Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

Extradionary (32)

614 60 18
By elmi_wirastiti30

"Dunia hanya dibatasi hukum, tidak tahu bagaimana asal dan penyelesaiannya. Orang besar dan orang kecil kedua belah pihak dibagi menjadi dua. Itu mengerikan di negeri yang tak ada bedanya dengan para bedebah pura-pura dermawan."

(Author ***** POV)

Taehyung mengusap tengkuk yang gatal, dimana mulutnya juga terbuka karena menguap. Dia memejamkan kedua mata mengantuk dan sedikit malas karena situasi di rumah ini, bisa ditebak bahwa dia datang berdasarkan keinginan Seokjin. Dia benci saat nalurinya benar dan mengatakan bahwa pastinya apa yang terjadi sekarang akan menjadi urusan panjang. Dia tidak ada minat untuk minum atau makan camilan yang di suguhkan, lebih baik dia melihat sekitar dengan tampang cool.

Gerak-geriknya diamati oleh seseorang yang begitu lekat melihat dirinya. Dia membenci seorang pemuda itu sampai dia mati, dalam segi manusiawi atau tidak dia sama sekali tidak akan mau mengakui bahwa yang dikatakan Taehyung adalah suatu kebenaran dengan fakta. Mana ada dia punya adik bajingan seperti Taehyung, tidak mungkin juga ibunya ataupun ayahnya punya hubungan khusus pada salah satu orang tuanya.

Hoseok menggeleng dengan tidak mungkin, semua ini mitos dan tidak ada kasus yang dapat mencemari namanya. Hanya Jungkook yang dia anggap di matanya dan juga keluarga dalam rumah ini. Memahami situasi membuat Taehyung sedikit kehilangan rasa bosan, dia menatap pengawal itu dengan remeh. "Sepertinya ada yang ingin kau katakan pada Jung Hoseok." Dia begitu berani mengatakan namanya secara lengkap, membuat dia tampak sibuk dengan apa yang dijalankan.

Jungkook tahu dan dia menatap kedua orang disana dengan tatapan bingung. Hoseok hanya bisa tersenyum pura-pura manis, andaikata ini bukan rumah bosnya dia akan gunakan sebuah peledak tekanan besar. "Ada banyak tapi bukan sekarang dan besok, aku tidak mau kau beranggapan bahwa aku sangat percaya bibir munafik mu." Meski sedikit lirih tapi Taehyun bisa membacanya, di hanya tersenyum menampilkan giginya yang menggigit gagang kacamata hitam miliknya.

Dia menggunakan jubah bulu macan juga topi kesayangannya, membuat dia tampak mode menggunakannya. Dia ingin tampil gaya setelah mendapatkan uang banyak dari salah satu permainan lotre. Karena hari ini bertepatan dengan cuti hari besar maka dia membatalkan niatnya untuk pergi ke salah satu tempat.

"Bilang saja kalau kau ingin berbicara empat mata dengan adikmu ini. Aku akan menunggu dengan sabar kakak." Tersenyum tampan dan manis, membuat Jungkook sedikit gagal fokus. Tapi Hoseok membuang nafas sebagai pengganti membuang ludah, andaikata dia bisa melakukan dosa semaunya sudah dia lakukan sejak dulu. Dia berusaha agar Jungkook ada di kawasan aman tanpa mau pindah atau menoleh kemanapun.

Nana tahu bahwa ada yang bersitegang tapi dia juga tidak boleh menampakkan kelemahannya. Seokjin lebih dewasa dan unggul dalam permasalahan apapun, hingga akhirnya dia mau turun dan menemuinya. Melihat gelagat aneh dengan kegelisahan tingkat tinggi membuat wanita itu mengangkat sebelah alisnya bingung, dia juga tidak mau kalau adanya masalah baru setelah yang lama sudah pergi dari rumah ini.

"Seokjin apa yang ingin kau katakan, apakah sesuatu terjadi?" Nana membuat sedikit petakan rencana dalam pemikiran Seokjin buyar seketika. Gugup setengah mati dengan kedua bibir sedikit membisu, dia sama sekali tidak akan menyangka terjebak dalam sebuah ketidakpastian. Ingin mengumbar tapi Taehyung bisa saja mati di tangan ayahnya, dia melirik bahwa ada seseorang tengah mengawasi. Meski rumah ini dirancang akan keamanan tinggi, akan tetapi memang benar disini ada dua atau tiga mata-mata yang Seokjin saja bisa beberkan dengan mudah.

"Sebenarnya aku ingin membahas hal penting. Kemarin Jungkook mengatakan semua dan aku yakin kalau anda tahu. Apakah benar jika Taehyung punya kakek, aku disini senang mendengar kebenaran ini karena Taehyung sendiri menjadi anak yang dingin dan jarang sosialisasi." Demi menghilangkan rasa curiga dari mereka yang memang dijalankan tugas ganda, membuat Seokjin pintar dalam memainkan dramanya. Dia benci dirinya sebagai penjahat juga pahlawan. Karena pada keduanya dia tidak ada di dalamnya.

Sementara Taehyung menatap kakak sepupunya dengan perasaan tidak suka. "Kau katakan apa, kau ingin wanita itu ikut campur urusan kita?" Sedikit mencubit dan membuat Seokjin melirik ke arah adiknya. "Sudahlah Taehyung, kau bilang aku harus membantumu bukan? Ini aku membantumu." Menenangkan si keras kepala memang susah gampang, Taehyung ingin membuang protes dan ucapan sang kakak. Nafasnya menjadi sedikit emosi dalam pembahasan tak pasti seperti ini.

Wanita itu memainkan otak, dia bingung dan menatap sang anak dengan penasaran. Jungkook mengangguk kecil sembari tangannya mengusap punggung tangan sang ibu agar tenang, "aku mengatakan semua yang ibu katakan waktu itu pada Taehyung hyung. Aku rasa memang sudah saatnya dia tahu bagaimana ibu Hera dulu, bukankah ibu bilang kalau kakak bisa pulang jika aku memang bukan pelakunya?" Jungkook menantikan sebuah kebenaran tapi dia sabar menunggu semua.

Membuat wanita itu mengangguk setuju dengan ucapan putranya, dia tidak sangka bahwa Jungkook melakukan hal cepat dalam separuh masalahnya.

Senyuman cantik itu ada dan membuat kedua mata bagaikan lengkungan bulan sabit. "Memang benar dan aku adalah salah satu teman Hera. Aku kenal ayahnya sejak kecil dan dia sudah aku anggap sebagaimana ayah kandungku. Kim Taehyung kau beruntung punya kakek yang tanggung jawab dan sayang pada ibumu, karena sejak nenekmu tiada di usia 40 tahun. Paman selalu membuat ibumu bahagia dengan menuruti keinginannya dengan berusaha mungkin."

Seduhan teh itu di kentalkan dan membuat aroma ruangan menjadi wangi. Taehyung mendengus tak minat pada suguhan di depannya, dia membuat maklumat bahwa dia tidak akan mau mendengarkan ucapan ibu tiri. "Kau bilang aku beruntung, tapi lihat saja ibuku mati di tangan adikku. Apakah itu termasuk beruntung? Aku tidak akan anggap semua yang aku dapatkan sebuah keberuntungan. Jika kau ingin cuci otak kakak sepupuku silahkan saja, tapi kau tidak akan mempan melakukannya padaku."

Sarkatik sekali cara bicaranya membuat Hoseok hendak mengeluarkan pistolnya jika saja Nana tidak menghalanginya. Jungkook merasa bahwa kakaknya keterlaluan, tanpa sadar dia bicara menohok pada sang kakak. "Yang kau bicarakan itu ibuku hyung, kau semakin tidak sopan. Ibuku hanya memuji kakek mu dan kenapa kau marah, apakah kau tidak pernah bersyukur? Padahal selama ini aku diam saat kau ejek aku, tapi sekarang aku kesal karena kau kasar dengan ibuku." Jungkook menggunakan nalurinya, dia memang melindungi wanita yang telah membuat dia ke dunia penuh pengorbanan. Sekalipun itu kakaknya sendiri tetap saja tak adil jika hinaan itu di dapati oleh wanita kesayangannya.

Taehyung bungkam dengan ucapan Jungkook yang sedikit berani itu, biasanya dia akan memelas dan minta ampun. Tapi sekarang sudah 180 derajat. Dia hendak bangun dan memborbardir cara bicara Jungkook tapi Seokjin menahannya dengan alasan akan sangat memalukan jika ribut di rumah orang. Padahal dalam hukum ini rumahnya juga, Jungkook seperti siap marah demi ibunya dan membuat Hosoek memberikan jempol karena dia salut akan keberanian yang muda dalam membela ibunya.

"Taehyung sudah tenang, abaikan saja dia. Kau juga salah bicara kasar, kalau aku jadi Jungkook aku akan marah. Kau kan memarahi orang tua dan itu tidak pantas, lebih baik kau dengarkan saja. Aku mengajakmu agar kau tidak keras kepala." Seokjin harap bocah ini mengerti, dia akan sangat berterima kasih kalau Taehyung bisa jadi penurut. Karena kesal Taehyung sampai minum dengan rakus dan melupakan gengsinya untuk tidak menerima suguhan di depan meja itu.

Hoseok menahan tawa karena tingkah konyol juga labil pria yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang hebat. Manusia suka pamer adalah manusia paling bodoh di dunia.

"Eomma, aku mau masuk ke dalam. Sepertinya aku memang sedikit kesal." Jungkook meminta dengan sangat sopan, dia melirik ke arah kakaknya dan pergi begitu saja. Meninggalkan sang ibu dan pengawalnya setelah Nana memberikan ijinnya. "Hoseok temani Jungkook, aku tak apa jika sendiri. Yakin sekali bahwa Seokjin dan adiknya adalah orang baik." Akan lebih tenang lagi jika ada seseorang yang mengawasi anaknya. Dia juga tidak mau menanggung resiko dengan bahayanya Jungkook sama seperti kemarin. Dia melihat bagaimana Taehyung masih kesal dengan menatap salah satu guci di sudut dinding disana.

"Taehyung aku tahu kau masih kesal padaku dan semuanya. Tapi kau sadar? Bahwa kemarin kau seperti pahlawan. Kau menyelamatkan satu keluarga mu dan lainnya, kau membuat ibu bangga. Aku semakin percaya bahwa putra pertamaku bukanlah orang yang jahat seperti ayahmu katakan." Memuji bagaimana anaknya adalah salah satu bentuk perhatian nya. Meski Taehyung merasa canggung dan seperti orang bodoh tapi dia tak memungkiri bahwa dia juga sudah lama tidak mendapatkan perhatian seperti ini.

"Katakan saja kalau kau malu Tae, aku yakin kau bersorak senang setelah mendapatkan perhatian manis dari ibumu." Seokjin mencoba menerka dan menebak dengan melihat bagaimana malunya seorang Taehyung dalam kurun waktu sekali dalam satu tahun ini. Tetap saja yang muda menimpal dan mengumpat kasar karena dia tidak terima dengan ungkapan Seokjin.

"Bodoh! Aku merasa goblok saat dekat denganmu. Aku harap hari ini cepat berakhir dan kau sialan! Membawa aku ke tempat seperti ini." Dia mendesah kesal dengan nafas marah. Dia menggaruk hidungnya terasa gatal, sungguh dia sangat tidak beruntung dan memilih untuk tidak mempermasalahkan kuadrat hidupnya. Nana merasa senang bahwa Taehyung menjadi lebih sedikit berubah dan dia tahu berdasarkan pengalaman. "Taehyung aku akan memintamu untuk datang bersamaku, kakakmu, Jungkook dan juga Hoseok. Kita pergi bersama ke desa dan menemui kakekmu bagaimana?" Sebuah ide muncul dan dia membuat gagasan itu tepat di kedua pemuda itu.

"Apa?!"

.

Seorang ayah akan melakukan apapun asal putranya bahagia, dia baru saja menyelesaikan masalah seksnya dengan seorang jalang. Sejak setengah jam dia duduk di balkon dan menyeruput kopi hangat buatan babu rumahnya. Dia sengaja menyewa satu agar rumah tidak terlalu kotor apalagi saat putra semata wayangnya berada di apartemen. Kedatangan Wonwoo tidak membuat dia terkejut akan tetapi pria itu sudah menebaknya sejak mobil putih terpakir di depan rumahnya.

"Kau punya informasi penting? Apakah ini berhubungan dengan anakku yang kurang ajar dan mencoba merusak rencana ku?" Pertanyaan itu timbul saat dia ingin sekali mendapatkan jawaban penuh desakan, dia memang jahat dan penjahat tidak akan mungkin mengatakan anaknya kurang ajar selain dirinya. "Kau sangat membenci putramu, apakah ada masalah? Kemungkinan besar kau mengatakan bahwa Seokjin sebuah kegagalan." Dengan atau tanpa ijin dia mengambil salah satu bungkus kopi, kebetulan dia lihat ada cangkir bersih dan wastafel. Dia akan gunakan untuk membuat minuman sebagai sarapan.

Aromanya menyenangkan dan cukup membuang rasa bosannya. Dia tidak akan membuat si tuan besar kecewa karena dia adalah salah satu tentara yang loyal. Tentara bayaran dengan gaji besar, dia sudah mengenal bagaimana situasi rumah baru menjadi tempat kerjanya. "Ada berita bagus dan aku yakin kau akan sangat senang mendengarnya. Sepertinya putramu dan lainnya akan pergi jauh, menemui seseorang yang aku dengar adalah kakek dari keponakanmu tersayang. Apakah kau tidak mau ikuti mereka seperti biasa kau lakukan." Sebelah alisnya terangkat saat melihat seorang wanita jalang tidur lelap diatas tempat tidurnya.

Masuk dalam zona berdosa adalah sesuatu garis keras yang menyenangkan. Sendirian tanpa tahu bahwa disini ada bau narkoba, tapi dia sendiri juga enggan mengumbar perkara itu. "Katakan padaku bahwa yang kau maksud adalah Nana. Dia pasti merencanakan sesuatu bukan? Wanita itu cukup membahayakan kehidupanku Wonwoo." Dia memang suka bermain pelan dan pintar. Bukan berarti dia akan ikut juga menjadi masalah tersangka utama. Dia begitu banyak anak buah yang rela dibayar dan menyembah kakinya.

"Sepertinya begitu, karena kulihat dia wanita berpendidikan. Apakah bisa jika kau halangi saja mereka?" Ada pertanyaan yang keingintahuannya besar, tanpa ada kata menyakiti agar tidak ada kecurigaan. Wonwoo menyandar tubuhnya ke belakang dengan tatapan santai, dia meminum kopinya selagi masih hangat dan enak. "Tidak, ini sulit karena Hoseok juga ikut, dia adalah pengawal yang paling sulit untuk aku kalahkan dan alihkan. Dia ada di kelas A sama seperti Yoongi. Mungkin seimbang dengan keponakanmu, Kim Taehyung. Di dalam dirinya banyak sekali tempaan seperti baja." Mengakui bahwa dia memang akan kalah dengan pengawal itu.

Rasanya tidak senang saat dia potensi kalah, tapi kedua mata itu menatap dingin ke arah dinding disana. Pria itu menatap bagaimana indahnya matahari yang makin lama makin naik, ketika dia merasa bahwa semakin besar peluangnya maka semakin menang juga keberhasilan nya. "Kalau begitu kita biarkan saja mereka dulu, kau bilang ada Seokjin disana bukan? Anak itu tidak akan pernah mengabaikan atau membangkang diriku." Kepercayaan dirinya meningkat saat dia melihat ada begitu besar kebesaran tertuju pada dirinya. Dia akan melakukan segala tindakan dengan pemikiran jauh, saat dia benar merasa menang maka dia akan mendapatkan sumber yang dia maksud sebagai tahta.

"Lupakan atau tidak tuan? Padahal tadi saja Seokjin hendak melakukan sesuatu yang cukup nekat dan membuat semuanya berantakan." Tubuhnya sangat menyenangkan sekarang, dia tidak lagi jenuh. Bosan dengan pekerjaan barunya membuat dia terus berkutat dengan komputer. Dia ingin segera pergi setelah semua selesai. Pria dengan marga Kim itu menoleh ke belakang dengan wajah tidak sukanya, ada bocah yang menggampangkan dirinya dan dia tidak suka perkara hal itu.

"Kau mau taruhan?"

"Tentu karena aku yakin sebuah pondasi yang kokoh juga akan bobrok saat dia kehilangan butiran semen dan pasirnya perlahan. Sama seperti anakmu, semakin dia bobrok akan semakin keras kepala dia. Sama seperti ayahnya yang aku akui juga keras kepala." Wonwoo mengulas senyum senangnya, dia senang ketika mengejek pria itu dengan santai dan mudah. Ada begitu banyak kejutan di dunia ini, bahkan ada banyak kisah dan cerita seorang anak yang durhaka pada ayahnya.

Pria itu meremat cangkir di tangannya setelah sukses membuang dan terbanting di atas lantai. Pecah dan berserakan dimana isinya kini tumpah semua. Begitu tajam dan menakutkan, saat semua sudah ada dia memang akan menampilkan semuanya. "Seokjin adalah anak yang patuh, jangan anggap dia hanya seperti katak pengemis. Apa kau mau aku akan memecat mu, sembarang bicara dan sembarang bertindak." Entah kenapa dia mendadak kesal dan marah, membuat Wonwoo bersiul hingga suaranya tampak meremehkan sesuatu yang pasti.

Marah dan semboyan bahwa anak akan berbakti kepada orang tua berpotensi akan luntur. Saat dia melihat jalang yang terlelap disana bangun dan memanggil suaranya dengan lembut, tanpa tahu apapun pria itu langsung mendekatinya dan memukul seorang wanita yang dia tiduri dengan sangat keras. Wonwoo memejamkan mata dan hanya mendengar suara tamparan itu sangat nyata, dia melihat bahwa pria itu brengsek.

Meski bukan urusannya ada sedikit rasa kasihan tapi dia tidak berhak. Yang dia lihat adalah pria itu naik ke atas tempat tidur dan menampar hingga gadis itu terjungkal dari tempat tidurnya dalam keadaan setengah telanjang. Teriakan dan kesakitan juga pertanyaan membuat dia bingung dengan ungkapan bahwa pria yang menyerangnya adalah pria gila. Membuat dia semakin kalap untuk menyiksa, ada alat yang merupakan mainan seks untuk BDSM membuat kemungkinan besar pertunjukan besar terjadi.

Wonwoo pergi tanpa sepatah kata. Dia begitu saja tanpa ada kata lolos dari bibirnya, saat dia melangkah keluar dari pintu suara teriakan seorang wanita semakin keras terdengar seperti di pukul dengan keras.

Seokjin akan sangat membenci sikap sang ayah seperti ini.

.

.

.

Taehyung diam saja sejak ada di dalam mobil kakaknya, tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya kecuali keluh kesahnya mengenai kebodohan yang tercipta nanti. Kakaknya membawa dia di stasiun dengan beberapa barang juga makanan camilan yang akan dia konsumsi. Rasanya sangat malas hingga dia tidak memakai pakaian busana nyentriknya. Seokjin saja diabaikan apalagi minuman yang baru saja dia bagi.

"Jangan sok baik deh, aku sudah memutuskan tidak akan mau bicara padamu karena keputusan bodoh. Kau sudah buat aku muak dan marah tingkat kuadrat." Dia memakan camilan pedasnya sengaja agar mulut juga cara bicaranya semakin pedas. Seokjin mengambil isi camilan itu dengan tangan kanannya tapi Taehyung memukulnya beberapa kali agar Seokjin urung untuk mengambilnya. "Pelit sekali, padahal yang beli pakai uangku juga." Cemberutnya dengan pandangan masih konsentrasi ke depan, tapi Taehyung melihat ke jendela dengan ungkapan tidak terima.

"Bodoh! Aku tidak mau berbagi!" Mulut itu terus mengunyah dan mengunyah, tak jauh bedanya dengan seekor hamster yang kerasukan.

"Kau ini, katanya tidak mau bicara padaku. Tapi sejak tadi kau ajak aku bicara, aku hanya memberikan tatapan agar kau bisa bicara padaku." Segala yang dia katakan mengandung ambigu. Taehyung hanya tersedak bumbu pedas itu dia menelan ludahnya sendiri tanpa sengaja, bukan karena dia tidak mau menyelesaikan dan mendamaikan semua. Akan tetapi ada banyak hal tak mudah dijabarkan, sulit memang tapi sebagian dari kehidupannya memang sulit. "Sudahlah aku ingin segera sampai, jangan paksa aku bicara dengan keluarga itu aku tidak Sudi. Apalagi aku sama sekali tidak mau berurusan dengan mereka!" Telaknya dengan kuat.

Mobil itu terus saja melaju tanpa ada kata niat bahwa Taehyung akan selalu senang setiap gerakan mesinnya. Seokjin melihat jam pada mobilnya dia sudah menduga bahwa kedatangannya sedikit terlambat, Taehyung sengaja membuat dia sendiri terlambat, beberapa kali juga dia kehabisan suara menghadapi repot nya Kim Taehyung yang kehabisan cara untuk membujuknya agar gagal dalam acara pergi ke tempat. Dia sudah ada agenda untuk pergi ke sana sendiri dan bersama dengan kakak sepupunya. Hari ini adalah hari sangat menyebalkan.

Tak terasa sudah dua puluh menit perjalanan, dan dia dipaksa oleh sang kakak untuk mengambil koper segera. "Taehyung lekas ambil barang mu, kenapa kau sangat lama sekali! Cepat turun atau nanti kereta akan meninggalkan kita." Seokjin bahkan sudah meninggalkannya di belakang mobil akan dipakir oleh penjaga stasiun yang bertugas dan dia kesusahan dengan membawa koper ukuran besarnya. Berbeda dengan kakaknya yang membawa ransel kemah agar lebih mudah.

"Astaga kenapa dia buru-buru sekali padahal aku sedang kerepotan."

Selama ini yang menata barangnya adalah kakaknya jadi wajar dia sedikit berantakan di dalam sana. Jungkook yang kebetulan lewat bersama dia mencoba untuk membantu nya, bukan hanya itu saja dia juga mengulas senyum manisnya seperti mengajak untuk berdamai pada seseorang. "Tae Tae Hyung, aku akan membantumu, koper mu sangat besar." Ucapan lembut itu di buat agar Taehyung luluh, dia tak sengaja dan kakaknya dengan beringas menepis hal itu tanpa ampun.

"Jangan sok peduli, aku sangat tidak ingin bantuan mu. Katakan padaku kalau kau itu hanya cari muka!" Dia mendengus sebal, wajah tidak terima juga tidak nyaman. Membuat Jungkook terdiam dengan tangan menggantung diam. Penolakan tak halus dan menyakitkan, membuat Hoseok langsung merangkul tubuh itu agar Jungkook tidak merasa sedih.

"Jungkook kau tak apa? Apakah kau baik saja, jangan dengan kakak mu karena kau akan dianggap sebagai parasit." Lirikan dengan suara judes, sementara kacamata hitam itu langsung menghiasi wajah tampannya. Taehyung hanya bisa mendengus sebal saat melihat bagaimana pengawal itu begitu sombongnya. "Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri. Jangan lakukan hal bodoh yang bisa membuat kau tampak bodoh!"

Taehyung berharap semoga saja mereka ada masalah dan tidak berkumpul menjadi satu. Bagaimanapun ini salah Seokjin yang sudah memutuskan semua tanpa dia berkata, setuju.

.........

TBC....

Aku harap kalian suka dengan apa yang aku tulis, semoga kalian masih setia dengan tulisan yang aku buat. Menurut kalian apakah di chap ini masih ada kekurangan? Semoga saja yang aku buat bisa menghibur kalian.

Tetap semangat, gomawo and saranghae. ❤️

#ell

13/02/2021

Continue Reading

You'll Also Like

1M 82.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
352K 3.9K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
4.5K 496 11
Sore itu Jungkook menjalani kegiatannya seperti biasa. Namun entah mengapa semuanya berubah setelah dia mengalami kecelakaan. Menggantikan seseorang...
56.4K 9.1K 9
"Tae cuka Bunny...!!!" - Kim Taehyung "cucu..mau cucu.." - Park (Jeon) Jungkook "huweeee....Chimie juga mauu~~" - Jimin "Bocah..!" - Oh (Min) Yoongi ...