The Love of Mine (Jaeyong)

By Key_Rand

1.3M 143K 33K

• Sequel dari Naughty Tiwai "Dad~ aku ingin bawa mobil." "Mom~ Jeno merusak laptop Mark." ~ Jung Fams ... More

Cast + Prolog
Chap 1
Chap 2
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40

Part 36

19.2K 2.4K 699
By Key_Rand

Jaemin menunduk dan melihat Jeno yang sedari menatapnya, padahal lelaki tampan itu harus menyelesaikan catatannya. "Jeno, kau harus menyelesaikan catatanmu. Kenapa dari tadi malah menatapku?" 


Mantan anak bungsu keluarga Jung itu tersenyum hingga matanya hanya terlihat segaris saja, lalu membalas. "Kau cantik Na, aku tidak bosan menatapmu." 


Lelaki manis itu mendengus pelan, namun pipinya memerah karena ucapan Jeno. "Ih Jeno~" Rengeknya lalu ia memukul pelan bahu Jeno. "Jangan seperti itu, aku malu." Keluhnya pelan.

Jeno tertawa kecil lalu mencubit pipi Jaemin dengan gemas. "Kau menggemaskan sekali sih." 


"Ih sudah No, kau selesaikan dulu catatannya." Paksa Jaemin, karena sudah hampir satu jam namun Jeno belum juga selesai. 

Karena takut kekasihnya itu marah dan merajuk Jeno pun melanjutkan menulis dan melengkapi catatannya. "Jika sudah selesai aku minta cium boleh?" Tanya Jeno tanpa tau malu, ia bertanya tanpa menatap ke arah Jaemin. 


Jaemin membulatkan bibir dan mulutnya. "A-apa? Cium?" Jeno menganggukkan kepalanya. "Tidak." Tolak Jaemin. 


Dengan secepat kilat Jeno menoleh ke arah kekasihnya dan memasang wajah aneh. "Kenapa? Kenapa tidak Na?"

"Ya karena aku tidak mau." 

"Tapi aku mau Na." 

"Tidak Jeno!"


Mencebikkan bibirnya, Jeno pun melanjutkan menyelesaikan catatannya dengan wajah yang tertekuk kesal. Sementara Jaemin membiarkannya saja, ia meraih ponselnya dan bertukar pesan dengan Haechan yang kini sedang berkencan dengan Mark.


Tak lama Jaemin kembali melirik Jeno yang masih sibuk menyelesaikan catatannya dengan bibir yang mencebik kesal. Ia terkekeh pelan, "Jeno-ya."

Tidak ada jawaban berarti dari kekasihnya itu. "Jeno, kau mendengarku?" 

"Hm?" Sahut Jeno singkat.


Terkekeh pelan Jaemin pun memberingsut mendekati Jeno dan langsung saja memeluk kekasihnya itu. "Kau merajuk?" Tanya Jaemin dengan kekehan yang masih bisa terdengar. 


Jeno mengalihkan pandangannya. "Tidak."


Melihat itu Jaemin terkekeh kecil lalu memberikan ciuman ringan pada pipi dan ujung bibir Jeno. "Tidak usah merajuk Jeno, ingat kau akan memiliki adik." Ledeknya. 


Lelaki Jung itu pun mendengus lalu membalas. "Iya iya, beri aku ciuman satu lagi disini." Jeno menunjuk bibirnya. 


"Huft." Dengus Jaemin pelan sebelum memberikan ciuman singkat pada bibir lelaki tampan itu. "Sudah Jen, selesaikan cetatanmu setelah itu makan ya, aku lapar." 

"Baiklah, tinggal sedikit lagi." 


Jeno pun melanjutkan tulisannya yang sebentar lagi akan selesai dan Jaemin pun hanya memperhatikan lelakinya itu dengan senyum tipis. Ya ternyata menjadi kekasih Jung Jeno tidak buruk juga walau terkadang Jaemin suka di buat salah tingkah oleh kelakuan Jeno. 


Ya seperti ketika Jeno memanggilnya dengan sayang, atau memberikan perhatian lebih dan berkata lembut padanya, itu hal yang membuat Jaemin terasa sangat special.

Ponsel Jaemin yang berada di atas meja berbunyi, seseorang menelponnya. Saat melihat nama sang ayah yang tertera di layar ponselnya tanpa menunggu lama Jaemin pun mengangkatnya. 


"Ya Appa, ada apa? Nana sedang di rumah Mommy Tae." Sapa Jaemin terlebih dahulu. 


Jeno memperhatikan raut wajah Jaemin yang seketika berubah ketika mendengar ucapan sang ayah dari telepon, wajah lelaki manis itu menjadi sangat terkejut dan khawatir. 


"Oke Nana akan pulang sekarang." Setelah mengatakan itu Jaemin mematikan sambungan teleponnya. 


"Na ada apa?" Tanya Jeno yang ikut panik ketika melihat wajah Jaemin. 


"Eomma Jen.. Eomma pingsan, aku harus pulang sekarang." Seru Jaemin terburu, ia merapikan beberapa barangnya. 


Dengan sigap Jeno berdiri lalu berjalan untuk mengambil kunci motornya. "Aku antar ya Na." 


Jeno menarik pelan tangan Jaemin dan membawanya keluar dari rumahnya, sementara Jaemin hanya diam ketika Jeno memasangkan helm di atas kepalanya. Sungguh yang ada di pikirannya saat ini hanya sang ibu yang pingsan. 


Padahal sebelum sampai di rumah Jeno tadi ia masih menghubungi Winwin dan ibunya masih baik-baik saja, kenapa sekarang bisa pingsan?

Jaemin tersentak pelan ketika Jeno menarik tangannya untuk memeluk lelaki tampan itu. Jeno juga mengelus tangan Jaemin dengan lembut. "Jangan khawatir, mungkin Eomma mu hanya kelelahan saja." Jeno mencoba menenangkan. 

Menarik napas pelan Jaemin pun menyandarkan kepalanya pada bahu Jeno sebelum berbisik. "Aku harap juga begitu."


~~


Sesuai dengan ucapan Jaehyun, kini ia dan Taeyong mengunjungi rumah Yuta karena Winwin yang katanya pingsan. Mereka masuk ke dalam rumah Yuta dan menuju kamar lelaki asal Jepang itu. 


Disana ia melihat Yuta yang sedang duduk di samping Winwin yang sudah sadar namun keadaan lelaki manis itu masih sangat lemas. Jaehyun dan Taeyong masuk dan langsung duduk di sisi kasur yang Winwin tempati. 


"Bagaimana keadaan Winwin?" Tanya Taeyong khawatir. 

Winwin tersenyum kecil pada Taeyong. "Aku baik-baik saja, mungkin hanya sedikit kelelahan." Ucapnya lesu karena tubuhnya masih terasa sangat lemas. 


Yuta menggenggam tangan Winwin dengan lembut. "Apa kau tidak mau ke rumah sakit? Ayo kita ke rumah sakit, aku takut kau kenapa-napa." Ucap Yuta khawatir, karena sungguh ia sangat panik dan khawatir jika istrinya ini kenapa-napa. 


Lelaki manis itu menggeleng. "Tidak usah, aku baik-baik saja. Jika ada yang sakit atau tidak enak aku akan bilang padamu." Winwin mencoba untuk menenangkan suaminya. 


Suara dering ponsel membuat semua yang ada di sana mencari ponsel siapa yang berdering itu, ternyata itu ponsel Jaehyun. "Sayang aku angkat telepon dari klien dulu ya." 


Taeyong pun mengangguk dan membiarkan suaminya berjalan keluar dari kamar Yuta untuk mengangkat telepon. "Kau sudah makan?" Tanya Taeyong, ia hanya khawatir siapa tau penyebab Winwin pingsan karena ia tidak makan. 


Winwin mengangguk. "Sudah kok, mungkin memang aku kelelahan saja Tae." 


"Eomma~" 


Suara teriakan yang sudah Yuta hapal itu membuatnya menoleh ke arah pintu dan menemukan anak tunggalnya dengan wajah panik masuk ke dalam kamarnya. Jaemin langsung saja naik ke atas ranjang dan memeluk ibunya. "Eomma kenapa? Nana khawatir." Ujar Jaemin sedih. 


Taeyong melihat orang lain yang ikut masuk ke dalam kamar Yuta dan Winwin setelah Jaemin dan itu ternyata anaknya. Jeno langsung saja berjalan mendekati sang ibu. "Mom disini? Bukannya tadi Mom bilang mau ke kantor Daddy?" 


"Iya sayang, tadi Mommy ke kantor Daddy namun ketika tau Winwin pingsan Mom dan Dad kesini." Jelas Taeyong pada anaknya dan Jeno hanya mengangguk paham. 


Winwin terkekeh kecil lalu mengusak rambut Jaemin pelan. "Tidak apa sayang, Eomma hanya kelelahan." Balas Winwin lembut.


Yuta melepaskan genggaman tangannya dan Winwin. "Aku ambilkan minuman hangat untukmu dulu ya." Ia menunduk untuk mengecup singkat pelipis Winwin. Setelah mengatakan itu Yuta keluar dari kamarnya untuk mengambil minuman untuk Winwin.


Winwin membalas pelukan anaknya. "Tidak usah khawatir Nana sayang, Eomma baik-baik saja." 


Jaemin menegakkan tubuhnya dan menatap sedih ibunya. "Jangan kelelahan, mau Nana panggilkan dokter?" 


"Tidak perlu sayang." 


Taeyong meringis pelan ketika merasakan tendangan kuat dari perutnya, belakangan ini anaknya sangat aktif di dalam perut membuat Taeyong terkadang merasa sakit dan sedikit panik meskipun itu menyenangkan. 


Jeno melihat ibunya yang menahan sakit pun bertanya. "Mom kenapa?" 


Winwin dan Jaemin pun ikut mengalihkan pandangannya ke arah Taeyong yang kini menyandarkan tubuhnya, tangannya mengelus perut besarnya dengan pelan. "Sshh tidak apa, adikmu menendang No." 


Jeno mengarahkan tangannya pada perut Taeyong, dan matanya membulat ketka merasakan tendangan dari perut ibunya. "Wahh, apakah sakit Mom?" Tanya Jeno, karena ia merasa adiknya menendang terlalu kuat. 


"Sedikit, namun tidak apa itu menyenangkan." Balas Taeyong meskipun ia masih sedikit meringis. 


Jaemin yang penasaran pun ingin mencoba memegang perut Taeyong juga. "Mom, Nana mau pegang boleh?" 

"Tentu saja sayang." Ujar Taeyong lembut. 


Jaemin pun mengulurkan tangannya pada perut Taeyong dan mengelus perut besar itu dengan pelan. Mata Jaemin berbinar ketika merasakan tendangan dari perut Taeyong, lalu ia tersenyum girang. "Wah," ia berdecak kagum. "Sehat selalu adik bayi." Lanjutnya. 


Jaehyun kembali masuk ke dalam kamar Yuta dan melihat istrinya yang sedang menyandarkan diri dan mengelus perutnya. "Ada apa sayang?" 


"Sshh, seperti biasa, adik bayinya menendang." Jawab Taeyong santai, padahal ia sedang menahan nyeri. 

Jaehyun meletakkan tangannya di atas perut Taeyong dan merasakan tendangan kuat dari perut istrinya. Ia pun mengelus perut itu dengan lembut dan memberikan kecupan ringan. "Hai sayang, jangan membuat Mommy kesakitan oke, kau kan anak baik." Bisik Jaehyun di depan perut Taeyong. 


Taeyong kembali meringis ketika anaknya itu tidak berhenti menendang sampai Yuta yang baru datang sehabis mengambil minuman hangat untuk Winwin pun bingung. Ia memberikan minuman hangat itu pada istrinya sebelum bertanya. "Taeyong kenapa? Mau melahirkan?"


Jaehyun melirik Yuta malas. "Masih dua setengah bulan lagi untuk Taeyong melahirkan hey." 


Yuta terkekeh pelan. "Ya maaf, mungkin anakmu sudah tidak sabar untuk keluar." 


Lelaki bermaga Jung itu pun mengabaikan ucapan tidak mutu temannya. Lalu kembali fokus kepada istrinya yang masih meringis pelan, sungguh saat ia mengandung Mark dan Jeno mereka tidak pernah seaktif ini. 

"Mungkin adik bayi ingin menjadi pesepak bola Mom makanya terus-terusan menendang." Ujar Jeno asal. 


Taeyong terkekeh pelan. "Iya mungkin ya." Balasnya pelan. "Akkhh." Ia mengaduh pelan.


"Hey kau kenapa sayang? Jangan membuat Mommy kesakitan hm." Jaehyun mencoba mengajak bicara anaknya, karena ia tidak sanggup melihat Taeyong menahan sakit seperti sekarang.

"Huh tidak apa ya sayang, baby mau di sapa banyak orang ya?" Taeyong mencoba menenangkan bayinya juga. 

Jeno menunduk dan mendekatkan dirinya pada perut Taeyong. "Hey adik bayi jangan nakal, jika kau nakal nanti di jual oleh Mark Hyung." 


"Ya Jung Jeno!" 


Mereka yang mendengar itu tertawa melihat kelakuan random Jeno, entahlah salah dimana Jaehyun dan Taeyong saat mengolah Jeno, mengapa anaknya menjadi sangat random seperti sekarang. 


TBC



Continue Reading

You'll Also Like

90.1K 9.8K 41
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
47.2K 4.1K 38
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
244K 33K 23
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
204K 13.1K 23
Kontrak pernikahan selama satu tahun sampai Jeno benar-benar pulih dari lumpuh nya, akankah pernikahan kontrak itu akan berakhir semestinya atau ada...