Untold The Darkness

By shasyifaa

3.2K 473 263

[FOLOW AUTHOR DULU!] . [Griffinest Series • 2] Dia datang dengan kecewa dan pergi meninggalkan luka. Takan ad... More

W A R N I N G
╰FÄVŌŚ╮
UTD [0.1]
UTD [0.2]
UTD [0.4]
UTD [0.5]
UTD [0.6]
UTD [0.7]
ALEICY - AU

UTD [0.3]

187 57 21
By shasyifaa

Untold The Darkness
-

UTD [03. Unvisible]

•••

"Some things that are unvisible doesn't mean they don't exist. it's just that some people don't realize what's really going on,"

Menarik lengan kekar itu kesana kemari tanpa mengindahkan intrupsi sang empu yang terus.melempar protes. Gadis dengan surat coklat terang itu tertawa girang ketika berhasil membawa Alteir ke cafetaria.

"Kenapa sih Alteir susah banget kalo diajak ke sini?" Seperti biasa, gadis itu akan melempar tanya pada hal-hal yang membuatnya keheranan. "Emang Alteir nggak laper?"

Maka dengan mudah Alteir menjawab. "Enggak,"

Isse mengerutkan dahi, gadis itu menolehkan kepalanya dan menatap Alteir menelisik tubuh lelaki itu dari atas sampai bawah.

"Pantes kurus," celetuknya enteng tenpa berpikir jika itu sudah masuk pada kategori bodyshaming.

Dengan berat Alteir menghela nafas dan memejamkan matanya singkat. Demi apapun, Alteir sangat ingin membuang Isse jauh-jauh darinya. Bukan tanpa alasan, dirumah ada Mars yang selalu merecokinya dan sekarang di sekolah ada Isse.
Bisa tidak sekali saja kedua mahkluk itu membiarkannya hidup dengan tenang dan damai tanpa kebisingan atau keributan yang selalu mereka ciptakan?

"Tumbenan, biasanya kudu gue geret dulu lo kesini baru mau. Padahal bunda suka ngewanti-wanti buat ajakin lo makan," itu suara Mars yang baru saja mengambil posisi duduk di hadapan Alteir dan Isse. "Pasti di tarik  ni cewe," sambung Brian yang ikut duduk di sebelah Mars.

Tapi kali ini bukan Alteir yang merasa risih melainkan Isse. Gadis itu menatap kedua sahabatnya dengan lirikan sinis.

"Kenapa mukanya kaya ngajak gelud gitu?" tanya Brian tidak peka.

Mars yang paham kemana arah yang Isse maksud langsung berdiri. Sebelah kakinya menendang kecil kaki Brian dibawah agar dapat memahami gesture tubuh yang ia beri. Kebetulan, tidak jauh dari sana seorang murid melambaikan tangan dan mengajaknya untuk bergabung.

"Oy! Bentar, bentar gue kesana!" Teriak Mars nyaring. "Bri, ayo!"

Brian celingukan, setelah mendapati sosok yang mengajakanya turut bergabung barulah ia ikut bergerak dari posisi semula.

"Gue kesana dulu ya," kata Mars sembari buru-buru kabur sebelum Alteir bertanya macam-macam. "Gue juga," timpal Brian tidak lupa menepuk bahu Alteir dua kali.

Alteir hendak berdiri dan mengikuti kedua lelaki itu, hanya saja Isse menahan lengannya agar tetap diam ditempat.

"Apaan sih?!" Alteir menyahut ketus.

Isse menyodorkan sebotol air mineral dingin. "Sensi banget. Minum dulu nih,"

Alteir tidak mau. Ia memilih untuk mengamati ponselnya yang sedaritadi tidak ia sentuh didalam saku celana.

"Nggak mau?" Isse memastikan kembali. Karena Alteir tidak menjawab maka ia kembali melanjutkan. "Yaudah kalo nggak mau," sekarang Isse hanya bisa bertumpu dengan menempelkan dagu pada botol mineral miliknya.

Tatapannya tampak menerawang diisi kepala yang terus berputar untuk melancarkan aksinya. Isse sedang berusaha untuk memahami Alteir lebih dalam. Jangan salah paham, ini memang sebagian dari rencana Mars yang menginginkan Alteir untuk lebih terbuka terhadap beberapa hal. Mars ingin Alteir tidak hanya menjalankan pengobatan ke psikiater melainkan ingin membuat Alteir agar bisa lebih rileks dan memberikan kepercayaan pada dunia luar.

Mendengar jika kondisi mental dari sang kakak yang semakin memburuk membuat Mars kepalang khawatir dan bingung mau melakukan apa. Selama ini Mars hanya tahu perihal kakanya yang mengalami Did (Dissociative Identity Disorder) atau orang awam menyebutnya dengan berkepribadian ganda. Akan tetapi Mars tidak tahu lebih jelas mengenai seluk-beluk penyebab hal itu terjadi, selain kejadian besar yang terjadi setahun belakangan.

Mars pikir, ada hal lain yang mengganggu kehidupan sang kakak. Atau trauma masalalu yang sangat membekas ketimbang ditinggal pergi jauh oleh kedua orang tuanya.

"Mereka lagi pdkt?" Mars yang sedang melamun mendadak terkejut. "Ngagetin aja," katanya sambil menggeplak punggung James yang ada disisi. James meringis kecil. "Lagian, maneh ngapain ngelamun anjir? Ntar kesambet tau rasa,"

"Setan mana yang berani rasukin model goodlooking kaya gini?" Itu Julian. "Aturan kalo setannya cewe pasti klepek-klepek,"

"Kalo laki?"

"Auto insecure. Kaya gue,"

Sontak ke-4 lelaki yang diantaranya adalah Brian, Mars, Theo dan James tertawa serempak mendengar gurauan dari Julian. Terlebih, jarang-jarang seorang Julian menistakan dirinya sendiri, padahal lelaki itu biasanya adalah sosok paling percaya diri dan narsis diantara anggota GrifinnestX lainnya. Sementara sisanya ada Julian yang merasa ternista karena ucapannya sendiri dan Prince yang hanya menyunggingkan senyum tipis.

Omong-omong soal GrifinnestX adakah yang ingin mengenal karakter mereka lebih dalam? Sedikit informasi GrifinnestX adalah nama club basket yang dimiliki oleh GrifinnestHS. Berisikan kurang lebih 30 anggota dari 3 angkatan. Tiap angkatan memiliki masing-masing kapten dan beranggotakan 10 orang.
Walau begitu dari keseluruhan mereka juga memiliki satu orang induk kapten yang tidak lain adalah Alteir Clavertoon.

Cukup mengenai GrifinnestX, lain kali kita bahas lebih dalam.

Sekarang mari kembali pada 2 sejoli yang masih saja bungkam dan sibuk dengan isi kepala masing-masing.

"Alteir kalo mau diem aja mending pergi deh,"

Seakan lupa dengan siapa ia berurusan Isse langsung menutup mulutnya panik.

"Enggak-enggak. Maksud Isse, Alteir mau makan apa?" Isse memilin jemari telunjuknya sendiri dibawah meja lantaran merasa salah bertindak. Jika saja ia tidak buru-buru menarik ucapannya, sudah dipastikan ia betul-betul akan ditinggal oleh Alteir sendirian. "Hari ini Isse traktir,"

Alteir mematikan ponsel dan memasukannya ke dalam saku celana. Lelaki bertubuh jangkung itu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan Isse begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Tentu, Isse panik dan kalang kabut. Hanya saja, kepanikannya langsung sirna ketika Alteir datang dengan nampan berisi makanan dan minuman.

"Tadikan isse bil---,"

"Diem atau gue tinggal,"

Dengan senyum terpaksa, akhirnya Isse memilih untuk diam dan menurut. Dalam diam ia hanya bisa memperhatikan Alteir yang tengah meletakan makanan untuk keduanya. Seakan lelaki itu tau segala hal yang Isse sukai dan Isse tidak suka.
Tanpa bertanya lebih dulu, tau-tau ia sudah memesan makanan untuk Isse. Semangkuk ricebowl beef blackpapper dan segelas milkshake stawberry. Jangan ditanya, tentu semua itu adalah makanan kesukaan Isse dan dalam sekejap membuat mata gadis itu langsung berbinar.

"Ada beberapa hal yang sebenernya lo nggak perlu tau soal kami,"

Isse melirik melalui sorot ujung matanya. Kedua tangannya fokus bergerak menyendok makanan dalam diam. Tidak lupa, sebelumnya ia sudah berdoa terlebih dahulu.

"Perihal apa yang terjadi dan apa yang seharusnya tidak terjadi,"

"Perihal apa yang terlihat dan tidak terlihat,"

Kali ini Isse duduk tegap dengan gemuruh detak jantung yang mulai ribut karena Alteir memfokuskan atensi padanya. Mendadak Isse kehilangan nafsu makan. Kunyahannya ikut memelan seiring Alteir membawanya kedalam aura ilusi gelap yang ia punya.

"Semakin dalem lo menyelam. Semakin jauh juga lo tenggelam,"

Tunggu, apa maksudnya?

•/ΘΤΔ\•

Menuangkan cairan berwarna merah pekat pada sebuah gelas kecil dan meminumnya sekaligus. Seorang gadis bertubuh proposional bak seorang model tersenyum kecil ketika mendapat seseorang menghampirinya dengam sorot kurang bersahabat. Dengar-dengar lelaki yang diperkirakan masih berusia belasan itu akan menjadi rekan sekaligus klien terbarunya.

Sayang, ia mendesis rendah ketika dengan lancang seseorang mengganggunya melalui telepon yang berdering nyaring.

"Andai aku bisa menghancurkan benda-benda tidak berguna ini!"

"About what?!" Gadis itu menyentak tatkala mendengar suara dari seberang sana memberinya perintah dengan asal. "Bayaran apa yang anda bisa beri pada saya?" kali ini ia tampak bersikap lebih tenang. Memberi penawaran sekaligus mempertimbangkan dengan matang mengenai tawaran dari si lawan bicara.

"Anything for you,"

Bukan, kali ini suara itu bukan berasal dari sambungan telepon melainkan lelaki yang masih diam di tempat tanpa mau bergeser sedikitpun. Well, dengan demikian ia memahami sesuatu. Rupanya sosok penelpon dari seberang berhubungan erat dengan lelaki yang barusan mengatakan akan memberi bayaran apapun.

Apapun yang ia inginkan. Begitu bukan isinya?

Dengan gerakan santai ia menaruh gagang telepon pada tempat semula. Ia berpindah posisi dengan memutari meja dan berjalan mendekat ke arah lelaki yang kini membuka masker hitamnya perlahan menunjukan pahat rupawan yang dimiliki wajahnya.

"How about your daddy?"

(Bagaimana dengan ayahmu?)

Dengar-dengar ayahnya adalah seorang pengusaha besar. Lebih tepatnya pemilik bisnis ilegal.

"Imprisoned and has 3 children,"

(Dipenjara dan memiliki 3 orang anak)

Tidak kehabisan target gadis itu menjentikan jemari ketika teringat akan sesuatu.

"Your brother?"

(Saudaramu?)

Yap, dia tahu jika kakaknya adalah penerus dari bisnis yang dimiliki oleh sang ayah.

"He's a drug addict and is in rehab,"

(Dia pecandu narkoba dan berada di rumah rehab)

Well, bagaimana lagi untuk mengeruk semua hal yang ia miliki? Oh ya, tadi dia bilang ayahnya memiliki 3 anak bukan? Tidak perlu dijabarkan, dengan jelas sedikitnya ia tahu jika berisikan 2 lelaki dan 1 perempuan.

"Your sister? She could be the best deal by selling it. She's beautiful. She's an investment,"

(Saudarimu? Dia bisa menjadi kesepakatan terbaik dengan menjualnya. Dia cantik. Dia investasi)

Lagi, terdengar bagus. Hanya saja sepertinya itu merupakan pilihan yang kurang tepat.

"She is the step sister of my mother,"

(Dia saudara tiri dari ibu sambungku)

Tidak puas dengan jawaban yang ada. Gadis itu kembali menyahut. "Why not?"

"She heren't,"

(Dia tidak disini)

Tentu karena saudari tirinya sudah jauh dari peredaran akibat suatu alasan yang tidak dapat dijelaskan dengan rinci.

"Shit! Than, what do you have?"

(Bajingan! Lalu apa yang kamu punya?)

Gadis itu mengumpat kesal ketika semua hal yang ia inginkan nihil keberadaanya.

Sementara, jika seseorang sudah berani menemuinya. Bukankah apapun yang ia inginkan harus terpenuhi tanpa alasan? Dan ini, dengan beraninya, segala hal yang ia inginkan justru tidak bisa dimiliki.

Entah siapa yang tega melakukan. Tampaknya keluarga ini sudah benar-benar hancur berantakan.

Berusaha meredam emosi yang turut bergojolak lantaran tidak terima dimaki. Lelaki itu dengan santai menoleh kesembarang arah sembari berucap pelan.

"The life of target we are aiming,"

(Nyawa dari target yang kita tuju)

Tidak bodoh. Dengan cepat mimik wajah gadis itu langsung berubah drastis diimbuhi binar pada kedua matanya. Walaupun masih remaja klien yang satu ini nampak sangat paham mengenai apa yang dapat membuatnya diam karena merasa puas.

Nyawa? Bayaran semahal apalagi yang dapat menggantikan kepuasan tak terhingga. Darah yang bercucuran, jeritan dan ringkih ampun. Ahhh, membayangkannya saja membuat atmosfer mencekam berubah menjadi lebih menyenangkan. Terlebih jika memikirkan mainan macam apa cocok untuk ia gunakan nanti.

"But before, let's play around first,"

"Sounds good. I like this part, sure!"

Tersenyum kecil gadis itu lantas menyamber sebelah tangan kanan si lelaki guna menyalami tanda setuju. Tidak sampai dsiitu, ia membawa sang empu juga untuk duduk di salah satu sofa nyaman di dalam ruangannya terlebih dahulu. Dan lanjut berjalan ke arah rak kaca berisi aneka minuman dan mengambil salah satu diantaranya.

Dan pilihannya berhenti pada sebuah botol anggur dengan harga fantastis.

"Screaming Eagle Cabernet Sauvignon, Oakville Califonrnia. 500 USD dollar,"

Mendengar hal itu si gadis menghentikan pergerakannya dengan senyum merekah di bibir. Tidak salah, selain memiliki penawaran yang menarik ternyata orang ini memiliki selera yang bagus juga, begitu pikirnya.

'Yap, seleramu cukup bagus. You won't miss this one celebration right?"

"Cherss!"

.

•••

(…TBC…)

Holla everyone! How bt this part? Masih mnginjak part permulaan tapi bahasannya udah ngeri-ngeri sedep? Ahahahah. Seperti biasa.

Clue: Kumpulin tiap puzle yang ada di setiap part ataupun paragraf.

Gak ngerti apa cerita ini bakalan better dari S1 atau nggak. But, i still try the best for my imaginary!
Alurnya bisa berubah kapanpun, karena aku nggak pernah janji buat diem disatu posisi. Lebih tepatnya mhkluk plin-plan haha.

Sorry kalo nggak sesuai bayangan kalian. Tapi sekali lagi aku tekankan kalo aku menciptakan dan menulis apa yang ingin aku buat dan ingin aku tuangkan. Koreksi boleh tapi sedikit bijak dalam mengoreksinya ya.
Aku bukan tipikal manusia anti kritik hanya saja beberapa kritikan yang terkesan memaksa kadang membuat tidak nyaman.

Maapkeun alurnya yang ngalor ngidul yaa Griffy!

Jangan lupa follow igku dan ig base anak-anakkuu!
@/ssyifaarr_
@/darkallside

Disana aku suka bikin spoiler atau konten gabut-gabut bt them.

Btw, kalo bantu aku buat follow, vote dan comennt biar semangatnya makin ngagolak yaa!

Tngkyuu banget inimahhh </3

Buat pmbawaan bahasa asingnya udah bner ato belum tuh? Boleh lah brngkali ada yang mau mnmbahkan atau mmbetulkan masih belajar hehehe.

Pkonya smoga hal-hal baik senantiasa menyertai kalian!

See youu guys!

#GrifinnestX!
#11Augst22

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.7M 279K 65
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
577K 44.9K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
5.7M 295K 61
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...