Bukan Keju Mozzarella [Revisi]

By naylechy

6.6M 811K 97.5K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa jadinya 6 cowok penguasa sekolah yang tidak pernah masuk ke kelas, kini kembali... More

prolog
01.berjumpa
02.jaminan
03.malu-maluin
04.rusak
05.teman
06.tentang mereka
07.patah semangat
08.baik atau gak?
09.rapat
10.outfit
11.alamat asing
12.bersihin
13.terbongkar
14.kerja kelompok?
15.bully
16.Maaf
17.ketinggalan
18.Mentor
19.hipnotis
20.lampu merah
21.minuman
22.permainan
23.salah orang
24.hangout
25.upacara
26.taruhan
27.DOOOORRR!
28.botol bekas
29.roti
30.DOOOORRR!(2)
31.bunuh diri
32.pelecehan
33.basket
34.bubur
35.balapan
36.larangan
37.buku
38.walkie talkie
39.warung
40.pasar malam
41.boneka buaya
42.nangis
43.guru
44.mobil
45.kolam renang
47.dijaga 6 cowok ganteng.
48.tamu tak diundang.
49.kepang rambut
INFO!
Plagiarisme

46.awas Mozza!

86.8K 14.2K 3.2K
By naylechy

"Hatchimmm!" Mozza mengusap hidungnya menggunakan jari telunjuknya, sepertinya dia akan terkena flu karna terlalu lama berenang.

Ini sudah pukul 10 malam dan gadis itu ingin membeli kotak pensil beserta alat tulis sekolahnya.

Ia mengeratkan jaket sambil melihat kanan kiri memastikan jalanan sepi, setelah memastikan jalanan sepi Mozza mulai menyebrang dan berhenti tepat di toko buku.

Pandangannya jatuh pada kotak pensil bergambar kuda poni, ia langsung mengambilnya dengan senang hati.

Tidak lupa dia mengambil alat tulis dan segera menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya.

Setelah menunggu antrian cukup lama kini tinggal gilirannya yang akan membayar barang belanjaannya.

"Eh, bos itu kan si Mozzarella." Mozza mendengar suara seseorang yang seperti memanggilnya, ia tidak menghiraukan dan tetap membayar barang belanjaannya.

Mozza tersentak kaget ketika seseorang mengambil kotak pensilnya, lantas melihat siapa pelaku yang berani mengambil kotak pensilnya.

"Kotak pensilnya gak cocok sama lo." Adhlino memberikan kotak pensil bergambar strawberry shortcake pada Mozza.

"Nih, yang ini aja udah minggir, biar gue aja yang bayar." Adhlino sedikit mendorong Mozza dari meja kasir.

"Ih, apaan sih! Orang ini belanjaan Mozza." Mozza mendorong tubuh Adhlino pelan dan merampas kotak pensil kuda poni miliknya tadi dan memberikan kotak pensil bergambar strawberry shortcake pada Adhlino.

"Gue aja yang bayar, ini kotak pensil gak cocok sama lo." sahut Adhlino kembali mengambil kotak pensil bergambar kuda poni dan meletakkan kotak pensil bergambar strawberry shortcake dimeja kasir.

"Mas, mbak jadi beli yang mana ya?" tegur penjaga kasir membuat Mozza dan Adhlino terdiam.

"Yang ini aja mbak." sahut Mozza dan Adhlino sambil menyodorkan kotak pensil yang ada ditangan mereka.

"Ini gak cocok sama lo." Adhlino menyembunyikan kotak pensil bergambar kuda poni itu.

"Mozza mau yang ini."

"Udah deh mbak saya beli dua." Adhlino meletakkan kotak pensil bergambar kuda poni dan strawberry shortcake dimeja kasir.

Mozza berniat ingin mengambil kotak pensil strawberry shortcake tetapi ditahan Adhlino membuat Mozza kesal melihat cowok disampingnya.

Mereka keluar dari toko buku setelah membayar barang belanjaan Mozza dan berhenti didepan toko buku itu.

"Nih, belanjaan lo. Ayo, pulang." Adhlino memberikan kantung plastik berisi belanjaan Mozza pada cewek itu.

Mozza mengambil kantung plastik tersebut dan mengambil kotak pensil strawberry shortcake tetapi ditahan Adhlino.

"Jangan di buang, itu hadiah buat lo." ujar Adhlino dan menggenggam tangan Mozza kearah parkiran.

"Mozza pulang sendiri aja."

"Enggak, ini udah malam," tekan Adhlino dan langkah mereka berhenti di motor cowok itu.

"Oh, ini toh yang buat bos uring-uringan!" teriak ke lima anak buah Adhlino yang duduk diatas motor mereka.

"Pantes bos langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, ternyata cantik." ujar salah satu cowok yang Mozza yakini bernama Mile Delano setelah melihat stiker tertempel di body motor sportnya.

"Kalo lo, jatuh cinta pada pandangan pertama gak?" Mozza melirik kearah pria yang bernama Yudha.

"Kalo Mozza benci pada pandangan pertama."

"Hiyakkk... Bos ditolak!" sorak kelima anak buah Adhlino membuat Adhlino kesal dan menatap Mozza.

"Hati-hati loh mbak, benci bisa jadi cinta. Jodoh ditangan Tuhan siapa tau gue jodoh lo." ujar Adhlino sambil menaik turunkan alisnya.

"Jodoh emang ditangan Tuhan tapi kita bisa milih pasangan yang akan jadi jodoh kita nanti."

"Hiyakkk... Bos ditolak lagi!" teriak kelima anak buah Adhlino yang setia memperhatikan interaksi bosnya dengan Mozza.

"Gara-gara Bu bos nih ya, bos kita jadi suka senyam-senyum sendiri," adu anak buah Adhlino lagi.

"Gue lempar pake ini mau lo!" ancam Adhlino sambil memperlihatkan helm miliknya.

"Ampun bos."

"Dah gitu ya, bos kita sering bawa boneka buaya di saku jaketnya noh liat tuh." sambung cowok bernama Nazril sambil menunjuk saku jaket Adhlino yang terlihat kaki boneka menyembul di sana.

Adhlino menggertakkan giginya melihat anak buahnya. satu sudah diam, satu semakin menjadi.

"Tidur selalu meluk boneka buaya it-" ucapan cowok bernama Ben terpotong akibat Adhlino memukul kepala cowok itu menggunakan helm miliknya.

"Ampun bos."

"Cabut." ujar Adhlino dan menaiki motornya tidak lupa memberikan helm pada Mozza.

Mozza menaiki motor Adhlino sedikit kesusahan, Adhlino memegang tangan Mozza agar cewek itu tidak terjatuh.

Motor Adhlino berjalan meninggalkan toko buku dan di ikuti kelima anak buahnya, Mozza mengeratkan jaketnya ketika angin malam menembus kulitnya.

Ia memperhatikan jalanan yang masih terlihat ramai akan kendaraan, matanya terjatuh pada sebuah mobil yang sangat ia kenal dan berhenti disebuah tempat.

Mozza menepuk pundak Adhlino pelan membuat cowok itu segara memberhentikan motornya dipinggir jalan.

"Kenapa?" tanya Adhlino menatap Mozza dari kaca spion.

"Mozza turun disini aja, soalnya masih ada urusan." Mozza turun dari motor Adhlino dan memberikan helm pada cowok itu.

"Loh, Bu bos mau kemana?"

"Mozza masih ada urusan kalian duluan aja." Mozza tersenyum pada ke-enam cowok itu.

"Urusan apa? Ini udah malam loh." Adhlino menatap Mozza bingung.

"Sebentar doang gak lama, udah pergi sana." Mozza mendorong bahu Adhlino agar cepat pergi.

"Iya-iya, sebelum itu ini dulu dong." Adhlino menunjuk kearah pipi sebelah kirinya.

"Hiyak... Modus!" teriak kelima anak buah Adhlino.

"Iri aja mblo." sahut Adhlino menatap kelima anak buahnya.

"Boleh dong." ujar Adhlino masih menunjuk pada pipinya.

"Boleh."

"Asik." Adhlino bersorak senang.

"Tapi sebelum itu merem dulu."

"Iya-iya, gue merem." ujar Adhlino dan menuruti ucapan Mozza, senyumnya sedari tadi tidak luntur dari wajah tampannya. dia merasakan seperti ada kupu-kupu diperutnya.

Plakkk

Adhlino langsung membuka matanya menatap Mozza yang menatap dirinya dengan tatapan tanpa dosa.

Ia memegangi pipinya yang terasa panas dan menatap kelima anak buahnya yang tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Kok ditampar sih, gue kan minta dicium." rengek Adhlino.

"Tadi ada nyamuk dipipi kamu." ujar Mozza sambil memperhatikan senyum manisnya.

"Udah ah, kalian pergi sana." usir Mozza dan ke enam cowok itu pergi meninggalkan Mozza sendiri dijalan.

Mozza kembali berjalan kearah tempat yang disinggahi mobil yang sangat ia kenali, matanya terjatuh pada bangunan didepannya dan menelusuri pintu masuk tersebut.

Ia bergidik ngeri ketika melihat seorang cewek memakai baju minim sedang dipapah keluar dari tempat tersebut.

Mozza berjalan masuk kedalam tempat tersebut dan seorang satpam memberhentikan langkahnya.

"Mau masuk dek?" tanya satpam tersebut dan diangguki Mozza.

"Sendiri aja kesini?" tanya satpam itu lagi.

"Iya pak."

"Yaudah silahkan masuk." satpam tersebut mempersilahkan Mozza untuk masuk.

"Ini tempat apa ya pak?"

"Tongkrongan anak muda." Mozza menganggukan kepalanya mengerti dan berjalan masuk ke dalam.

Tempat ini minim akan pencahayaan, musik begitu sangat memekakkan telinga membuat Mozza sedikit kaget ketika memasuki tempat ini.

Ia memegang erat kantung plastik belanjaannya ketika seorang cowok memainkan rambut kuncir duanya.

Mozza langsung berlari menjauh dari cowok tersebut nafasnya memburu dan menatap sekeliling tempat ini.

Matanya menelusuri setiap tempat untuk menemui ke enam cowok yang pergi ke tempat ini, dia tidak tau ini tempat apa dan dia tidak akan pernah mau kesini lagi.

Matanya berbinar ketika melihat salah satu meja yang diisi ke enam cowok itu dan segera dia berlari ke meja tersebut.

"Ngapain ke sini?" tanya Sakhi langsung berdiri ketika mendapati kedatangan Mozza.

"Kalian yang harus Mozza tanya kenapa disini dan ini tempat apa?" tanya Mozza sambil mengatur nafasnya.

"Kok lo bisa disini?" Zellan menyuruh Mozza untuk duduk disampingnya.

"Mozza lihat kalian kesini jadi Mozza ikutin kalian." ujar Mozza dan melirik kearah satu gelas terisi air.

"Mozza haus." Mozza langsung menegak gelas tersebut hingga habis dan langsung menjauhkan gelasnya ketika rasanya terlihat sangat aneh seperti.

"Kok lo minum itu si keju." bingung Ringga sambil menjauhkan gelas yang dipegang Mozza.

"Kok rasa air putihnya beda?" tanya Mozza menatap ke enam cowok itu bingung.

"Iya karna air putih import." balas Azaleel terkekeh geli melihat ekspresi Mozza.

"Kok bisa beda ya?" tanya Mozza dan memijat pelipisnya ketika rasa pusing menderanya.

"Pulang." ajak Ziedan dan menuntun Mozza keluar dari tempat ini.

"Sini gue bawain." Sakhi merebut kantung belanjaan Mozza yang berada digenggamannya.

"Kepala Mozza kok berat banget, terus kenapa tempat ini berputar apa lagi gempa ya?" tanya Mozza dan memegang kepalanya.

"Hati-hati jalannya." Zellan menarik tangan Mozza ketika cewek itu hampir menabrak meja.

"Awasin dia jangan sampai kemana-mana." ujar Alhesa pada teman-temannya.

Mozza berjalan menuju pintu keluar sesekali ke enam cowok itu membetulkan jalannya ketika dirinya hampir menabrak orang.

Keenam cowok itu terus berjalan dibelakang Mozza sambil mengawasi setiap langkah cewek itu.

Mereka sudah sampai diparkiran dan mencari-cari mobil mereka yang terparkir entah dimana.

"Mobil kita tadi dimana?" tanya Azaleel mencari-cari mobil mereka.

"Gak tau yang nyetir kan Ringga." tunjuk Zellan melihat Ringga yang cengengesan.

"Gue lupa." sahut Ringga membuat kelima temannya menatap dirinya tajam.

"Mozza kemana?" tanya Sakhi mencari keberadaan Mozza.

Pandangan kelima cowok itu melihat tubuh mungil yang berjalan tidak tentu arah, mereka mengejar cewek itu yang masih berjalan.

"Awas Mozza!" teriak ke enam cowok itu.

Brukkk

Tubuh Mozza ambruk ditanah ketika dirinya menabrak sebuah dinding, ke enam cowok itu berlari mendekati tubuh Mozza yang tidak berdaya.

"Keju bangun jangan tidur disini." Ringga menepuk-nepuk pipi Mozza yang tidak sadarkan diri.

"Gimana sih kalian, udah dibilangin jagain dia malah sibuk nyari mobil." ujar Alhesa dan menggendong tubuh Mozza.

"Hidungnya berdarah." sahut Ziedan dan mengusap hidung Mozza yang mengeluarkan darah.

"Badannya panas." sahut Alhesa merasakan tubuh Mozza panas ketika ia menggendong Mozza.

"Bawa kerumah sakit aja." Zellan mencari mobil mereka dan pergi meninggalkan teman-temannya setelah Ringga memberikan kunci mobil padanya.

Kelima cowok itu berdiri sambil memandang wajah Mozza yang digendong Alhesa, mobil berhenti tepat didepan mereka.

"Al, bawa masuk cepat." ujar Azaleel menyuruh Alhesa agar masuk kedalam mobil sambil menggendong Mozza.

Mobil berjalan membelah jalanan yang sedikit lengang dan menuju rumah sakit membawa Mozza yang tidak sadarkan diri kesana.

"Rumah sakit mana nih?" Zellan melirik kearah Ziedan yang duduk disamping dirinya, matanya Zellan fokus pada jalanan didepannya.

"Rumah sakit bokap gue aja." kelima cowok itu memandang Ziedan dengan tatapan bingung.

"Rumah sakit yang mana ogeb?" Azaleel mendengus kasar mendengar ucapan sohibnya itu.

"Tinggal pergi kerumah sakit bokap Ziedan apa susahnya?" Alhesa sedikit kesal mendengar ucapan temannya itu.

"Yaudah yang dekat aja, ribet amat." timpal Sakhi dan mereka langsung mencari rumah sakit terdekat.

Mobil berhenti tepat dirumah sakit milik keluarga Ziedan, mereka langsung membopong tubuh Mozza dengan heboh bercampur panik.

Membuat seisi penghuni rumah sakit menatap mereka sedikit marah karna begitu sangat berisik.

"Letak disini aja kali ya."

"Itu keranda mayat bego." Zellan memukul kepala Ringga ketika teman bodohnya itu hampir menaruh tubuh Mozza ke keranda mayat.

"Woy! ini ada pasien sekarat malah diam-diam aja!"

"Tanganin atau gue pecat lo semua!"

"Lelet amat lo nanganin pasien, digentayangin hantu keju mampus lo."

"Gue laporin polisi lo semua kalo sampai dia gak selamat!"

"Gue hitung sampai 100 gak datang juga gue bakar nih rumah sakit!"

"Kelamaan ngitungnya, udah lewat nanti nyawa si Mozza entar."

Dan rumah sakit pada malam ini begitu sangat riuh akibat suara teriakan kekesalan keenam cowok itu.

Membuat suster dan dokter yang berjaga pada malam itu kelabakan akibat ancaman yang dikeluarkan ke-enam cowok tersebut dan dengan sigap mereka memindahkan tubuh Mozza ke brankar rumah sakit untuk ditangani.

*****
Jangan lupa votementnya ya, jangan pelit-pelit untuk menekan bintang. See you.

'~naylechy.

Sab, 20 feb 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
221K 20.9K 27
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
3.4M 277K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 30.7K 13
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...