SCARY BEAUTY [END✔️]

By sofiebastaman

282K 43.8K 5.1K

R13+ S E L E S A I ⚠TEORI BERTEBARAN⚠ "ɢᴏᴏᴅ ʟᴏᴏᴋɪɴɢ ≠ ᴢᴇʀᴏ ᴘʀᴏʙʟᴇᴍ" **** Siapa sangka sekolah khusus perempua... More

WARNING
PROLOG
1 | Katak Sekolah
2 | Mas Sempurna
3 | New Riddle
4 | Lana vs Shania
5 | Bisikkan
6 | Ugly to Beauty
7 | Melampaui?
8 | Dihantui
9 | Bercak Darah
10 | Together
11 | Temaram
12 | Gadis Misterius
13 | Secret of Wati
14 | Teman Rasa Pacar
15 | JUMPSCARE!
16 | Terbuang
17 | Prasangka
18 | Kejar atau Pergi!
19 | The Answer
20 | Bagai Pelangi
21 | Play with Wati
22 | Overthingking
23 | Tembok Toilet
24 | Our Trouble
26 | Paket Nyasar dan Ujian Akhir
27 | He's Coming To Me
28 | Not Real
29 | Prioritas Lana
30 | My Rose (Final)
GC readers di WA
OPEN PO?!!!
AVAILABLE ON SHOPPEE!

25 | Sweet Dream

3.4K 684 92
By sofiebastaman

Now Playing
Dandelions - Ruth B

Challange allert!
Kalau kalian baper, wajib denda pake emot '😍' di setiap komentar.

Siap sama bab ini? Kuy gass ngueng.

Mengajak untuk saling melupakan, ujung-ujungnya malah kangen-kangenan.
Dasar aku!

_Scary Beauty_

----o0o----

LANA POV

Aku telat menyadari bahwa mencintai seseorang harus berani menghadapi semuanya. Lihat kejadian di parkiran tadi, 'kan? Aku belum sepenuhnya yakin dengan apa yang dikatakan Rian. Dia berpihak padaku?

Persetan. Aku sudah tak mau begitu mudah menaruh kepercayaan dan perhatian padanya lagi. Nggak usah lembek! Aku perlu pembuktian kesungguhannya. Pasokan oksigen di sekitarku terasa berkurang. Jangan-jangan Rian sok-sok an membelaku. Terbukti Rian dahulu pernah menyembunyikan kisah lalunya dengan Shania.

Dengan tubuh basah kuyup, aku memasuki rumah. "Loh, Lana? Kamu kenapa basah kayak gini? Kalau masuk angin gimana?" tanya wanita paruh baya itu seraya menghampiriku. Aku semakin mengeluarkan derai air mata. Merasa bodoh sendiri atas tindakanku barusan. Aku tidak bisa menahan semua bendungan ini.

Kenapa perasaan penyesalan selalu datang di akhir? Tahu akibatnya begini, aku menolak mentah-mentah berkenalan dengan Rian. Dia mempermainkan perasaanku saja. Mengobak-abik, setelah itu biarkan aku terluka, ia menghampiriku lagi. Siapa sebenarnya yang cowok itu sukai?

Tengah derasnya tangisanku, aku teringat sesuatu. Wati. Dia kemana? Tidak biasanya hantu itu menyembunyikan diri. Ku telusuri setiap sudut, hasilnya tetap sama. Memang, aku sering merasa terganggu oleh sosok Wati yang muncul secara tiba-tiba. Tapi jika ia tidak ada, aku merasa ada sesuatu yang janggal. Misiku untuk membongkar dan melenyapkan Wati belum sepenuhnya terselesaikan.

"Ma, Lana ke kamar dulu, permisi," pamit ku, mulai mengambil langkah ke arah kamar. Aku memejamkan mata erat. Aku harap, Wati mau memunculkan diri. Di kamar aku mendapati selembar kertas polos. Ku balikkan kertas, terpampang jelas tulisan tangan menyeramkan.

Wati tahu Lana nyari Wati.

Aku merotasikan bola mata. Kepercayaan diri terlalu meningkat di hatinya. Aku balas berbisik, "Besok bakal ada ujian malam. Gue udah tahu tentang lo. Gue pengen besok jadi hari terakhir Beauty Rate diperlakukan, biar nggak ada korban lagi kayak lo."

Wati tak merespon ucapanku. Dia terdiam cukup lama sebelum akhirnya menuliskan sesuatu lagi di atas kertas putih ternodai darah hitam itu. Ku bacakan kata per kata yang ada di kertas itu. Aku menggelengkan kepala, sulit dipercaya. Wati memintaku mengorbankan salah satu temanku di sekolah untuk menemaninya? Hey, aku tidak mungkin sejahat itu untuk ukuran manusia. Gila, ya?

Aku menolak permintaan Wati mentah-mentah. Tangis Wati pecah saat itu juga. Suara tangisan ini bukannya menarik rasa prihatin ku, justru aku memaksa Wati mengganti persyaratannya. Wati keras kepala. Tak mungkin jika aku menyumbangkan satu teman demi menghentikan sistem Beauty Rate. Berpikir lebih cerdik sedikit-lah!

Bunuh Shania buat Wati. Kunci dia sampai kehabisan udara. Biarin aja mayatnya, itu buat makanan Wati.

Aku membelalakan mata. Sebenci-bencinya aku terhadap Shania, aku sungguh tak ada niatan melenyapkan cewek itu. Asal dia tahu saja, membunuh orang sampai segitunya adalah tindakan kriminal.

"Gue nggak mungkin bunuh temen sendiri, Wat. Sejahat apapun dia, Shania tetap temen gue."

Shania duluan yang buat Wati sampai berujung gini. Lana harus mau! Bunuh Shania demi Wati.

Sederetan kata terlontar dari Wati. Tahu sendiri gimana sikap Shania bertemu langsung dengan sosok gelap seperti Wati. Ia akan meneror tanpa ampun sampai Shania melakukan hal ceroboh akibat ketakutannya sendiri.

Tidak, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku tak akan membiarkan satu orangpun menjadi korban kecerobohan sendiri selama ujian malam berlangsung.

Ku tegakkan badan, beranjak dari tempat. Sesal ku sudah menginginkan komunikasi dengan makhluk itu.

Tringggg.

Bunyi nyaring ditimbulkan ponselku. Ku lihat siapa orang memulai panggilan video. Tertera nama cowok yang baru saja membuatku galau. Angkat atau sebaiknya aku biarkan saja panggilannya?

Aku angkat telpon darinya, menampilkan kantuk di wajah cowok itu. Mata sayupnya, segala yang menyangkut dirinya, aku rindu, akan tetapi aku kembali tersadar dialah cowok yang pernah berpura-pura itu.

"Lana, apa saya ganggu kamu?" tanya cowok itu berbasa-basi. Ya, dia Rian Byangkara.

"Kak Rian nyebelin banget, sih! Kakak yang mulai, kakak juga yang ngehibur aku. Dasar cowok labil!" cercaku melengkungkan bibir ke bawah.

Dia terkekeh geli. Katanya, cowok sejati berani tanggung jawab atas semua permasalahan. Kekerasan hatiku mulai melumer. Sekarang aku mengetahui bahwa Rian adalah tipe cowok tak gampang menyerah. Ia akan terus berusaha agar ceweknya memaklumi kesalahpahaman.

"Belum tidur?" tanya nya lagi, sesekali mengusap rambut jatuhnya. Aku menggeleng perlahan. Barusan aku berkomunikasi dengan Wati.

Gilaranku bertanya padanya, "Gimana hari kakak sama pacar kakak tadi?"

Terdapat kerutan dalam di keningnya. Aku rasa Rian tersinggung mendapatkan pertanyaan tersebut. Dia bilang, Shania itu bukan pacarnya lagi. Kenapa aku belum percaya padanya? Justru malah Shania-lah yang memaksa mereka bersatu kembali.

Aku membulatkan mulut, ber-oh ria. Canggung? Jangan ditanya! Aku juga bahkan tak bisa mendefinisikan suasana apa yang sebenernya ada.

"Saya senang bisa bicara lagi sama kamu. Pasti cowok kamu nantinya beruntung banget bisa dapetin cewek selucu kamu."

"Kakak mau jadi cowok itu?" godaku, melemparkan tatapan menyelidik. Aku mendelik terkejut mengetahui jawaban Rian. Boleh katanya. Dari awal aku bertemu Rian, aku mengira Rian adalah sosok senior galak, bisa dibayangkan, Rian itu bak kakak kelas suka mengospek adik kelas sendiri. Dan perlahan.. Dinding kecanggungan antara aku dan dirinya mulai runtuh seiring berjalannya waktu.

"Hemm, Lan. Saya punya satu lagu buat kamu, dengerin!"

Rian mengambil gitar di sebelahnya dan jemarinya lincah bergerak memetikkan senar gitar. Alunan lagu berjudul 'Dandelions' mengalun dengan indahnya. Aku tak pernah menyangka Rian jago bernyanyi. Sekarang, dia kembali benar-benar menjadi Mas Sempurna-ku. Sudah pintar bernyanyi, pintar merayu pula, aku menikmati indahnya nyanyian Rian.

'Cause I'm in a field of dandelions

Wishing on every one that you'll be mine, mine
And I see forever in your eyes
I feel okay when I see you smile, smile

Tanpa sadar, kedua sudut bibirku terangkat. Aku lupa dengan rasa sedih dan kesalku. Cowok depanku ini adalah penghibur ketika mendung mendatangiku. Sungguh, cowok satu ini prilakunya benar-benar manis.

Selesai menyanyikan satu lagu, Rian bertanya pendapatku tentang suaranya.

"Nggak! Jelek banget!!" Kataku menggoda,"Tapi boong!" tawaku berderai melihat perubahan raut wajahnya, "Suara Kak Rian itu bikin candu! Aku baru tahu ternyata kakak bisa nyanyi, diajarin siapa?"

Rian menyunggingkan senyum, ragu. Ia menimang, apa sebaiknya ungkapkan kebenarannya atau berbohong demi kebaikan.

Sewaktu Rian menjalani hubungan dengan Shania, ia suka manggung di kafe -kafe, Shania juga ikut terlibat dalam band tersebut. Rian juga mengaku takut gagal mencoba. Shania-lah cewek yang mendorong cowok itu agar terus berkembang. Entah apa yang aku rasakan, aku mempunyai intuisi, akan ada kobaran api kecemburuan di hatiku.

Mengelakkan kenyataan hanya menyiksa diri sendiri, sebisa mungkin aku menguatkan diri agar tidak segera menutup telpon.

"Udah malem. Kamu masih mau melek gitu aja?"

"Oh? Hmmm, ini mau tidur, kok! Yaudah akhirnya tu--" alibiku terpotong begitu saja. Rian menahan ku tak menutup panggilan.

"Saya mau liat kamu tidur, boleh? Biar nggak nakal ngelakuin hal lain," balasnya mengeluarkan senyuman manis. Aku mengulum senyum. Ini adalah hari paling menyakitkan sekaligus hari paling membahagiakan. Bisa mengobrol dengannya saja sudah lebih dari cukup bagiku.

"Iye, dah," balasku sekenanya.

Aku membawa layar ponsel ke tempat tidurku. Ku posisikan kamera ponsel persis di sampingku. Walau mataku tertutup, aku bisa menjangkau perkataan Rian setelahnya.

"Sweet dream, My Lana," ucapnya tulus. Senyummu mengembang saat itu juga. Aku penasaran, sikap Rian padaku akan bertahan sampai kapan. Apa dia tetap bersikap seperti ini sampai seterusnya? Ya, aku hanya bisa berharap untuk sekarang ini.

***

Aku merenggangkan otot, setengah bangun. Aku melihat ke arah jarum jam, menunjukkan pukul setengah delapan. Khusus hari ini, aku datang sekolah sore. Ujian akan dilaksanakan malam hari.

Pertama kali ku buka adalah isi ponselku yang sudah terpenuhi oleh banyaknya notifikasi. Hujatan makian memenuhi ponsel. Pasti ada gosip tidak benar tentangku yang beredar.

Perlu keberanian kuat bagiku membuka isi postingan itu. Aku jelas terkejut bukan main. Aku tak pernah ada masalah dengan orang ini, kenapa malah aku yang kena batunya?

"Breaking news! Wanita cantik peringkat satu Beauty Rate jni ternyata adalah seorang PELAKOR! Kita lihat reaksi si mantan ratu sekolah menangis tersedu-sedu."

Aku mengepalkan tangan. Ini masih pagi! Ada saja hal yang membuatku naik pitam. Awas saja, ku balas dendam padanya. Ku lihat video tersebut dari awal sampai akhir. Seratus persen, ini kelakuan Shania.

"Lo tahu? Padahal gue diem aja, tapi tiba-tiba saja dia nampar gue. Udah pelakor, nggak tahu sopan santun pula!"

Sialan kau Shania! Jangan bawa-bawa masalah kemarin! Bolehkan ku menendang seluruh tubuhmu ke planet lain? Aku benar-benar terpancing emosi. Oh, atau jangan bilang-- Shania membuat drama baru buat orang simpati? Aku menganggukkan kepala, angkuh. Pembasalan apa yang ku berikan?

Aku mengambil asal hidangan di atas meja makan. Kunyahan pertama, aku seperti mengenali rasa ini. Aku berpikir sejenak, ini kan--roti buatan Rian kalau itu. Ryland Bread, aku terkekeh sendiri mengingatnya. Oh, tak jauh dari tempat bekal juga terdapat secarik kertas bertulis tangan. Dia mengungkapkan segala unek-uneknya. Mulai kesalah pahaman waktu lampau, dia bermaksud menutupi seolah tidak kenal Shania karena ingin menjaga perasaaan aku. Hmm, kau tahu apa yang membuat senyumku mengembang?

Catet baik-baik! Rian nggak suka kalau :

- Lana jauh dari Rian.

- Lana nangis karena Rian.

- Lana dalam bahaya. Rian bakal bikin Lana nyaman semampu Rian.

! AREA DILARANG BAPER!

Aku tergelak paparan Rian di secarik kertas itu. Haha, kalau modelan kayak Rian, mana mungkin aku bisa benci!

Kapan kita bisa bertemu, Rian? Aku menghirup banyak-banyak udara sekitar. Semua yang ku alami ini berhasil memporak-porandakan kehidupanku.

Tringgg

Dering ponsel bergetar, menggema keseluruhan ruangan. Tanpa mau menunggu lama, aku mengangkat sambungan telpon. Nada suara di seberang sana terdengar bergetar, ketakutan. Siapa? Aku sungguh tidak mengenali siapa orang ini! Ku buka suara, namun dia tak menjawab. Hanya idakan saja yang terdengar.

"Apaan, sih! Orang nggak jelas banget!" umpatku kesal sambil memutuskan sambungan.

Tringggg

Orang yang sama menelponku unyuk kedua kalinya. Terganggu, akhirnya aku meninggikan nada beberapa oktaf kepada si penelpon.

"ADA APA LAGI! Gue sibuk banget, nggak ada waktu--"

"Permisi, Mbak. Saya tukang kurir ingin mengirim paket. Atas nama Lana, ya?"

Aku benar tidak mengerti isi pembicaraannya. Aku tidak memesan paket apapun. Jangan coba bergurau. Apa mungkin Rian pengirimnya? Ah tidak. Kalau saja benar cowok itu pengirimnya, ya, aku tepat sasaran. SASARAN HALU!

Ku bukakan pintu, tak ada orang. Hanya satu kotak paket warna coklat dibungkus rapih mengenakan pita putih. Aku membawa paket ke dalam rumah, penasaran akan isi paket tersebut. Nama pengirim tidak tertera di kotak itu. Nggak mungkin ada paket nyasar, 'kan? Terpapar jelas kok alamatku di sana. Teka-teki ini.. sulit dipecahkan.

Lambat laun, ku buka isi paket tersebut. Aku terkaget melihat apa hal pertama yang ku temukan. Ini tidak seperti perkiraanku. Kotak ini--

Haii, penasaran apa isi paket yang diterima Lana? Makanya spam komen sama vote biar tahu kelanjutannya.

Mau ngomong apa sama Rian?

Makasih yaa udah baca sampe part ini.


SHARE CERITA INI KE MEDSOS KALIAN KALAU SUKA!

See yaa!

Continue Reading

You'll Also Like

0 7K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"
19.7K 2.4K 37
∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impia...
52.7K 6.6K 113
Kamu STAN producefams? Harus baca! [Cover by instagram @producefamsedit] #4 eunbi (from 1,68k) - aug 20' #3 leedonghae (from 911) - aug 20' #3 miyawa...
531 102 7
selain suka mencuri hati para fans nya, mereka juga suka mencuri, memancing dan mencari keributan dengan orang terdekatnya contohnya adalah Nakula.