alasan nyari duit buat bantu ekonomi keluarga. Tapi dibaw... More

Cast pt. 1
Cast pt. 2
Part 1: Kenalan
Part 2: Bulimia
Part 3: OCD
Part 4: Ngamen
Part 5: Bohong
Part 6: Self Injury
Part 7: PTSD
Part 8: Longsor
Part 9: Ketahuan
Part 10: Salah
Part 11: EHS
Part 12: Anxiety
Part 13: Malam
Part 14: Kejadian
Part 15: Maling
Part 16: Atap
Part 17: Sunset
Part 18: Tetangga
Part 19: Nangis
Part 20: Lapor
Part 21: Hujan
Part 22: Tangkap
Part 23: Insiden
Part 24: Tomohon pt.1
Part 25: Tomohon pt.2
Part 26: Pasar
Part 27: TrichotilloMania
Part 29: Diabetes
Part 30: Rumah Sakit (1)
Part 31: Rumah Sakit (2)
Part 32: Keluar
Part 33: Jembatan
Part 34: Pantai
Part 35: Gempa
Part 36: Pdkt
Part 37: Cafe
Part 38: Makan
Part 39: Sampah
Chapter 40: Tampar
Chapter 41: Senam
Chapter 42: Wacana
Chapter 43: Rame
Chapter 44: Plastik Hitam
Chapter 45: Diskusi
Chapter 46: CCTV
Chapter 47: Skizofernia
Chapter 48: Survei
Chapter 49: Vaksin
Chapter 50: Rencana
Chapter 51: Nekat
Chapter 52: Ruko
Chapter 53: Nyolong
Chapter 54: Canggung
Chapter 55: Tante
Chapter 56: Harapan
Chapter 57: Pindahan
Part 58: Berantem
Part 59: Keputusan
Part 60: Depresi
Chapter 61: Kabar
Chapter 62: Senyum
Chapter 63: Malu
Chapter 64: Ngebucin
Part 65: Jenguk
Part 66: Bakar
Part 67: Mabuk
Part 68: Mikir
Part 69: Tidur
Part 70: Tenang
Chapter 71: Promosi
Chapter 72: Baru
Chapter 73: Sebenarnya
Chapter 74: Aneh
Chapter 75: Rumah
Chapter 76: Natalan
Chapter 77: Bitung
Chapter 78: Penginapan
Chapter 79: Resmi
Part 80: Cewek
Chapter 81: Soal
Chapter 82: Naik Kelas
Chapter 83: Pisah
Chapter 84: Gagal
Chapter 85: Sadar
Chapter 86: Protes
Chapter 87: Terima
Chapter 88: Mati Lampu
Part 89: Pertama
Chapter 90: Remaja
Chapter 91: Tutup
Chapter 92: Sidang
Chapter 93: Jalan-jalan
Chapter 94: Ngumpul
Chapter 95: Bandara [LAST]

Part 28: Deket

2.7K 512 517
By awokawokawok21

Malamnya mereka ngumpul di kamarnya Ten. Gabut aja sekalian ngobrol-ngobrol.

Hwasa senyum miring. "Pernah ngebayangin nggak sih jadi orang kaya? Misalnya kalo gue orang kaya nih yah, kasusnya si Evan jodoh gue, dah gue tuntut si tante biar langsung masuk penajar. Tutup mulut polisi pake uang."

Solar ngakak paling kenceng. "Dendam banget lo Hwa."

"Bisa nggak yah kita kaya?" Doyoung natap temen-temennya.

"Bisa... pasti bisa... " Dara tiba-tiba nyanyi.

"Kalo kita... rajin... " Chaerin melotot ke Solar.

"OPEN BO! TETEW!"

"Anjim!" semua ngakak denger teriakannya Solar.

"Tapi menurut gue kaya itu nggak nentuin kebahagian." Taeyong ngomong.

Jungwoo ngangguk setuju. "True! Ada yang kaya tapi nggak bahagia."

"Banyak kok yang mau hidup sederhana karena kalo jadi kaya pasti bakalan sering dimanfaatin." Xiaojun nyambung juga.

Solar tepuk tangan. "Se seven sih gue!"

"Si Jessi udah pergi kerja?" Taeil nanya soalnya udah nggak keliatan.

Solar yang satu kamar sama Jessi ngangguk. "Udah, tadi dia baru pergi waktu gue selesai mandi."

"Jujur yah... " Lucas benerin duduknya. "Gue penasaran sama pekerjaannya dia."

"Bukan cuma lo doang tapi kita semua juga penasaran." Jaehyun nyambung.

"Selagi dia nggak apa-apa menurut gue sih yah b aja. Mau dia kerja apa kek ya kan terserah dia, privasi dia juga." Solar sandaran di dinding.

Lucas natap Solar. "Bukan gue mau ngehujat atau mau pikiran buruk sama dia. Tapi gue cuma penasaran, secara gitu kan dia keluar malam, ditanya kerja apa dia cuma bilang kalo kerjaan dia tuh halal. Gimana gue nggak curiga kan yah."

Hendery ngangguk setuju. "Gue juga curiga tapi menurut gue mungkin si kecoak Africa itu belum siap ngasih tau kerjaannya ke kita."

"Kecoa Africa." Chaerin ngakak.

"Yaudah percaya aja." Winwin natap temen-temennya. "Dia juga orangnya baik, nggak pernah kasar."

Hwasa anggukin kepala, setuju sama opininya Winwin. "Setuju sih."

"Eh btw, Il... soal kasus narkoba gimana?" Kun natap Taeil.

"Komandan belum hubungin aku sih. Keknya polisi lagi turun lapangan buat nangkap mereka." Taeil jawab.

"Mudah-mudahan ketangkap." Ten senyum kecil. Biar usaha mereka juga nggak sia-sia.

"Iya, mudah-mudahan ketangkap." Taeyong natap Chaerin.

Yuta tiba-tiba berdiri. "Ngantuk gue."

"Sama weh!" Hendery juga ikutan berdiri.

"Yaudah balik deh. Ten lo juga harus istirahat." Taeyong berdiri juga.

Ten senyum dan ngangguk. "Thanks buat lo semua."

"Thanks ke titan noh!" Doyoung senyum miring.

"Ehem! Gue ngungsi dulu deh." Lucas gigit bibirnya nahan ngakak terus berdiri.

Kun rangkul bahunya Lucas. "Peka emang lo! Kuylah bareng gue sama Taeil."

"Sebelum lo berdua baikan... " Hwasa nunjuk Johnny sama Ten. "Gue sumpahin lo berdua kawin plus dapat anak kembar lucu!"

"Anjim! Amin deh!" Lisa ngakak kenceng. "Terobos ajalah tan! Kasih gue ponakan buanyak-buanyak."

Johnny natap datar dan itu ngebuat yang tadinya ketawa langsung ketakutan dan keluar. Akhirnya tinggal Johnny sama Ten di dalam kamar.

"Lo mau bicara sama gue?" Ten buka suara duluan.

Johnny ngangguk, nggak mau banyak bacot. "Lo kenapa ngelakuin hal itu lagi?" Langsung tanya ke inti topik.

Ten senyum kecil. "Karena gue nggak bisa nerima diri gue. Gue nggak mau ngulangin masa lalu gue dulu."

"But... why?"

"Gue korban bully John." Ten natap Johnny. "Gue dulu jelek, gendut, burik, dan gue dibully waktu masuk kuliah. Akhirnya dengan hal ini gue bisa kurus dan lebih baik dari diri gue yang lalu. Itu alasannya."

Johnny ngusap wajah, nahan emosi. "Dengerin gue." Dia natap Ten dalam. "Stop comparing yourself to other. You are you. What others do us none of your business and what you do is not their business. Focus on you, your actions your decisions, and your life not them."

Ten diem, dan nggak lama dari itu dia nunduk. Nangis tanpa ngeluarin suara dan bahunya gemetaran.

Johnny hembusin nafas panjang. Dia deketin si Ten terus narik ke pelukannya. "Every person have their own crown. Just be yourself." Dielus-elus punggungnya Ten biar tenang.

Ten geleng kepala. "No one accept me."

"I do... we accept you, Ten." Johnny letakin dagunya di atas kepala Ten. "Lo jangan ngerasa sendiri."

"Lo semua cuma liat gue yang udah kek gini. Kalo mungkin... gue datang disaat gue masih jelek kek dulu, lo semua nggak bakalan nerima gue!"

"Itu cuma pemikiran lo. Don't be negative. Lo pernah liat kita kayak gitu emang?"

Ten dongak, idungnya merah, matanya sembab. "Lo nggak ngerti John. Lo nggak ngerasin gimana rasanya dibully."

Johnny senyum kecil, dia angkat dua tangannya terus hapus air mata yang banjirin pipinya Ten. "Remember this."

Ten narik ingusnya.

"Don't let the bullies get to you. You're already perfect, and unique as your are. Life is long, life is beautiful. Don't stop right here. Okey?"

Ten diem lagi.

"Hoy? Lo ngerti?"

"Hm... " Ten ngangguk.

Johnny senyum kecil. "Lo tau nggak apa yang sering gue pikirin kalo liat pembully nggak ngotak?"

Ten ngernyit bingung. "Apaan?"

"Really? That's the sperm that won?" Johnny buat muka bingung, alis satu diangkat terus bibir dimiringin, pokoknya lucu deh.

"Heh!" Ten ngakak. "Astaga!"

Johnny ikutan ketawa.

"Dosa lo! Bikinnya susah itu."

"Butuh perjuangan yah?"

"He em." Ten ngangguk.

"Kek gini baru lancar otak lo!" Johnny berdiri. "Istirahat sana, gue bakalan bawain madu buat lo besok."

"Heh? Kok madu lagi?"

"Madu yang gue kasih sebenarnya madu penambah nafsu makan." Johnny nyengir tanpa dosa.

"Anjing! Pantes gue jadi kek orang kelaparan! Gila ya lo?"

Johnny geleng kepala. "You should say thanks."

Ten ambil bantalnya mau dilempar eh tapi si Johnny udah lari duluan keluar. "Sabar Ten... sabar... "

***
Jam tiga subuh Lucas kebangun karena suara getaran hpnya. Dan dia kaget waktu liat siapa yang nelpon.

"Jungwoo? Lah? Ngapain ini satu nelpon gue?" Tanpa nunggu lama langsung aja dia angkat. "Halo?"

"Cas... "

"Heh? Lo nangis?" Lucas melotot waktu denger suara Jungwoo yang parau. "Lo di mana sekarang? Kamar?"

"Atas... "

Lucas matiin telpon, dia ambil jaket dulu terus naik ke atas. Nggak jalan, sprint langsung.

"Hah... " Lucas narik nafas banyak-banyak terus jalan samperin Jungwoo yang duduk di pojokan, nunduk nangis di antara dua kakinya yang ditekuk. "Woo... "

Jungwoo dongak.

Lucas senyum terus dia duduk samping Jungwoo. "Lo kenapa?" Dia pakein jaketnya ke Jungwoo.

"EHS gue... "

"Kambuh lagi? Lo kecapean yah?"

Jungwoo ngangguk.

"Bandel sih, kurang tidur mulu lo!"

"Jangan tambah marahin gue please."

Lucas garuk-garuk kepalanya, salah lagi dia. "Yaudah, terus lo mau apa?"

Jungwoo diem.

"Oke, mau diem." Lucas sandaran di dinding belakang.

"Bukan itu maksud gue!" Jungwoo ngakak pelan.

"Nah gitu dong ketawa. Karena tawa kamu membuat hatiku menjadi berbunga, eaaa... " ngegombal lagi si samsudin.

Jungwoo senyum kecil.

"Langit rame yah." Lucas natap bintang-bintang yang lumayan banyak.

Jungwoo ikutan dongak juga. "Bulan jadi nggak sendiri."

"Bulan nggak pernah sendiri, bumi selalu ada buat dia bahkan matahari yang selalu ngasih cahayanya."

"Tumben pinter?"

Lucas natap Jungwoo datar. "Lo kata gue di sekolah cuma datang, makan, gangguin guru, terus pulang?"

Jungwoo ngakak lagi denger omongannya Lucas.

"Kalo lo capek kerja di toko itu mending berhenti Woo."

"Trus gue harus kerja apa kalo gitu Cas? Apalagi pandemi kayak gini, nggak kerja ngga hidup."

"Coba idenya si siapa yang waktu itu bilang ngelamar jadi guru konseling di sekolah? Kan sekolah sekarang online trus nggak sampe-sampe malam banget kan."

"Nggak segampang itu." Jungwoo letakin kepalanya di atas lututnya. "Susah."

"Kan dicoba dulu."

"Ya terus lo?"

Lucas ngernyit bingung. "Kenapa gue?"

"Kenapa nggak coba buat jadi hakim?"

Lucas senyum kecil. "Beda ceritanya lagi itu Woo."

"Bedanya cuma profesi kerja aja tapi harus sama-sama usaha."

"Keknya pekerjaan itu nggak bakalan terwujud dalam kehidupan gue."

Jungwoo geleng kepala nggak setuju. "See? Lo aja putus asa gimana lo mau nyemangatin gue kalo gitu?"

"Sa ae lu!" Lucas ngakak.

"Yok!" Jungwoo angkat jari kelingking kanannya.

"Yok? Apaan?"

"Janji buat usaha wujudin pekerjaan impian kita."

Lucas natap Jungwoo.

"Ayo!"

Lucas senyum lebar dan akhirnya satuin kelingking mereka. "Okey! Gue tunggu lo pake seragam guru!"

"Gue tunggu lo pake toga di pengadilan." Jungwoo senyum lebar juga.

Selesai janji-janjian kek gitu mereka natap langit lagi.

"Lo mau ngerokok?" Jungwoo tawarin. "Kemarin lo nggak ambil jatah lo."

Lucas geleng kepala. "Besok aja."

"Owh okey." Jungwoo natap langit lagi.

Asik natap langit eh hampir aja Lucas teriak waktu tiba-tiba Jungwoo sandarin kepalanya di bahu dia. Kirain dia si Jungwoo ketiduran tapi nggak, sadar 100%.

Lucas mah nggak nolak dan nikmatin aja. Sampe pagi pun dia jabanin.

"Mau denger lagu?" Lucas nawarin.

Jungwoo ngangguk. "Boleh deh."

Lucas ambil earphonenya, disambung sama hp terus dikasih ke Jungwoo. "Udah?"

Jungwoo ngangguk waktu earphonennya udah masuk di telinga. "Pasang lagunya."

Lucas ngangguk.

"Heh!" Junwoo melotot.

"Hah? Kenapa?"

"Lo dengerin lagu yang lo putar apa." Jungwoo lepas earphonenya.

"Aku sudah body goyang mama muda... "

"Astaga!" Lucas ngakak. "Salah pilih lagu." Dia langsung ganti terus ngasih lagi earphonenya ke Jungwoo. "Udah?"

Jungwoo ngangguk. "Udah."

***
"ASTATANG!" Hwasa teriak kaget waktu liat Lucas sama Jungwoo yang turun dari atas.

"Ssst!" Lucas kedipin matanya terus lanjut jalan.

"Lo berdua... " dia nunjuk dua temennya.

Jungwoo senyum kecil. "Diem-diem lo Hwa... tadi malam kita ketiduran di atas. Bego banget emang!"

"Anjirrr!" Hwasa makin shock. Mau mandi malah jadi kek orang bego gini.

"Mau mandi?"

Hwasa ngangguk.

"Yaudah, selamat mandi!" Jungwoo jalan balik kemarnya.

"Hayolohhhh!"

Baru masuk kamar Winwin udah godain dia. "Kemana semalam? Kok nggak ada di kamar?"

Jungwoo nutup pintu. "Ketiduran di atas."

"Hah? Kok bisa?"

Jungwoo ngangkat dua bahunya. "Kecapean keknya gue."

"Ya ampun!" Winwin heran. "Kok bisa kamu tidur di atas? Nyamuk banyak itu."

Jungwoo senyum aja, gimana mau digigit nyamuk orang dia pake jaketnya Lucas.

"Heh bentol-bentol!" Ten ngakak liat dua tangannya Lucas. "Abis dari mana sih lo?"

"Gila banget ini nyamuk-nyamuk! Manis apa darah gue sampe segitu doyannya?" Lucas decak kesel. Dua tangannya bentol-bentol akibat digigit nyamuk.

Ten nggak bisa berhenti ngakak. "Kek penyakitan lo!"

"Diem lo!" Lucas natap tajam.

Ten malah makin ngakak. "Cacian... "

"HWASA CEPETAN GUE UDAH MAU TELAT!" Dara teriak dari luar sambil tendang-tendang pintu kamar mandi.

"JANGAN DITENDANG DARANJING! NTAR COPOT INI PINTU LO MAU TANGGUNG JAWAB HAH? BUKAN ORGANISASI BANTU LAGI TAPI ORGANISASI BOKEP NTAR!"

"NGGAK USAH BANYAK NGOMONG LO WEH CEPETANNNNN!"

Chaerin juga lari-lari. "GUE ADA INTEVIEW PRETTT! HWASATAN CEPETAN!"

"Ribut banget astaga!" Taeyong keluar dari kamarnya.

Johnny juga keluar dari kamarnya. "Gila apa lo bertiga hah? Masih pagi ini woy!"

"Numpang mandi tetangga sana!" Yuta timbul juga.

Yangyang keluar kamar terus jalan ke dapur. "Pada kenapa sih lo semua! Sampe depan suara lo bertiga. Kebangun ini satu kosan. Masih jam enam udah pada ribut aja kerjaannya!" dia jalan masuk ke dapur.

"Hwasaaaaaa cepetannn! Sikat gigi aja udah!" Chaerin pukul-pukul pintu kamar mandi.

"Hwa hitungan ke sepuluh lo nggak keluar copot ini pintu!" Dara udah ngancam.

"Dah lah... " Yangyang geleng kepala terus masuk dalam kamar mandi.

***
"Echan pul-- " omongannya Haechan nggak bisa dilanjutin waktu denger oma sama opanya lagi ngomong.

"Tong pe doi so abis." [Uang kita udah habis.]

"Echan deng Chenle kan da pi ba ngamen, tunggu jo doi dari pa dorang." [Echan sama Chenle kan lagi ngamen, tunggu aja uang dari mereka.]

"Kong mo semakang ikang garam dua hari lalu? Nda tega kita." [Trus bakalan kasih makan ikan asin dua hari lalu? Nggak tega aku.]

"Selagi belum hamis. Dorang leh kwa pasti mangarti." [Selagi belum hamis. Mereka juga pasti ngerti.]

Haechan natap kantong plastik yang isinya cuma dua puluh ribu. Dia natap adeknya yang ternyata udah nahan tangis. "Le... "

Chenle senyum padahal matanya udah berkaca-kaca. "Ngamen lagi yuk kak. Kali aja bisa dapat lebih banyak kan?"

Haechan ngangguk. "Yuk."

Dia sama Chenle akhirnya balik lagi buat nyari rumah makan lainnya. Mulai dari warung makan pinggiran yang biasanya jam enam sore itu rame.

"Makasih semua!" Haechan senyum lebar.

Waktu mau keluar mereka tiba-tiba liat si bapak mau ngebuang beberapa ayam yang hangus.

"Eh pak, itu mau dibuang?"

"Iyo. Kyapa so?" [Iya. Kenapa emang?]

Haechan senyum kecil. "Boleh for torang jo?" Lumayan kan ada tiga ayam, yah walaupun hangus. [Boleh biat kita aja?]

"Eh? So angus ini ngoni mo ambe?" [Eh, udah gosong ini masa mau diambil?]

Haechan ngangguk. "Nggak papa pak."

"Oh, napa jo dang." Si bapak ngasih. [Oh, yaudah ini.]

Haechan senyum lebar. "Makase pak!" [Makasih pak!]

Si bapak ngangguk terus balik lagi buat masak.

Haechan natap Chenle. "Seenggaknya ada menu lain di meja makan."

Chenle ngangguk. "Berkat Tuhan emang nggak pernah terlambat yah kak... "

"Iya, yuk pulang!" dirangkul adeknya terus jalan bareng ke rumah.

***
Malam di kosan rencananya mereka mau masak ikan hasil tawat menawar waktu di pasar. Tapi ada masalah.

"Beras abis." Taeyong tunjukin tempat yang biasanya isi beras.

"Jiahahaha! Diet aja kita." Hwasa ngakak.

"Belum jadwal dapat sembako dari pak komandan yah?" Yuta pegang perutnya, udah kelaparan.

"Pergi beli aja. Ini kita semua berapa kilo yah cukup." Winwin mulai mikir.

"Sepuluh." Hendery jawab asal.

Doyoung ngakak. "Weh! Lo kata ini satu kosan isinya gajah ama kudanil apa?"

"Behahahaha!"

"Tiga kilo cukup." Jaehyun ngomong. "Il lo pergi beli deh, di warungnya tante Siti."

Taeil ngangguk.

"Pake uang kas." Jungwoo keluarin uang.

Chaerin geleng kepala. "Kagak perlu njir, patungan aja. Uang kas kan buat bantu keluar."

"Yaudah, satu kilo berapa emang di sana?" Yangyang nanya.

Dara mikir bentar. "Kalo nggak salah dua belas ribu lima ratus."

"Satu orang seribu delapan ratus tujuh lima." Xiaojun jawab.

"Ebuseeettt!" Yuta melotot.

Jessi juga kaget. Hari ini dia katanya libur makanya nggak kerja. "Demi?"

Xiaojun ngangguk. "Satu kilo dua belas lima ratus, kita beli tiga kilo jadi tiga tujuh lima ratus, kita ada dua puluh orang jadi bagi dua puluh, satu orang seribu lapan ratus tujuh lima. Buletin ke atas dua ribulah satu orang."

"Aaaa... bener. Ngerti gue." Taeyong ngangguk-ngangguk.

Lucas garuk-garuk kepala.

"Udaaahhh! Intinya satu orang dua ribu!" Hwasa keluarin duit dari kantong.

Kumpulin ke Taeil.

"Doy pergi lu temenin Taeil." Lisa dorong bahunya Doyoung.

"Bibir lo yah! Asal banget nyuruh."

"Paling pas si lo! Udah pergi deh." Ten juga nyuruh.

Doyoung geleng kepala. "Nggak maoo. Dia kan dah aki-aki eh nggak, maksudnya udah besar pasti nggak bakalan ilang jalan."

"Dih! Nggak sopan lo!" Solar natap Doyoung pake ekspresi ngajak gelud.

"Bodo."

"Udahhh! Cepetan! Dah lapar gue." Dara tarik tangannya Taeil sama Doyoung terus didorong keluar dari dapur. "Cepetan!"

"Anj--- "

"Udah ayo!" Taeil langsung narik Doyoung pergi dari sana.

Mau ke warung jalan aja, palingan kalo santai lima menit.

"Doy."

"Hm?"

"Kok diem-diem aja?"

Doyoung ngernyit bingung. "Lo mau gue nyerocos gitu?"

"Ya biar ada topik aja."

"Ah iya ndek. Menurut lo di laut kan ada rantai makanan."

Taeil ngangguk. "Trus?"

"Kalo ikan kecil dimakan sama ikan besar." Doyoung bicara pake muka serius.

"Trus?"

Doyoung berhenti jalan. "Trus kita makan itu ikan besar. Kita makan dua ikan atau satu ikan?"

Taeil diem, jadi ikutan mikir.

"Dah lah ndek, nggak usah dipikirin. Lo udah tua jadi... yah... " Doyoung senyum lebar.

Taeil ngakak liat ekspresinya Doyoung.

Mereka akhirnya sampe di warung. Beli tiga kilo beras. "Weh ndek berat!" Doyoung ngasih plastiknya ke Taeil.

"Heh? Tiga kilo doang."

"Beratttt! Lo aja bawa nih!"

Taeil ngakak trus ambil plastiknya. "Berat darimananya ini."

"Beda tenaga." Doyoung rapihin rambutnya. Sapa-sapa orang yang pas-pasan.

"Gue juga punya satu pertanyaannya ini."

"Apaan?"

Doyoung senyum liatin giginya. "Bayangin yah... "

"Bayangin apa?"

"Kalo lo tuh tinggi." Dia natap Taeil tanpa rasa berdosa. "Behhhhh... "

"Bayangin yah... kalo misalnya itu gigi rata nggak kek kelincin. Behhhh... "

"HEH!" Doyoung melotot.

Taeil senyum lebar. "Canda dugong."

"WEHHHH!"

"Dah kuy pulang." Taeil jalan duluan sambil ngakak karena liat muka shocknya Doyoung.

























|||||||||||||

Maafkan keterlambatan ini:")

Hari ini gue seneng karena bisa jalan-jalan🤣 walaupun ujung-ujungnya dimarahin karena pulang nggak sesuai waktu😌

How was your day?



Have a good day💚

Continue Reading

You'll Also Like

72.9K 14K 44
Sequel dari NCT: Organisasi Bobrok Kalo dulu mereka nyusun wacana sekarang waktunya mereka pelan-pelan mewujudkan semua wacana itu. Dengan ketambahan...
597K 79.6K 99
Ini cerita anak-anak berbakat (read: dikit bego) yang disatukan jadi satu di satu sekolah yang ada di Manado. Cerita dimana mereka hadapi masalah bar...
219K 23.6K 23
Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulnya. YES THIS STORY CONTAIN BXB!
47.5K 4.5K 16
"Aku Merindukannya dan itu membuatku hampir gila." "Berhenti bersikap tegar dihadapan ku. Apa Aku bukan siapa siapa untuk mu...?" "Aku tidak main ma...