[βœ”] Noona, Please Touch Me

By itsmyzhe

178K 4.9K 786

π™’π™–π™§π™£π™žπ™£π™œ : πŸ”ž 360 derajat Eunwoo merubah dirinya menjadi Pria lebih dewasa. Demi mendapatkan Wanita b... More

prolog
BAB 1 - Fist Meet
BAB 2 - 2-4nd Meet
BAB 3 - Eargeness
BAB 4 - Teach Me
BAB 5 -Tedency [17+]
BAB 6 - Shaking [πŸ”ž]
BAB 7- Appetence
BAB 8 - Undecided
BAB 9 - Kind
BAB 10 - Snare
BAB 11 - Distracted
BAB 12 - Cozy [πŸ”ž]
BAB 13 - Both [17+]
BAB 14 - Revealed
BAB 15 - Fear
BAB 16 - Fact
BAB 17 - Eunwoo [πŸ”ž]
BAB 19 - Affray
BAB 20 - Disappear
BAB 21 - You're Mine [END]
Daddy, She's Mine

BAB 18 - Mevrouw

2.7K 113 26
By itsmyzhe

'When you smile, you don't even know how very special you are. I will not let anything take away, what's standing in front of me. I want her to be the only girl that I love for the rest of my life'

Orang yang penuh kebencian tidak tahu bagaimana menangani cinta.
-P.C. Cast.

Cintai aku atau benci aku, keduanya mendukungku. Jika kamu mencintaiku, aku akan selalu berada di hatimu, dan jika kamu membenciku, aku akan selalu ada di pikiranmu.
-Qandeel Baloch.

Noona, Please Touch Me

Wonwoo menghempaskan tubuhnya kearah sandaran kursi yang ia duduki sebelum menyalakan pematik yang berada di tangan kanannya untuk menyalakan rokok yang berada diantara bibirnya. Ia menghembuskan rokok itu di depan wajah Eunwoo yang tak jauh darinya.

"Ingin ikut denganku malam ini?"

Wonwoo berdiri tepat di depan Eunwoo untuk memberikan sebatang rokok. Eunwoo yang saat ini duduk dengan postur malas sambil menatap Wonwoo dengan tatapan penuh tanda tanya. Eunwoo membiarkan tangan Wonwoo yang menarik lagi untuk menyimpan rokok ke tempatnya.

Wonwoo maju selangkah dengan pandangan ke arah depan. "Makan malam bersama di Penthouse ku bersama ... Jiyeon." Kepala Wonwoo menoleh ke samping, keheningan menyelimuti keduanya, tidak ada suara Eunwoo yang membalas ajakan Wonwoo.

"Kau menolak?," tebak Wonwoo dengan nada dingin seakan setiap kata yang baru ia ucapkan dipenuhi tekanan yang mampu membuat Eunwoo pandangannya berubah mendingin ketika menyadari arah pembicaraan ini.

"Alasan kau mengajakku?," ucap Eunwoo perlahan, matanya membalas tatapan menghunus yang Wonwoo ciptakan. Aura dingin tiba-tiba menyelimuti seluruh ruang tersebut, tatapan Eunwoo berangsur lebih menajam.

"Jika Jiyeon menyuruhmu, tidak mungkin kau menolaknya, benar?"

Perlahan ucapan Wonwoo memelan dan tersenyum singkat, begitu ia merasakan suasana hatinya sedikit mereda atas amarah.

"Katakan sejujurnya," desis Eunwoo, kedua tangannya mengepal dan beranjak berdiri saling berhadapan dengan Wonwoo ia berusaha manahan emosi yang menggejolak dalam hatinya.

Sebuah ketukan sepatu membuat mereka berdua menoleh ke arah sumber suara. Menatap Soobin yang baru saja sampai ke markas mereka, Soobin yang berdiri tepat di kedua orang itu, mengembuskan napasnya jengah.

"Kalian ... Bodoh."

Ke empat pasang mata menatap gerak gerik Soobin dengan tatapan penuh waspada. Berusaha melihat tanda-tanda kecurigaan dari kedua mata Soobin. Eunwoo dapat melihat dengan jelas ekspresi garis wajah Soobin menunjukkan emosi. Kedua pemuda ini takutkan adalah, Soobin tidak mengizinkan sang kakak menjalin kasih bersama mereka.

Pikiran Eunwoo langsung berpusat pada Wonwoo, mungkinkah? Wonwoo sudah mengetahui hubungannya bersama Jiyeon. Memikirkan itu sukses membuat seluruh hati Eunwoo terasa seperti terbakar oleh rasa bimbang, jika memang Wonwoo sudah mengetahui, dirinya dapat menyimpulkan Wonwoo juga akan berbagai cara untuk mempertahankan Jiyeon di sisinya.

"sudah selesai perbincangan kalian yang tidak bermanfaat ini?."

Suara berat itu akhirnya menembus masuk ke dalam alam sadar Eunwoo dan Wonwoo. Soobin frustasi dengan keadaan yang benar-benar tidak mendukungnya sama sekali untuk menyelesaikan masalah ini. Dulu, ia mungkin lebih memihak Eunwoo. Namun sekarang ia tidak akan memihak siapapun.

"Aku keluar," ujar Eunwoo perlahan ditatapnya wajah Wonwoo dengan sorot mata yang menantang. "Malam ini aku memenuhi undanganmu, jangan menyesal Jeon Wonwoo."

***

"Kau membolos Soobin!"

"Tinggalkan mereka."

Apa yang baru saja ia dengar? Apa pendengarannya salah? Ah ... pasti, ia salah mendengar perkataan Soobin.

"Kau seperti wanita jahat Noona, tinggalkan mereka. Kurang jelas?"

Jiyeon menatap ekspresi wajah Soobin untuk mencari tanda-tanda lelucon. Namun, sekali lagi ia meneliti ia tidak menemukan tanda-tanda sebuah lelucon. Soobin menatapnya dengan ekspresi serius seakan apa yang baru saja ia katakan adalah yang harus Jiyeon lakukan.

"Aku tidak bisa."

"Kau pikir mereka mainan mu, Noona? Kau pakai mereka secara bergilir? Kau tidak memikirkan perasaan mereka," ucap Soobin dengan nada lebih meninggi.

Jiyeon membawa matanya mengalihkan pandangan dari wajah Soobin dan menatap kesamping, berharap ia bisa mengontrol emosi atas ucapan Soobin yang melukai hatinya. Jiyeon membawa matanya itu kembali ke wajah Soobin,"Jangan mengatur hidupku, aku bahagia bersama mereka, kau tidak tau betapa beratnya hidupku."

Soobin menggeleng, "kau bisa bahagia, jika kau menerima kenyataan dan lebih memilih satu orang yang kau cintai Noona, kau tidak pernah memikirkan anakmu. Tekankan di dalam hidupmu kau memiliki seorang anak kau menyia-nyiakan nya, hidupmu tidak bahagia? Kenapa? Dosa kau terletak pada anakmu, dan kau masih terpaku pada bayangan masa lalu mu, tidak semua Pria bejat seperti ayah kandung Hyena. Siapa ayahnya? Perlu aku bunuh agar kau puas Noona?"

Jiyeon membeku, diam di tempat mendengar ucapan Soobin. Kata-kata di layangkan Soobin membuat seluruh tubuh Jiyeon menegang. Benarkah ketidakbahagiaan hidupnya ini dikarenakan dosanya terhadap Hyena.

Soobin beranjak dari duduknya menuju Jiyeon, ia mengasihani hidup kakaknya, dia berbicara begitu tidak ada niat untuk menyudutkan Jiyeon. Ia hanya ingin menyadarkan Jiyeon dari sebuah kesalahan. Jelas di mata Soobin Jiyeon menganggap Eunwoo dan Wonwoo sebuah pelampiasan Jiyeon, tidak untuk bersungguh-sungguh.

"Maafkan aku, Noona, aku selalu berdoa agar kau bahagia, kau ingin bersamanya? Ayah Hyena? Cinta pertamamu."

Soobin berjongkok menggenggam tangan Jiyeon penuh sayang. Ia tidak ingin membuat Jiyeon semakin sedih saat ini. Jiyeon tersenyum tipis membalas menggenggam tangan Soobin.

"Terimakasih, untuk saat ini sebuah jawaban tidak mungkin lolos dari bibirku."

Soobin tersenyum hangat melihat senyuman yang jarang dari bibir Jiyeon, "Ehmm ... Noona kau ingin aku belikan ice cream, wajahmu sangat mengerikan!"

Jiyeon menyipitkan mata, ia tau saat ini Soobin ingin mencairkan suasana, "Pakai uang saku mu, belikan aku 10 ice cream."

"Baiklah untuk kakakku yang ... serakah ini," tegas Soobin.

Jiyeon tertawa melihat sisi remaja dari adiknya ini. Beruntung ia memiliki adik yang seperti Soobin, walau banyak kekesalan namun ada waktunya Soobin sangat bermanfaat.

***

"Aku di pecat."

Tiga kata yang diucapkan oleh Sehun, Eunwoo sedari tadi memainkan ponsel langsung mengalihkan perhatian pada Sehun yang bersandar pada punggung sofa sambil memejamkan mata.

"Kenapa bisa?"

"Di dunia ini kasta terendah akan terinjak, persis sepertiku. Seharusnya akulah Ayahnya, ayah Hyena."

Kalimat itu ... kalimat penuh menyesakkan di dada Eunwoo. Eunwoo mengerti perasaan Sehun saat ini. Meskipun, Eunwoo belum mengetahui secara jelas permasalahan Sehun, dia memang terkejut mengetahui fakta Sehun memiliki anak yang berarti keponakannya. Takdir memang memiliki cara yang aneh pikir Eunwoo penuh ironi.

Perlahan emosi yang sedari tadi Sehun tahan akhirnya keluar sedikit demi sedikit bersamaan dengan setiap bulir air mata yang mengaliri kedua pipi pucat nya. Tangannya mengusap wajahnya kasar.

Eunwoo mengalihkan pandangan tak ingin membuat Sehun semakin menyedihkan, siapapun boleh mengeluarkan air mata, terlebih setiap orang yang tak mampu membendungnya lagi. Air mata bukanlah sebuah kelemahan. Namun, pertanda kelembutan hati atas sebuah berbagai emosi yang melanda.

"Seharusnya marganya Cha bukan Park. Aku memang salah, merekam hubungan badan kami, yang diiming-imingi aku mendapat uang berjuta-juta Won, setelah aku kirim ke bedebah itu, mereka menyebarluaskan ke seluruh penjuru sekolah."

Sekali ini...

Biarkan ia menjadi egois, akan mengejar kembali apa yang harus ia miliki.

"Kau masih mencintainya? Apa dia juga sebaliknya?"

Siapa yang mengira sosok Sehun yang kuat, ternyata memiliki sebuah rahasia yang kapan saja bisa merapuhkan hati Pria tampan ini. Baru ini Eunwoo melihat sisi rapuh Sehun, ia lebih senang melihat sang kakak memarahinya dibandingkan keadaan seperti ini.

Sehun tersenyum ketir. "Entahlah ... perasaanku masih sama. Namun, untuk pertanyaan kedua sulit untuk berkata iya, aku tidak tau keadaanya sekarang, apakah mempunyai kekasih atau masih tidak ingin menerima lelaki manapun karena aku yang brengsek ini."

"Jangan salahkan dirimu."

"Eunwoo kau mau membantuku?."

***

15.25 a.m

Jiyeon's House

Jiyeon menatap geli Eunwoo yang kini menyandarkan punggungnya di lemari pendingin, Pria itu tersenyum kecil melihat Jiyeon sibuk memasakkan makanan pengisi perutnya.

"Aku merasa kau sudah menjadi Istriku Noona."

Jiyeon yang mendengar langsung terkekeh, ia tak langsung membalas, Jiyeon lebih memilih membersihkan pantri yang berserakan akan peralatan masaknya.

"Aku saja Noona," ucap Eunwoo menawarkan.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri."

Eunwoo menggeser kan tubuh Jiyeon ke samping, Eunwoo langsung mengambil alih untuk membersihkan meja pantri. Jiyeon hanya geleng-geleng kepala sambil mencibir betapa handalnya tangan itu membereskan peralatan yang sangat berantakan.

"Cocok ... cocok jadi babu," ujar Jiyeon menggoda.

Eunwoo mendengus dan mencipratkan air dari keran yang menyala pada Jiyeon dan membuat Jiyeon menjerit kesal.

"Eunwoo! hentikan."

Eunwoo terkekeh membalasnya, menyebalkan. Tangan itu manarik tangannya serta pinggangnya untuk lebih dekat ke posisi Eunwoo. senyuman menawan melayang di bibir Eunwoo.

"Eunwoo ... apa kau merasa tertekan menjalin hubungan denganku?"

Eunwoo tertegun mendengarnya, tak menyangka akan mendapat pertanyaan yang keluar dari mulut wanitanya. Ia menatap Jiyeon yang juga menatapnya dalam, tak lama kemudian Eunwoo menyunggingkan senyuman, menarik Jiyeon ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepala Jiyeon.

"Tidak sama sekali, aku terlalu bahagia Noona, sampai lupa akan batas yang terlarang."

Jiyeon tersenyum kecil mendengarnya, mencoba mempercayai Pria yang tengah mendekapnya hangat. Kali ini saja, Jiyeon ingin sangat egois tak ingin meninggalkan Eunwoo serta Wonwoo, entah untuk kedepannya ia tidak tau. Eunwoo mencintainya, Eunwoo miliknya dan akan memberikan kenyamanan jika berada di dekapan Eunwoo.

"Ada satu rahasia yang belum siap aku katakan."

Eunwoo tercenung dan mengalihkannya dengan senyuman kemudian mengecup pelipis Jiyeon. Eunwoo membiarkan dirinya secara perlahan untuk mengumpulkan kepingan puzzle yang berserakan. Ingin sekali Eunwoo mengatakan, 'katakan sekarang aku selalu di sampingmu apapun yang terjadi'. Namun, sekuat tenaga ia mencegah ucapan itu. Karena ia tidak ingin memaksakan ia tidak mau membuat Jiyeon merasa tertekan atas desakannya.

"Aku menunggumu siap, Noona."

Bagi Jiyeon, dicintai banyak orang bukanlah salah satu impiannya. Ia tidak pernah menginginkan banyaknya cinta dari seorang Pria, karena dulu tak pernah terlintas dibenaknya jika Jiyeon akan mencoba mencintai Pria lain selain Sehun. Katakanlah Jiyeon setia, dan detik ini membuatnya seperti Player, sampai detik ini, Jiyeon belum pernah merasakan hatinya bergetar seperti mencintai Sehun. Memang dia mencintai kedua Woo itu, banyak tapinya, balik lagi hatinya belum pernah menemukan Pria yang menggetarkan hatinya selayaknya Sehun. Tidak akan pernah ada salah satu Pria memperlakukan Jiyeon seperti Sehun. Tidak akan ada senyuman semenawan yang menjadi candu seperti Sehun. Tidak akan ada kelembutan Sehun dalam memperlakukannya bak seorang putri. Jiyeon saat ini tidak bisa membedakan antara cinta dan benci.

"Noona, mau berjanji?"

Jiyeon meremas kemeja Eunwoo saat tatapan itu terlalu dalam memandangnya, kemudian ditambah lagi dengan deru napas Eunwoo menderu. Pertanyaan Eunwoo membuat gendang telinga Jiyeon terasa berdengung, ia menatap nanar sembari memeluk mengeratkan pelukannya.

"Lupakan masa lalu mu."

Jiyeon merasa sesak yang tak pernah bisa terdeskripsikan, saat ini ia membutuhkan pelukan yang bisa menangkannya, saat dimana ia berada dalam keadaan terpuruk, ia ingin mengatakan pada Eunwoo. Bayangan Sehun masih terlalu jelas di benak serta di relung hatinya.

'Jangan terlalu berharap kepadaku'

Tapi lidahnya terasa keluh, saat tangan Eunwoo mengelusnya. Terasa nyaman pelukan Eunwoo terasa sama akan pelukan Sehun saat menenangkannya.

Ia kehilangan masa mudanya

Ia kehilangan kasih sayang orang tuanya

Ia kehilangan cintanya.

Ia kehilangan impiannya.

Ia kehilangan semangat hidupnya.

Semua di karenakan Sehun. Dan yang menemaninya saat ini adalah ketiga Pria yang mampu membuatnya sedikit berwarna. Chanyeol, Wonwoo dan terakhir Eunwoo. dulu sewaktu mendengar dari mulut ibunya, bahwa Sehun meninggalkan Korea, hidupnya redup membawanya pada kehancuran dan terlihat lebih gelap. Jiyeon sudah memilih jalannya, dan kali ini biarkan Jiyeon memilih jalan hidupnya bersama kedua orang yang mampu membuat hidupnya merasakan bahagia.

"Jiyeon ..."

Eunwoo melepaskan pelukan dan menatap manik mata Jiyeon yang biasa ia pandang sangat meneduhkan kali ini terlihat sendu.

"Can i kiss you ... Noona?."

Jiyeon tertawa pelan, tak biasa Eunwoo meminta izin seperti ini, pipinya bersemu merah saat wajah Eunwoo kian mendekat, sebuah tawa kecil dari Jiyeon ketika tangan Eunwoo menggelitik perutnya. Tak ada hal yang membahagiakan selain bisa menikmati perlakuan manis dari Eunwoo.

'Jiyeon seindah apapun gadis di dunia ini kau selalu terindah di mataku'-Sehun.

'Jiyeon ... ketika aku pergi, percayalah aku kembali. Jiyeon ... ketika orang berkata aku tak mencintaimu, mereka berdusta. Jiyeon ... jika ada seorang pria yang membuat mu bahagia selain aku, mereka adalah pengganti ku ... Namun apakah kau akan berpaling kembali kepadaku jika kau menemukanku kembali?'- Sehun.

'Tepat! ... karena kau adalah segalanya, sesempurna Pria lain, hatiku akan berlabuh ke hatimu lagi'-Jiyeon.

'Jika nanti pada akhirnya kau menyerah pada rasa ini, bolehkah aku memohon sesuatu padamu? jangan lupakan aku. Jangan lupakan kenangan kebersamaan kita. Saat kita berjumpa lagi kemudian hari, kuharap tak ada salam perpisahan yang terucapkan. Namun, aku yakin perasaanmu tak pernah terkikis olehmu begitu juga aku ... aku mencintaimu Jiyeon. Aku yakin kita selalu bersama. Jangan ada sebuah janji, aku tak suka. Bukan karena aku ingin akan mengingkarinya, karena sebuah janji adalah ujung pisau dari perkataan Pria, hanya dusta. Karena itu, aku tidak pernah berjanji padamu'-Sehun.

'Kau ingin meninggalkan ku?'

'Tidak, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku ingin mengatakan saja, karena aku takut kedepannya ada sebuah hal mengharuskan kita berpisah, kau tau bukan ... kasta kita berbeda. Maafkan aku, aku telah mengikatmu terlalu jauh dari hubungan ini, karena kelak sesuatu itu membuat kita terikat kembali. Si jenius ini sudah memikirkan dampak kedepannya,'- Sehun.

Memori itu berputar...

Tawa dari Eunwoo mengingatkannya kenangan pembicaraannya bersama Sehun. Mata yang menyipit saat tersenyum, sukses membuat Jiyeon berlabuh menyusuri kenangan bersama Sehun. Seluruh kata-kata Sehun belum dapat di buktikannya, sampai saat ini Sehum belum kembali, dan ... apakah hatinya kembali berpaling ke Pria itu.

'Bahkan saat ini aku sudah berpikir tentang membiarkanmu pergi,memiliki hal lain selain parasnya tidak ada yang berbeda pada semuanya. Cinta atau benci? ... mungkin ini adalah jawabannya,

'Because i miss you'

To be continue...

15|02|2021

Sudah menebak Jiyeon endingnya sama siapa?

Continue Reading

You'll Also Like

162K 12.3K 41
πŸ”ž Sangyeon yang merasa hidupnya hampa walaupun sudah menikah. Iseng mendaftar di sebuah situs "Sugar Daddy" dan mencari sugar baby yang bisa mengisi...
2.3K 229 7
" Setiap orang pasti memiliki kekurangan masing-masing. Tidak ada satu pun tidak ada manusia yang sempurna. Alasannya sederhana, karena menjadi sempu...
369K 38.7K 60
KARAKTER BUKAN MILIK SAYA PEMILIK ASLI KARAKTER ADALAH MASASHI KISHIMOTO SUMBER GAMBAR: PINTEREST Ringkaaan: Tujuan Naruto hanya ingin membawa Sasuk...
307K 30.9K 46
[COMPLETED] [PRIVATED FOR SOME CHAPTERS] "Niel, bisa gak sih, sehari aja lo gak ngendus? Kayak anjing tau gak lo." -Kwon Ji Ahn "Kalo gue kayak anji...