BLINDZER - NOMIN [βœ…]

By Saden10

283K 44.7K 17.6K

NoMin [harem nana] | NCT Sci-fi Superanatural/Gore - Rated M ⚠️ PRIVATE ALL CHAPTER, FOLLOW FIRST ⚠️ MAT... More

PROLOG [23.07.2020]
1. Dead of Night [26.07.2020]
2. Be Brave and Die [02.08.2020]
3. The Dawn [20.10.2020]
4. Blue as The Sky [23.10.2020]
5. Dealing With Blindness [26.10.2020]
6. Missing Leg [30.10.2020]
7. The Same Lebel [03.11.2020]
ILLUSTRATION BLINDZER
8. Disaster Eggs [20.02.2021]
9. The World Needs Quality [25.02.2021]
10 Key of Destroy [02.03.2021]
11. Soul from The Past [07.03.2021]
13. We are HUMAN [17.03.2021]
14. Black Goldzar [22.03.2021]
15. Side de Mavell [27.03.2021]
16. Dream a Dream [03.04.2021]
17. War of Hearts [09.04.2021]
18. The Reason Why We Still Have Sanity [16.04.2021]
19. Blue and Lavender [22.04.2021]
20. Black Death Plague [27.04.2021]
21. Waste Blood Gladiator [02.05.2021]
22. Another Subject [07.05.2021]
23. BLAST REUNION [12.05.2021]
24. CONNECTED [17.05.2021]
25. Run From Masterpiece [22.05.2021]
26. Only One Wil Stand at The End of It All [27.05.2021]
BLINDZER'S AUTHOR IS SADEN
27. THE ATHERA [01.06.2021]
28. ILLYUZIYA [14.06.2021]
29. Call Me a Casualty [19.06.2021]
Come on.
30. I'M BACK [12.07.2021]
31. The Ashes Burned in The Wind [17.07.2021]
[BLINDZER PLAYLIST SPOTIFY]
32. I've Become so Numb
33. LOST MY MIND [27.07.2021]
34. VAGABOND [03.08.2021]
BLINDZER BOOK 2 PUBLISHED!
BLINDZER BOOK 3 PUBLISHED!

12. Up in Flames [12.03.2021]

5.3K 1.1K 787
By Saden10

note: link playlist spotify BLINDZER udah aku taruh di bio wattpad kalau kalian mau baca sambil dengerin.

.

.

🏴 Jeno Lauret.

Biadab.

Tidak berakal.

Pemangsa.

Bukan, bukan ghoul.

Itu para vegters.

.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

.

📍 District 8 - Atrium Town.
📍 Bunker A-1094V, Vegger camp.

"HENTIKAN!!"

Teriakan yang hampir terdengar seperti raungan binatang buas. Urat pada leher Jeno mengeras, menatap nyalang pria tua di hadapannya dengan tatapan tajam.

Baru saja nyawa seseorang yang sangat berarti baginya melayang begitu saja. Bukan kata kiasan, sungguhan melayang-layang di bawah tali. Tergantung dalam keadaan sudah tak bernyawa.

Perjalanannya di dunia ini mungkin telah usai. Namun jiwanya tetap tetap bersama mereka yang hidup dan akan terus berjuang untuk menemui dunia di ujung masa yang kita tidak tau akan seperti apa.

"HENTIKAN!"

"Kenapa? Kau keberatan, kapten Lauret?"

Keberatan bukanlah kata yang tepat. Ketidakterimaan lah yang mewakili para tream saat ini.

Nyawa teman mereka terbunuh sia-sia.

Sebagai orang yang baru terbangun dari tidur yang panjang, Nana dibuat terkejut oleh kematian barusan. Dengan mudahnya manusia memutus benang nyawa manusia lain. Pembalasan dendam?

Impas?

Dimana larinya hukum sampai manusia bisa hidup sebebas ini untuk saling memusnahkan?

"Berikutnya." Dengan santai pria tua beruban disana berkata.

"Tidak, Rex-"

BRAAKK!!

"AKH!!!"

Leher seorang lagi tercekat. Itu menjadi kematian yang singkat karena tubuh yang digantung terbilang sangat besar. Gaya gravitasilah yang menghabisinya.

Mati dengan keadaan mata terbuka lebar melotot ke atas. Apakah benar malaikat maut datang dari langit?

"Hendery.."

Jeno tak kuasa. Hendery telah menghabiskan waktu berburu bersamanya selama ini. Delapan tahun lamanya. Hidup di ambang setiap kematian. Dia tidak pantas mendapatkan kematian hina seperti ini.

Tidak, bukan hanya Hendery. Semua tream tidak pantas mati di tangan sesama manusia. Karena selama ini..

..mereka hidup untuk melindungi sesama umat manusia.

"Kapten.."

Ikatan ini tali mati. Dililit berkali-kali sulit untuk dilepaskan. Seseorang yang bertugas mendorong kursi tanpa empati sema sekali itu mendekat.

"Kau.." Tatapan Jeno tertuju pada Renjun disana. Wajah seseorang yang ketakutan enam tahun yang lalu langsung membayangi. Jingga matanya menyala seperti api. "Kau tidak perlu menjadi hewan peliharaan mereka. Dokterku, orang yang kau lihat enam tahun yang lalu tau apa yang terjadi padamu. Aku pun tau."

"Kau mengatakan itu berharap aku menyelamatkanmu?" Renjun menegakkan tubuh dengan sombong. Membalas tatapan seorang kapten dengan penuh kegetiran. "Aku sudah berada di tempat yang tepat."

"Hei, kemana larinya sifat sombongmu bajingan?!" Nana berceletuk keras ditengah ketegangan mereka. Seluruh pandangan tertuju padanya yang memang sejak awal sudah mencuri perhatian. "Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau membiarkanku terjebak di dalam tabung sialan itu sementara kau bebas menikmati dunia luar?"

"Diam!"

"Kau bahkan tidak mematuhi segala peraturan yang diberikan AZTEC. Bagaimana kau bisa patuh diinjak-injak oleh orang yang bahkan IQnya jauh di bawahmu seperti ini? Kau kenapa, Renjun?!"

"KAU TIDAK MENGERTI!!"

Jilatan api muncul di sekitar lantai bunker yang dipijaknya. Meraung-raung seperti ingin membakar segala sesuatu yang dilewati. Renjun melangkah panjang mendekati Nana yang masih tergantung di atas sana.

"Memangnya kau tau apa, Bladz? Kau sudah tau perubahan yang terjadi pada dirimu seperti apa? Kau tau AZTEC telah melakukan apa saja terhadap kita? AZTEC merubah kita menjadi monster! Kau tau itu?!"

Untuk pertama kalinya Nana menarik senyum lebar dari bibirnya semenjak keluarnya dia dari laboratorium 0.3 milik AZTEC. Renjun mengembalikan diri Nana yang dulu. Menyadarkan bahwa dia orang dari masa lalu yang tidak hidup sendiri di dunia yang telah menggila ini.

"Lantas kenapa kalau kita monster?"

"Hina." Baron menjawab pertanyaan Nana. "Kalian para monster buah hasil tangan AZTEC sangat hina!"

"Hina? Tapi kau menggunakan kehinaan itu untuk menunjang hidupmu bersama orang-orang disini!" Biru mata Nana memandang menyeluruh ke isi bunker. Terdapat banyak orang yang terdiri dari pria dan wanita dari usia anak-anak sampai lansia. "Mengoperasikan bunker sebesar ini, kalian pasti perlu teknisi genius. Electrical engineer mahal sepertimu mau-maunya diperlakukan layaknya hewan peliharaan seperti ini? Katakan padaku, terbentur apa kepalamu selama ini, Renjun Trictarium?!"

Panas membara api redup ketika tubuh Renjun tertunduk di lantai. Menyentuh lehernya sendiri yang mengeluarkan percikan listrik. Sengatannya membuatnya kesakitan sampai tidak sanggup membalas perkataan Nana yang menggebu.

"Bukan benturan." Baron mengangkat tangannya, memperlihatkan sebuah remote controller yang terhubung langsung oleh belenggu listrik di leher Renjun. Kalung tipis yang mengeluarkan sengatan listri sampai membuat pemakainya tidak berkutik. "Tapi dikendalikan."

"Kau.." Nana menggeram. Kawannya dari masa lalu disakiti oleh tua bangka itu selama ini.

Perkemahan Vegger telah memperbudak seorang subject eksperimen AZTEC.

"Nana." Untuk kali ini Jeno memanggil si biru dengan benar. Bukan dengan sebutan makhluk tabung, monster dan sebagainya.

Sayangnya dia kehabisan waktu.

"Lanjutkan eksekusinya!"

BRAAKKK!!!

"Hendery!"

"AARRGGHHH!!!"

Jeno salah menyebut nama. Bukan kursi Hendery yang jatuh, melainkan kursi di sebelah kanannya. Ikatan tali pada leher Nana lepas bersama dengan ikatan tangannya.

Sulit mencerna apa yang terjadi. Dalam waktu singkat Jeno tidak melihat lagi si biru itu tergantung di sebelahnya. Mungkin karena lompatannya yang terlalu kuat hingga membawanya kini menerkam Baron sampai lengan pria tua tersebut putus.

Sikunya lepas karena tercabik-cabik oleh gigi manusia yang memakan dagingnya. Ditarik sekuat tenaga sampai tangan tersebut terlempar ke lantai bersama remote controller yang sebelumnya digenggamnya.

"Nana..?"

Hendery yang baru saja selamat dari maut masih belum bisa bernafas lega karena pemandangan ditengah-tengah khalayak ini sungguh mencengangkan bagi mereka semua.

"SINGKIRKAN DIA –ARGGGHH!!"

Para vegters mencoba menyelamatkan pemimpin mereka, sayang sekali keberanian mereka tidak seberapa. Karena wajah pria itu telah dimakan sampai bagian dalam rahangnya terlihat. Membekas cakaran dari kuku-kuku tajam pada perut serta dadanya.

"Kapten." Hendery menatap Jeno di sebelahnya dengan mulut setengah menganga. "Kau sungguhan membawanya dalam misi ini hanya untuk membiarkannya makan?"

"Chenle melarangku membunuhnya, apa boleh buat."

"Tapi.. kalau begini.." Lelehan darah yang disaksikan oleh Hendery tidaklah sedikit. Indera penciuman manusia saja sampai bisa mengendusnya. Bagaimana dengan makhluk di luar sana yang meneteskan liur biru kelaparan yang keluar dari sela gini tajam mereka?

Para pekemah Vegger menarik tubuh Nana. Mencoba menghentikan kebrutalan subject 29 tersebut yang berbuah jejak cakaran tangan pada permukaan kulit orang-orang itu.

Jeno tau tidak akan ada yang menembak. Perkemahan ini tidak mempunyai persenjataan modern seperti perkemahan Atrium. Berburu saja mereka menggunakan busur panah buatan dari alam.

Mereka hanya warga sipil. Tapi kebencian mereka terhadap sesuatu yang berkaitan dengan AZTEC sudah mendarah daging.

"Langsung eksekusi mereka!" Salah satu orang berteriak.

"Hentikan makhluk aneh itu!"

Diikuti dengan yang lainnya. Kerusuhan pun terjadi. Ini tidak bisa dibiarkan. Perpecahan ini akan membuat mereka lupa seberapa radius menciuman C-Subject terhadap darah sebanyak itu.

Pandangan Jeno tertuju kepada pemilik mata jingga sore disana yang sedang menatap kebrutalan teman di masa lalunya dengan takjub.

"Kau akan diam saja?" Jeno mengisyaratkannnya agar memperhatikan potongan lengan Baron yang tergeletak di lantai beserta remote controller disana.

Renjun mengambil langkah cepat untuk mengambil remote tersebut. Mulai detik ini, tidak ada yang boleh lagi mengendalikannya.

Karena seorang temannya berlaku brutal akibat tidak terima dirinya disiksa.

Bukan hanya di masa inu. Enam tahun lamanya Renjun Trictarium hidup di bawah tekanan kesakitan perkemahan Vegger.

.

.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

BLINZER © SADEN10 | NCT © SM Entertaiment

Sci-fic - Superanatural - GORE - Rated M

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

.

"Don't forget to give a vote and comment if you enjoy it. Thankyou."

.

.


"Kalau begitu kau mengenal seseorang bertatto angka 92 yang kau temui di sungai?"

"Renjun. Dia menganggapku rival selama karantina di lab. 0.3 AZTEC."

Aksi saling percaya antara Nana dan dokter perkemahan sudah dimulai semenjak malam itu. Malam dimana Nana Bladz dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena ketahuan memakan potongan kaki seorang pekemah dan ikut berpesta memangsa anak buah Jeno bersama para ghoul.

"Kau berhubungan baik dengan dia?"

"Tidak juga. Lebih tepatnya.. aku tidak tau hubungan kami seperti apa." Nana merasakan kehangatan cahaya lampu yang dibawa Chenle dengan tenang. Hanya cahaya yang diinginkanya saat itu. "Sebenarnya sejak awal dia bukanlah subject AZTEC. Tapi di hari sebelum kami dimasukkan ke dalam tabung, tiba-tiba dia mengisi nomor 92. Menggantikan 10 dari 100 subject yang mengundurkan diri."

"Mengundurkan diri?"

"Sukarelawan yang mengundurkan diri. Aku merasa itu tidak benar. Sepertinya mereka telah mati. Karena.. mana mungkin. Hampir semua subject tidak saling mengenal. Mana mungkin pemilik angka 91-100 mengundurkan diri bersamaan."

"Bukankah Renjun bersikap seperti tidak mengenalmu?"

"Sebenarnya.. itu membuatku bingung. Mungkin karena rombongannya. Bukankah kalian saling bermusuhan?"

"Hm, begitulah. Lalu.. kau tau apa yang terjadi pada subject nomor 7?"

"Itu kakakmu. Bagaimana kau tau dia pemilik nomor 7 padahal aku belum pernah menyebutkannya?"

.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

.

"Kau mendapatkan cap di wajahmu."

"Bukan urusanmu!"

Mulai malam itu Nana tidak tidur sendiri lagi. Ranjang tingkat di bawahnya pada akhirnya diisi oleh seseorang setelah sekian lama kosong. Terkadang berada di tempat karantina milik AZTEC ini membuatnya kesepian. Karena Lucas telah dipindahkan ke gedung sayap lain yang terpisah dengannya.

Entah kenapa Nana merasa senang mendapatkan seseorang untuk dapat diajaknya berbicara lagi.

"Kau pasti memberontak." Nana tidak menyerah mencuri perhatiannya, menengok ke bawah ranjangnya mendapati Renjun sedang terbaring lelah. Deru nafasnya pendek. Terasa sangat berat. Nana dapat mengetahuinya dari wajah Renjun yang memerah seperti orang kekurangan oksigen.

"Memangnya dimana seharusnya mereka memberi nomor kita?"

"Di bahu. Tapi aku mendapatkan cap ku di pinggang karena saraf tanganku sangat sensitif terhadap apapun."

Renjun mendengus, menepuk dadanya sendiri seolah tindakannya dapat membuat paru-parunya kembali normal. "Padahal aku tidak akan menuntut mereka atas kejadian itu. Tapi mereka bersikeras untuk memperbaiki kerusakan tubuhku."

"Bukankah seharusnya kau berterimakasih?" Nana memiringkan kepalanya. "AZTEC telah baik menawarkan kepada kita kesempurnaan. Gratis pula."

"Aku hanya ingin segera melanjutkan project-ku. Aku tidak bisa tidak produktif seperti ini."

Omongannya khas seperti mahasiswa baru jurusan teknik yang belum bertemu fase 'ipk berapapun asal lulus'. Nana menggulirkan matanya dengan malas. "Kau meledakkannya kemarin."

"Ya, ampas sekali nasibku. Ternyata generator itu dekat dengan gudang penyimpanan bahan kimia AZTEC. Aku menghirupnya terlalu banyak sampai paru-paruku rusak."

"Setiap orang punya tragedi masing-masing."

"Tapi tragedimu yang paling mengerikan." Renjun mencibir. Melihat sebelah mata Nana yang memutih dari bawah ranjangnya saja sanggup membuatnya merinding. "Kenapa kita memilih jalan hidup menjadi engineer? Aku baru sadar jika kuliahku selama ini hanya untuk mengetahui kiat-kiat agar tidak mati saat bekerja. Dosenku selalu menekankan safety, safety dan safety."

"Kau mendengarkannya saat dia menerangkan tentang keselamatan?"

"Tidak."

Tidak heran lagi, pantas saja pekerjaannya meledak. Nana yang mendengarkan prosedur keselamatan A sampai Z saja masih menerima kecacatan permanen pada tubuhnya karena ledakan Rig tempatnya bekerja.

"Ren, berapa umurmu?"

"Kenapa? Kau ingin merasa superior jika lebih tua dariku?"

"Jawab saja."

"25 tahun."

"Lebih muda 2 tahun dariku rupanya." Sumringah pada bibir Nana merekah lebar. Puas hanya karena mendengar dirinya lebih tua dari orang yang tidur di bawah ranjang tingkatnya. "Kau adikku mulai detik ini."

"Aku tidak mau menjadi adikmu. Jangan mentang-mentang karena kau telah mengalahkanku dalam hal jalur arus bercabang kau bisa seenaknya padaku."

"Aku ingin kau menjadi adikku!"

"Tapi aku tidak mau!"

"Kenapa?"

"Karena kita rival."

.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

.

Apa alasan Renjun menganggapnya rival? Nana sama sekali tidak menemukan jawabannya sampai satu dekade ke depan. Di tahun 2030 ini, dirinya hanya dihadapkan oleh manusia yang saling membunuh.

Orang-orang itu satu per satu mendekatinya. Berusaha menangkap tubuhnya maupun melayangkan pukulan telak padanya. Nana bukanlah petarung, namun insting bertahan dirinya berfungsi secara spontan untuk membalas mereka dengan cakaran dari kuku jarinya yang tumbuh tajam entah sejak kapan.

Renjun menyaksikkannya sendiri bagaimana sosok di hadapannya tidak jauh berbeda darinya yang memiliki perbedaan dengan manusia lain.

Bukan hanya dirinya yang berubah disini, 99 orang lainnya juga ikut mengalami perubahan. Itu artinya..

Dia tidak sendiri.

Renjun Trictarium tidak sendiri.

Dirinya bukanlah makhluk hina yang tidak bisa mengendalikan diri di dunia ini. Bukan lagi pembunuh yang tidak sengaja melenyapkan nyawa orang lain karena apinya.

Api yang membakar isi bunker menyeluruh sampai ke atap-atap.

Membara besar menyelimuti lautan kebiadaban manusia yang selama ini mengekangnya.

Mereka berteriak panik merasakan panas. Berlarian mencari sesuatu untuk mendinginkan diri. Seketika teringat akan bagaimana bengisnya pemimpin perkemahan ini pernah berkata padanya.

.

"AZTEC membakar umat manusia. Menjadikannya kotoran abu yang hilang terbawa angin."

"Kau tidak ada bedanya dengan AZTEC."

.

Renjun menyangkal semuanya, dia bukan AZTEC!

Sebelum padam, api di langit-langit sempat membakar ikatan tali leher Jeno dan Hendery. Mereka berdua memanfaatkannya dengan baik untuk melepaskan diri dari ikatan.

Orang-orang disana panik karena terbakar. Renjun membenci mereka, begitu pula membenci dirinya sendiri. AZTEC telah merubahnya menjadi sesuatu yang lain. Lebih dari paru-paru yang kembali normal. Lebih dari penyempurnaan kecacatan.

Apa yang dia terima dari para pembohong itu adalah sebuah kutukan.

Jeno langsung menarik tubuh Nana dari kerumunan. Membentuk pertahanan diri mendekati dinding beton bunker memisahkan diri dari mereka para vegters yang baru saja kehilangan pemimpin.

"Kita harus segera keluar dari sini!" Hendery berteriak nyaring.

Pintu besi yang hanya menempel pada jalur masuk bunker tumbang karena luapan energi dari api Renjun yang memenuhi ruang. Gemuruh suara langkah kaki menggebu mendekat. Api bukanlah ancaman yang sebenarnya. Hendery sudah mengetahuinya.

Ancaman mereka yang sebenarnya barulah datang.

"GRRAAWW!!"

"WRRAGGH!!"

"GHOULLL!!!"

Tidak butuh waktu lama bagi para pemangsa itu untuk masuk. Untuk pertama kalinya Nana melihat bayi C-Subject yang baru menetas dari telur. Benar apa yang dikatakan Hender, mereka kecil namun panjang tangan dan kaki mereka selayaknya ghoul dewasa.

Kulit pucat mereka menyatu dengan darah yang tertumpah akibat hantaman cakar panjang. Merobek kulit demi kulit manusia di dalam bunker. Mengoyak daging mereka dengan taring-taring bak gergaji yang tajam.

Teriakan hamparan manusia itu memekakan telinga. Baru saja Nana menyaksikan tragedi dunia yang sebenarnya di depan matanya.

Ledakan nuklir saja belum cukup. AZTEC memberikan bonus terbaiknya untuk manusia merasakan berpesta nyawa bersama dengan monster.

Hangat menyelimuti Nana. Api membara keluar dari bawah lantai. Menyala tinggi membentuk dinding pertahanan. Jingga yang begitu terang sampai mata setengah buta Nana pun dapat melihat dengan jelas betapa indahnya cahaya yang terpancar dari jilatan api itu.

"Ghoul tidak menyukai temperatur tinggi." Guman Renjun memberikan jawaban untuk pertanyaan yang terbenak dalam diri para pekemah Atrium.

Listrik juga memunculkan energi panas. Pertahanan perkemahan Atrium selama ini tidak salah. Tetapi point besar disini adalah api.

"Kenapa kau melindungi kami?" Hendery berusaha agar tidak menginjak api di sekitarnya yang dapat membuatnya terbakar.

"Aku tidak melindungi kalian." Sungut Renjun. "Aku melindungi Nana!"

"Bukankah kita rival, Ren?" Bibir penuh darah si biru mengulas senyum yang sudah lama tidak ia perlihatkan pada kawan lamanya.

Renjun sejenak terpukau akan indahnya senyum pada wajah tersebut. "Kau-"

"Ini bukan waktu yang tepat untuk reuni." Jeno tiba-tiba menengahi. Wajah kusutnya tidak sesenang mengetahui bahwa nyawa masih melekat pada raganya. "Kita harus segera pergi. Buka jalan ke pintu."

Tanpa disuruh pun Renjun tau harus berbuat apa. "Kau bukan pemimpinku. Jangan memberiku perintah seenaknya."

"Kalau begitu, kau punya rancana setelah berhasil keluar dari bunker ini?"

Renjun terdiam. Dirinya tidak mempunyai tempat bernaung lain selain perkemahan Vegger.

Sudah sepantasnya Jeno muak dengan orang yang sok-sokan. "Katakan saja dimana letak mobil Atrium."

"Tepat di luar bunker ini." Kata Renjun.

"Bagaimana dengan peledaknya?" Tanya Hendery.

"Masih di dalamnya."

"Kapten, kita masih punya kesempatan!"

"Apa yang kau pikirkan, Hendery?"

"Pertama kita harus keluar dari sini."

Nana berdecak. "Kita sejak tadi berbicara harus keluar harus keluar tapi tidak ada yang bergerak sama sekali!"

"Kalau begitu ayo!"

Api membentuk dinding memanjang yang menutup akses pintu bunker sehingga mereka berempat dapat keluar dari sana dengan aman. Setidaknya aman dari para ghoul yang telah memangsa habis lebih dari seratus orang pekemah Vegger. Jumlah monster itu sama seperti jumlah telur yang sebelumnya para tream temukan.

Puluhan, bahkan mencapai ratusan.

Aman dari mereka yang di dalam bunker belum tentu aman dari mereka yang masih berada di luar. Karena monster buta itu masih terus berdatangan.

Jeno memimpin pelarian, berlari sekencang mungkin menuju ke sungai. Hari telah berganti malam. Penglihatan Nana semakin memburuk bahkan sampai di titik kesulitan untuk melihat medan hutan. Seseorang menggenggam tangannya dan membantunya berlari. Menembus kegelapan dengan terror besar mengejar mereka dari belakang.

Beruntungnya rantis mereka masih terparkir di tempat semula. Sungai disebrangi. Jeno segera mencari kunci cadangan mobil tersebut dalam dashbore. Langsung menyalakannya untuk segera pergi dari tempat itu.

"Kenapa mereka banyak sekali?!"

Hendery membidikkan senapannya dari celah jendela mobil. Terlalu banyak objek untuk dibidik. "Aku tidak ingin membuang-buang peluru."

"Aku penasaran darimana kalian mendapatkan suplai senjata selama ini." Renjun yang duduk di sebelahnya berkomentar.

"Apakah itu penting bagimu sekarang?" Jeno berucap penuh penekanan. Injakannya pada gas bukan main. Membanting setir di setiap jalur yang di depannya terdapat pohon.

Lebih mudah berkendara di kemacetan daripada hutan. Orang dari tahun 2020 harus belajar mengendarai mobil jeep mulai sekarang untuk menyambut 2030 yang memiliki jalan tol roboh serta retakan aspal yang besar. Dengan begitu mereka akan lebih senang berkendara di hutan.

Langkah telapak kaki serta cakaran semakin menggetarkan tanah. Mengejar mobil yang melaju kesetanan membelah alam dengan penuh perasaan was-was.

"Semuanya gelap!" Nana frustasi akan keburaman matanya sendiri. Tapi telinganya dapat mendengar betapa mengerikannya gemuruh koloni C-Subject di belakang.

"Matamu kenapa?" Renjun bertanya.

"Kau pikir kenapa?!"

"Bisakah kau membuat api dari kejauhan untuk menghentikan mereka?" Hendery menjadi sangat mengandalkan api Renjun setelah mengetahui keanehannya.

"Suhunya terlalu dingin. Aku tidak bisa."

"Apa maksudmu?"

Pembicaraan mereka terhenti saat pagar besi perkemahan terlihat dari depan. Para pekemah yang menunggu kepulangan mereka melebarkan mata terkejut melihat mobil rantis mereka membawa puluhan ghoul datang ke perkemahan.

Mereka akan menyambutnya dengan hangat jika bukan diri mereka sendiri yang menjadi hidangan penyambutan.

"Tower 1 dan 2 siaga!!" Gail meneriaki temannya yang berada di atas. "TEMBAKK!!"

Sniper mereka mulai menembaki para ghoul dari kejauhan. Tapi tetap saja jumlah itu tidaklah sedikit.

Mobil berhasil memasuki perkemahan. Pagar ditutup rapat. Tapi itu bukan akhirnya. Karena tubrukan keras daging-daging pucat mereka mengguncangkan penghalang tersebut. Mengelilingi perkemahan, mengepungnya.

"Ini tidak akan bertahan lama." Jeno yang melihatnya frustasi sendiri.

Masih banyak pekemah yang berada disini menatap penuh ngeri kegilaan di luar pagar mereka.

"Jeno, apa yang kau lakukan?!" Chenle yang baru saja keluar dari basement dikejutkan dengan pemandangan puluhan para pemangsa buta ini berniat merobohkan pertahanan pagar mereka. Dia menyadari hal serupa yang juga Jeno rasakan. "Semua orang MASUK KE DALAM BASEMENT!!"

Teriakan Chenle menggelegar menggetarkan telinga. Satu per satu dari mereka keluar dari tenda dan masuk ke dalam basement. Begitu pula mereka yang tadinya berjaga di atas tower.

Hendery yang setibanya di perkemahan langsung menghampiri Yangyang di gudang senjata. Mendorong kursi rodanya agar segera pergi dari sana untuk berlindung ke dalam basement.

"Kau.." Sadie yang melihat Renjun rasanya ingin sekali mencekiknya. "Kapten, kenapa dia disini?!"

"Kau pembunuh Jake!" April yang melihatnya juga dibuat naik darah.

Jeno menengahi mereka mendorong dada anak-anaknya agar menjauh. "Cepat masuk saja ke dalam basement!"

Suara benturan beruntun semakin keras. Kaki pagar perkemahan mulai bergoyang. Kalah akan kekuatan C-Subject yang sejak awal dirancang penuh kebrutalan. Bayi-bayi itu jauh lebih berisik dari induknya. Raungan yang keluar dari mulut mereka bersamaan dengan lendir biru sungguh mengganggu telinga.

"Dimana Shaw dan Rex?" Chenle mempertanyakan personil perkemahannya.

Wajah putus asa Jeno cukup menjawab.

"Mereka dimakan?" Tanya Chenle lagi.

"Mereka digantung."

BRAAKKK!!

Sisi samping pagar berhasil dirobohkan. Tangan kaki panjang monster albino itu berlomba masuk memburu setiap darah manusia yang diciumnya.

Beberapa pekemah yang tidak sempat menyelamatkan diri dimangsa. Tubuh mereka dicabik-cabik dijadikan sajian pesta makan malam.

"Kapten!! Dokter!! Cepat masuk!!"

Dari pintu basement Sadie meneriaki. Jeno dan Chenle segera kesana meski berat hati meninggalkan mereka yang dimangsa.

"PINTUNYA MACETT!!"

April berteriak histeris. Gail dan yang lain sudah berusaha menariknya sejak tadi. Para wajah manusia di dalam basement ini sudah menunjukkan kecemasan tingkat tinggi. Berdoa saja kematian itu datang dengan cepat tanpa perlu menyiksa mereka secara perlahan.

"Terus berusaha menutup pintunya!" Renjun memiliki inisiatif tinggi berdiri di ambang pintu. Membuat dinding api sekali lagi untuk menghalau para C-Subject memasuki basement.

Semua orang menatapnya takjub.

Para squad Jeno terus mendorong pintunya. Engselnya berkarat. Hal itu membuat mereka semakin kesulitan untuk menutup. Lagipula sejak beberapa tahun yang lalu pintu ini tidak pernah ditutup lagi.

"ARGH!" Sadie yang frustasi memukul engkel pintu tersebut sampai rusak. Karatnya membuat besi itu rapuh. Pintu lepas, setidaknya mereka masih bisa menutupnya dengan kekuatan yang tersisa.

Disaat itu pula, tubuh Renjun terdorong ke belakang. Jatuh ke dalam basement dengan perut mengeluarkan darah sewarna jingga di sore hari. Cakar panjang C-Subject berhasil menusuknya. Nekat melewati api untuk memadamkan api tersebut.

Beruntungnya pintu langsung ditutup. Anggota squad Jeno menahannya sekuat tenaga melawan dorongan dari luar.

"Dokter, berapa persentasi lama mereka akan bertahan?" Yangyang bertanya kepada Chenle yang mengetahui tingkat ketahanan tubuh 6 manusia mantan subject AZTEC tersebut melawan puluhan bayi ghoul di balik pintu yang mereka tahan.

"70 : 30"

"70 itu kita?" Tanya Hendery.

"70 untuk mereka. Dalam kurun waktu 10 menit. Itu pun jika jumlah mereka tidak bertambah." Chenle mencerna dengan cepat analisanya.

"10 menit?" Jeno yang ikut menahan pintu berceletuk keras.

"Sekarang saja rasanya lenganku seperti mati rasa!" April sangat ingin mengusap peluh pada dahinya. Urat pada lehernya sampai menonjol keluar karena besar tenaga yang ia keluarkan. Sama seperti kawannya yang lain.

Hendery ingin ikut membantu namun dicegah oleh Chenle. "Percaya pada mereka. Sekarang dalam waktu kurang dari 5 menit pikirkan cara untuk memusnahkan mereka tanpa harus membuka pintu basement ini."

"Dokter, dokter Mavell! Dia terluka!" Nana meraba-raba perut Rejun di dekatnya. Penglihatannya membuta di dalam basement, namun tangannya dapat mengetahui terdapatnya lubang pada tubuh kawan lamanya tersebut.

Tanpa Nana sadari darah itu membuat jari-jarinya terluka,

.. melepuh karena panas. []

.

.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

.

End of Chapter XII.
[12.03.2021]

.

SADEN NOTE:
Minum dulu..

Panas kan gara-gara Renjun.

Jadi disini Chenle & Lucas punya mata emas, Nana biru dan Renjun jingga. Yangyang silver. Hendery coklat. Jeno hitam seperti biasa~

.

BLINDZER's playlist today.
We walk through the fire~

Continue Reading

You'll Also Like

3.2K 314 8
423K 57.4K 93
Judul asli :γ€Šι€ƒεˆ°θ’εŽŸεŽοΌŒζˆ‘ε‘ηŽ°θ‡ͺ己怀孕了》 Author : Luobo jingγ€Šθεœη²Ύγ€‹ Status : Completed (87 bab+6 extras ) Fang Chen terkenal di dunia antarbintang, dan ia terus be...
172K 7.1K 35
"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal d...
60.2K 4K 32
diceritakan seorang gadis yang bernama flora, dia sedikit tomboy dan manja kepada orang" terdekatnya dan juga posesif dan freya dia Cool,posesif dia...