SIR | Doyoung

By ikangdoyi

611K 42.6K 13.1K

โcome here, let me teach youโž ๐™ˆ๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ง๐™š ๐™˜๐™ค๐™ฃ๐™ฉ๐™š๐™ฃ๐™ฉ konten delapan belas coret. More

Bagian 1 - Him
Bagian 2 - Her Touch (+18)
Bagian 3 - brothers
Bagian 4 - Shock
Bagian 5 - Intimidation
Bagian 6 - Talk
Bagian 7 - Bulan dan bintang
Bagian 8 - Komitmen
Bagian 9 - Perundungan
Bagian 10 - Things we don't know
Bagian 11 - Pillow Talk (+18)
Bagian 12 -"Issue"
Bagian 13 - Teror dan Belenggu
Bagian 14 - Belenggu rasa.
Bagian 15 - Jarak
Bagian 16 - A Fact
Bagian 17 - Tentang Rasa dan Asa.
Bagian 18 - Gadis kecil.
Bagian 19 - Painkiller
Bagian 20 - Kelabu.
Bagian 21 - Perkara Bahagia.
Bagian 22 - Kepada semua luka.
Bagian 23 - Keluh Kesah Rindu.
Bagian 24 - Egois.
Bagian 25 - Beautiful Disaster
Bagian 26 - Let's revealed.
Bagian 27 - Our Senses (+18)
Bagian 28 - Decision
Bagian 29 - Cinta dan Rahasia.
Bagian 30 - Invitation
Bagian 31 - Special Day
Bagian 32 - Our (+18)
Bagian 33 - Love and Hate Relationship
Bagian 34 - Funny Stripe
Bagian 35 - Extra-Care
Bagian 36 - Special Chapter[flashback]
Bagian 37 - Heal, learn, grow, love
Bagian 38 - Dorayaki
Bagian 39 - Long time no see
Bagian 40 - Decap Kasih Sayang
Bagian 41 - Sakit hati dan masa lalu.
Bagian 42 - Sweet Liar
Bagian 43 - Afeksi dan Duka
Bagian 44 - Make A Wish
Bagian 45 - Time Description
Bagian 46 - Birth
Bagian 47 - Touch, Lust, and Desire [18+]
Bagian 48 - The Hidden Reason
Bagian 49 - Never stop the End in one start.
[S2] Bagian 50 : After New Year
[S2] Bagian 51 : Dรฉjร  vu
[S2] Bagian 52 : Mimpi
[S2] Bagian 53 : Sweet Nothing.
[S2] Bagian 54 - Day in Night
[S2] Bagian 55 - Presence
[S2] Bagian 56 - Little Gift
[S2] Bagian 57 - Truth or Lies
[S2] Bagian 58 - Birthday Party
[S2] Bagian 59 - Move in Silence
[S2] Bagian 60 - Poison
[S2] Bagian 62 - Athalla
[S2] Bagian 63 - Lintas Waktu
[S2] Bagian 64 - Mysterious Message
[S2] Bagian 65 - Ayah
[S2] Bagian 66 - Jingga's Gone
[S2] Bagian 67 - Beautiful Mistake
[S2] Bagian 68 - Best Condition
[S2] Bagian 69 - Strategy
[S2] Bagian 70 - Break A Leg

[S2] Bagian 61 - Fight

1.7K 232 78
By ikangdoyi








@lululala__ : kenapa sama saya?

@AsriYuliantie : saya nggak bohong. Saya dijebak. Kenapa kamu nggak percaya? Kejora itu istri saya. Cinta dan sayang itu masih jadi kewajiban saya untuk istri saya.

@Lyns_9_9 : mau saya jujur yang seperti apa lagi? Saya nggak bohong.

@CantikaAdella6 : nanti saya akan buktikan kalau saya memang nggak seperti yang kalian duga. Kalian itu terlalu terpengaruh sama author. Jadi nggak percaya saya.

@jefyr_ : apa pernah kita tau niat orang yang kita tolong benar atau ngga?

@Realna_ : saya udah bilang. Kalian itu terlalu emosi sama saya, author nggak seratus persen benar kan?

@Jeselnaya423 : ya Tuhan.. apa yang author tulis tentang saya? Saya nggak seperti itu.


Author kenapa tega banget sama saya? Saya dihakimin kayak gini. Kalian nggak kasihan sama saya? Saya nggak melakukan apapun yang nyakitin istri dan anak anak saya.

Kalau kalian peka, silahkan baca ulang..  dari season 2 dimulai.

Teruntuk Author, kembalikan cerita Sir Doyoung saya yang dulu!!!





















Shara, Doyoung, Kejora, Daffin beserta Jingga menunggu di depan ruang ICU. Yang paling khawatir adalah Jingga. Dia terus terusan menangisi Zidane yang tiba tiba terjatuh sesaat setelah meminum air cola yang terdapat di dalam gelasnya.

Daffin memeluk sambil mengelus punggung sang adik. Mencoba untuk tenang. Tapi apadaya, Jingga nggak menjadi lebih baik. Akhirnya Doyoung menyuruh Jingga dan Daffin pulang ke rumah. Awalnya Jingga menolak saat dipulangkan, tapi Doyoung memaksa, dan dia tidak bisa membantah sang perintah sang Ayah.

Sementara itu, Shara mengepalkan kedua tangannya bak orang sedang berdoa dengan khusyuk. Sambil menitikan air mata.

"Mbak? Kamu tega ya racunin adik kandung saya? Kamu baru tau kenyataan tentang hubungan saya sama suami kamu, dan kamu langsung ngeracunin Zidane, hati kamu kemana? Kenapa Zidane yang diincar? Kenapa nggak racunin saya aja?" Shara mulai membludak. Mengeluarkan segala egonya. Seakan Kejora memang benar penyebab semua kejadian ini.

Doyoung yang kelimpungan justru bingung. Bagaimana bisa di dalam minuman Zidane itu terdapat racun di dalamnya. Ya, sebelumnya Doyoung sudah menghabiskan tiga gelas cola yang dituang dari meja yang sama, tapi dia nggak merasakan apa apa. Yang dia tahu, semua ini bermula dari Shara, kelicikan wanita itu menggelapkan mata dan pikiran semua yang terpengaruh olehnya.

"Saya nggak nuangin apa apa di minuman yang saya kasih!"

"BOHONG!!!!!"

"Kamu mau lenyapin keluarga aku satu satunya, kamu tau .. Zidane itu keluarga yang aku punya. Kenapa kamu tega??"

Dimulai pada saat ini dan seterusnya, Doyoung sudah mulai mengetahui motif Shara berbuat baik padanya selama ini. Dia nggak menyangka Shara sekejam itu pada keluarganya.

"Sejak kapan kamu punya adik Shar?" Tanya Doyoung penuh penghakiman padanya.

"Kamu lupa Mas? Kamu sering transfer uang ke dia setiap bulan. Bisa bisanya ya kamu nggak mengakui dia? Pikiran kamu kemana sih Mas? Jangan mentang mentang ada istri kamu, kamu jadi lembek kayak gini, kamu takut?"

Hatinya mencelos dalam. Kejora bahkan nggak sanggup lagi mendengar penuturan Shara pada Doyoung. Dia merasa dicurangi, baginya, hak anak anaknya telah dicuri dan dia berikan pada orang lain.

"Jadi ini alasannya kamu selalu ngajak Zidane ke rumah ya Mas?"

"Ini alasannya kamu selalu bangga-banggain Zidane di depan aku? gini cara kamu ngambil hak anak anak aku dengan ngasih dia uang tiap bulan? Gini cara kamu ya Mas? Bahkan aku sama sekali nggak pernah ada niat buat benci anak itu karena Zidane memang anak baik." Kejora menoleh pada Shara.

"Jangan bikin aku menyesali semua kebaikan yang kamu perbuat Mas,"

"Aku tahu Zidane memang yatim piatu, tapi DIA MASIH PUNYA SEORANG KAKAK!!!!!" Sentak Kejora, bak berapi - api. Dia masih kokoh berdiri, bertahan, di depan semua rasa sakit yang nyata, tentang Doyoung dan semua pengkhianatannya.

"Berhenti!!!!"

Doyoung melalui istrinya tanpa permisi dan menarik lengan Shara dengan kuat, mencekal penuh kebencian. Dia pergi dari hadapan Kejora untuk menyelesaikan semua bentuk kekacauan akibat semua kebohongan yang Shara lakukan pada keluarganya.

Sementara itu, lutut Kejora melemas saat Doyoung meninggalkannya seorang diri, sementara dia membawa Shara pergi. Mungkin seperti itu gambarannya suatu saat nanti, dia akan pergi bersama wanita itu dan meninggalkan kedua anaknya.

Sakit hati itu kembali tertoreh setelah lamanya dia simpan memori menyakitkan tentang Hany dan segala ceritanya. Bentuk pengkhianatan itu dimulai dari sang sahabat yang iri akan kehidupannya. Tapi bagaimana saat ini? Rasa suka itu tidak akan muncul jika tidak ada interaksi di antara mereka berdua. Dan Kejora mulai menyadari pertemuan itu. Pertemuan yang sering berlangsung pada Doyoung dan Shara.

Konsultasi adalah alibi Shara untuk tetap berada di dekat Doyoung. Dan dia memang memalsukan semua keadaan itu. Membuat Doyoung semakin percaya kalau Shara memang bisa memperbaiki kondisi kejiwaan anaknya. Tapi tidak lebih dari itu. Akal - akalan Shara untuk menipu Doyoung rupanya memang berjalan dengan mulus.














Seorang lelaki berjalan cepat menuju ruangan ICU dengan debaran hati yang kuat. Dia bergetar, berlari ke seluruh penjuru ruangan dengan jaket jeans yang dikenakan asal, beserta rambutnya berantakan bagai tak terurus. Kejora menggapai penglihatannya saat ini. Buram, kabur isi kepalanya masih sedang berkabut. Tapi dia yakin wajah itu identik dengan ingatannya. Jefry.

Rumah sakit.

Tempat mereka pertama kali bertemu. Saling menyapa tanpa kata, bersua tanpa bicara. Sosok yang sangat mengenalinya dengan baik namun sayang, berakhir dengan tragis.

Jefry menghampiri Kejora dengan peluh yang memenuhi dahinya. Tangannya dingin saat dia memegang pergelangan tangan Kejora dan memohon, memberitau bagaimana kondisi fisik sang anak.

Di ingatannya, Kejora terasa asing untuknya.

Sementara itu Jefry menerobos masuk ke dalam ruangan. Beberapa suster penjaga berdiri di samping kanan dan kiri Zidane. Jefry memegangi dahi sang anak yang bahkan saat itu suster maupun Dokter belum melakukan penanganan apapun untuknya.

"Anak saya sakit apa? Kenapa nggak diberikan perawatan selayaknya? Saya punya uang, saya bisa bayar semua perawatannya asal anak saya bisa sembuh!!!!" Geram Jefry pada seluruh tenaga medis yang sedang berdiri kaku di sebelah sana. Sementara Kejora yang ikut masuk justru merasakan sebuah keanehan pada Zidane.

"Zidane, ayok bangun .. sekarang sudah aman, Shara nggak disini."

Betul saja tebakan Kejora. Zidane segera membuka mata dan memposisikan tubuhnya duduk di atas ranjang rumah sakit. Jefry melihat itu nggak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia langsung buru buru memeluk Zidane. Zidane dengan sadar langsung membalas rengkuhan sang Ayah dan berkata dirinya baik baik saja.

"Kenapa Zidane berbohong kalau Zidane pingsan?

Zidane menunduk, menarik napasnya dalam dan menatap lamat lamat netra Kejora.

"Zidane dengar semua yang diucapkan sama Kak Shara, Zidane tahan semua tenaga medis disini agar nggak keluar, karena Zidane tau, Kak Shara mau mencelakai Tante." Lirih Zidane. Kejora yang nggak percaya dengan semua kenyataan ini menjadi bingung.

"Maksud kamu apa?" Tanya Jefry, yang sama sekali buram tentang cerita Shara dengan keluarga Doyoung yang sangat rumit.

"Zidane pura - pura pingsan, karena ada satu minuman yang bakal Kak Shara racunin ke Tante, minuman itu bakal bikin Tante nggak bisa bangun lagi untuk selama lamanya."

Kejora menutup mulutnya segera. Dia berhasil tertipu atas semua ucapan Shara terhadapnya. Yang pada kenyataanya yang mau meracuni itu adalah Shara sendiri.

"Shara yang ngelakuin itu? Setelah dia tinggalin kamu, dia usir kamu, dia ambil semua harta benda Ayah kamu dan Shara mau mencelakai keluarga Jingga?" Ujar Jefry tak percaya. Sementara itu Zidane hanya bisa mengangguk sebagai balasan atas pertanyaan yang Jefry ajukan.

"Tante, Om Doyoung nggak seperti itu."

Kejora mulai memperhatikan garis wajah Zidane penuh kepastian. Dia yakin, Zidane bisa menolongnya mengatasi kekacauan yang Shara rencanakan terhadap keluarganya.

"Om Doyoung nggak pernah kirim uang seperti yang Kak Shara bilang. Om Doyoung nggak pernah ajak Zidane untuk ke rumahnya, Zidane datang ke rumah Tante buat ketemu Jingga. Karena Zidane suka sama Jingga, Tante."

Penuturan Zidane memekakan isi kepalanya.

"Kalau Shara mau memulai kekacauan, aku akan wellcome dengan caraku. Tapi buat rebut suamiku, dia nggak punya izin atas itu."

****

"MIMA!!" Teriak Jingga dari lantai atas kemudian menuruni anak tangganya dengan cepat. Dia ingin tau kabar Zidane bagaimana. Sementara itu Jefry membawa Zidane bersamanya. Tidak ada satu pihak pun yang boleh tau kalau Zidane hanya pura - pura pingsan  dan tidak jadi teracuni, apalagi Shara.

"Zidane masih belum baik, kita doakan ya semoga Zidane cepat siuman." Ucap Kejora, meyakinkan Jingga walaupun rasanya kemelut dada Jingga belum berhenti. Dia masih mengkhawatirkan Zidane terlalu banyak.

"Ayah kalian belum pulang?" Tanya Kejora yang hanya diberikan gelengan ringan sebagai pertanda kalau Doyoung memang belum sampai di rumah.

Dia hanya berharap suaminya baik baik saja, dibalik sifat jahat serta licik Shara, dia harus masih mempertahankan posisinya sebagai ibu dari kedua anak anaknya dan seorang istri untuk Doyoung. Walaupun keadaanya tidak baik seperti kemarin.

Kejora merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menumpahkan segala rasa lelah, amarah, dan emosi yang membumbungi dirinya sedari tadi. Dia memeluk gulingnya dengan nyaman dan berharap bahwa Doyoung bisa cepat pulang. Dia masih marah dengan kejadian tadi, tapi tidak seburuk perkiraanya. Mungkin saat itu Hany adalah masa masa tersulit untuknya karena dia harus melewatinya seorang diri, berbeda dengan kondisi saat ini, Kejora memiliki dua orang anak yang harus dia besarkan dan dia rawat. Dia nggak boleh keras kepala dengan semua kekalutan yang dia rasakan.

Daun pintu terbuka. Menandakan bahwa Doyoung sudah pulang dan Kejora langsung menutup matanya agar dia terlihat tertidur.

Deru nafas Doyoung begitu dekat dengannya, sedekat nadi yang masih bisa dia rasakan. Doyoung mengecup bibir Kejora kilas, dan ketika usai, dia terbangun perlahan. Membuka mata. Wajah Doyoung dia tatap lamat lamat dengan penuh beban, rasa sakit, dan rasa cemburu yang amat besar. Doyoung terdorong ke belakang dari posisinya membungkuk ke arah Kejora dan kini mereka saling menyetarakan posisi duduk.

"Luka kamu."

Doyoung hilang fokus, bahkan dia nggak bisa mendengar apa yang Kejora ucapkan.

Kejora bangun dan mengambil kotak obat yang ada di dalam kamarnya. Sebelumnya, dia membuka kemeja Doyoung yang masih memeneli di tubuhnya dan membiarkannya bertelanjang dada. Ada luka yang dia dapatkan di bahu sebelah kiri. Membiru dan terasa nyeri. Kejora mengambilkan air hangat untuk membasuh lukanya, berharap luka itu bisa membaik setelah dikompres.

"Aku nggak tahu, apa yang udah kamu lakukan ketika kamu pergi, menginjakan kaki keluar rumah dan pamit sama istri dan anak - anak kamu, kamu pamit sama aku, kamu kecup kening aku, kamu peluk aku erat, dan kamu selalu bilang, bahwa kamu akan pulang cepat. Kamu nggak akan pergi kemanapun selain ke tempat kerja dan selalu pulang lagi ke rumah."

"Dan aku selalu nunggu sore hari, saat - saat dimana suami aku pulang dengan semua rasa lelah yang dia tanggung. Berharap aku bisa hibur suami aku dan kasih dia cinta yang cukup, agar suami aku nggak pernah ngerasa kesepian, walaupun kamu tau kondisi aku lagi seperti ini, Mas."

Kejora membasuh luka Doyoung yang membiru. Dia sedikit mengerang kesakitan dan menghindari tangan Kejora yang berusaha mengobatinya.

"Sakit Mima."lirihnya.

Kejora membasuh lagi, lebih pelan dari sebelumnya agar suaminya nggak merasa kesakitan.

"Aku nggak tau kamu udah bawa tubuh ini kemana aja, kamu udah pakai ini untuk siapa aja dan aku juga nggak tau .. apakah wanita lain udah ada yang ngerasain hangatnya kamu, kayak aku, yang selalu kamu dekap... Dan apa wanita lain itu udah ngerasain kalau kamu punya cinta yang gak bisa orang lain milikin. Karena itu cuma buat aku Mas, iya kan?" Tutur Kejora. Rasa sakit masih menggerayangi didalamnya.

Genangan air mata yang tertahan cukup banyak di pelupuk matanya airnya jatuh bersamaan dengan milik suaminya.

"Katanya nggak ada rumah tangga yang sempurna ya Mas.. aku percaya kok, hal itu memang ada."

Kejora memeluk lekat leher suaminya. "Tapi mau tau satu hal Mas? Sama apa yang jadi kepercayaan aku?"

Kejora membasuh air matanya yang sudah basah mengenai pundak suaminya.

"Aku lebih memilih untuk percaya sama pasanganku seumur hidup daripada perkataan orang lain tentang sulitnya membangun rumah tangga."

"Karena aku udah pernah merasakan hal - hal seperti ini sebelumnya. Hany itu bagai sebuah pelajaran, pengalaman buat aku, biar aku nggak bisa lepas semuanya saat aku berperang ngelawan semua egoku yang tinggi, Mas."

"Ra .." lirih Doyoung pelan. Masih banyak hal hal yang dia ingin ungkapkan. Tapi dia membiarkan Kejora menumpahkan segala rupa isi hati dan perasaanya yang tertekan.

"Aku nggak minta banyak dari kamu Mas.."

"Entah ada orang lain atau enggak,"

"Jangan pernah berpisah dari aku ya Mas.."

"Aku cuma sebentar bisa ngerasain kasih sayang dari kedua orang tua ku yang lengkap, jangan turunin semua hal itu ke anak anak kita, jangan biarin Jingga dan Daffin ikut menanggung semuanya. Aku nggak mau anak anak aku seperti aku ... aku nggak mau mereka merasa kekurangan kasih sayang sedikit pun dari orang tuanya. Aku nggak mau mereka tumbuh besar dari didikan orang tua yang salah, mereka berhak bahagia juga Mas.. menjadi anak broken home itu menyakitkan, kamu nggak pernah tau rasanya.. tapi aku tau, seberapa bencinya aku dengan diriku sendiri dan aku membenci .. kenapa aku bisa dilahirkan dari kedua orang tua yang pada akhirnya akan berpisah juga. Aku membenci kedua orang tuaku, aku membenci semua keadaan disekitarku. Dan sampai akhirnya aku ngerasa lebih baik.. karena kamu mengenalkan cinta ke aku, dan ke anak anak kita."

"Dari keseluruhan cerita rumah tangga yang berpisah, yang paling menyakitkan adalah ketika anak anak mereka menanggung dosa dosa besar yang orang tuanya lakukan, Mas."

Sesenggukan, Kejora masih sulit menarik napasnya dan mengembuskannya secara perlahan.

"Kamu cukup bilang sama aku apa yang kurang dari aku, dan aku bakal perbaiki itu. Karena aku nggak tau lagi mesti apa, kalau kamu pergi sama orang lain."

Kejora berdiri mengambil lipatan perban yang lain dan menggulungnya di tangan Doyoung yang masih basah karena lukanya.

"Atau kalau kamu memang udah bisa mencintai orang lain, sebesar rasa cinta aku ke kamu, kamu boleh memilih dia, tapi kamu nggak boleh lepas ikatan pernikahan kita... Aku mau lihat Daffin sama Jingga bahagia di hari pernikahan mereka kelak, dengan status orang tuanya yang masih lengkap."

Kehabisan kata kata. Doyoung hanya bisa membalas rekatan itu dan mengecup ujung kepala istrinya. Mengusapnya lembut sambil berkata.

"Sampai nanti, sampai Tuhan ambil alih nyawaku, sampai aku dibuat lelah sama ujian yang dia beri buat aku, aku pasrah .. satu langkah besar aku setelah menjauh dari kamu, itu adalah langkah terjauh aku dari semesta."

****

Kejora pergi ke rumah Zidane untuk memastikan keadaan anak itu. Pagi ini dia sudah izin pada suaminya ingin menenangkan pikiran, entah itu ke tempat Haechan, ke tempat sang Mama atau ke tempat Renjun. Dia tidak menyebutkan rumah Zidane pada suaminya, karena hadirnya Jefry belum boleh diketahui oleh Doyoung. Mereka masih merencanakan sesuatu agar rumah tangga Doyoung dan Kejora kembali utuh.

"Zidane, mulai dari kapan kamu tahu kalau itu adalah foto Ayahnya Jingga?"

Mereka bertiga duduk di ruang tamu yang sofanya berbentuk melingkar sehingga semua orang bisa saling berinteraksi dengan mudah satu sama lain.

"Zidane pergi sama Jingga ke sebuah Mall, Zidane nggak sadar kalau itu Ayahnya Jingga. Tapi perempuan yang ada disana itu kakak aku, Kak Shara. Makanya aku ambil foto itu lalu kirim ke Daffin buat mastiin. Karena aku yakin, itu bukan Ayahnya Jingga. Itu hanya mirip aja Tante."

"Setelah Zidane ketemu langsung sama Ayahnya Jingga, mereka adalah orang yang berbeda."

Jefry yang kebingungan disitu mulai bertanya tanya perihal foto yang mereka perdebatkan sampai saat ini.

"Biar Ayah lihat fotonya?"

Zidane mengambil handphonenya di dalam kamar kemudian menunjukan sesuatu dari isi handphonenya pada Jefry.

"Ini Shara .."

Jefry mengernyitkan keningnya pelan. Memperbesar layar itu berkali kali.

"Boleh aku liat foto suami kamu?" Tanya Jefry pada Kejora. Kini Kejora bisa memastikan, bahwa Jefry tidak mengingat apapun tentang masa lalunya, sekalipun itu adalah sang kakak kandungnya sendiri.

"Ini bukan suami kamu Kejora."

Kejora membulatkan matanya sempurna. Otot-otot lehernya menjadi tegang. Napasnya agak tersendat mendengar semua perkataan Jefry. Dia mencoba percaya dalam semua hal yang masih bisa diterima nalarnya. Berulang kali dia membedakan foto suaminya dan foto orang lain yang satu frame dengan Shara. Sementara itu, Zidane sendiri yang melihat langsung lelaki itu meyakini, kalau lelaki itu bukan Ayahnya Jingga, melainkan orang lain.

"Kejora .. ini bukan Doyoung, tapi ini Athalla."

























































Terima kasih teman teman atas masukan dan saran dari kalian ya, aku pantau terus kok, sekiranya ada yang kurang pasti aku perbaiki. Tapi mohon maaf kalo ceritanya nggak seperti apa yang kalian harapkan. Aku baru menulis wattpad setahun yang lalu, jadi aku masih harus belajar lagi huhu.

Terima kasih buat supportnya selama ini. Yang tanya endingnya kapan, monggo dipantau terus update-nya. Jujur sampe sekarang masih gak nyangka udah 300 ribu pembaca. See you temen temen orenku. Kita ketemu lagi secepatnya ya!

Jangan lupa cek work ku yang lain. Nih disediain :)





Maaf, bukan wattpad premium jadi banyak iklannya😭

Continue Reading

You'll Also Like

40.2K 3.4K 26
Di tengah kekalutan pikiran dan hati, Joshua tanpa sengaja bertemu dan 'membeli' seorang perempuan yang tak disangka membawa perubahan besar dalam hi...
6.1K 1.4K 27
[FOLLOW SEBELUM BACA] . "๐ฌ๐ž๐ญ๐ข๐š๐ฉ ๐š๐๐š ๐ฉ๐ž๐ซ๐ญ๐ž๐ฆ๐ฎ๐š๐ง, ๐ฉ๐š๐ฌ๐ญ๐ข ๐š๐๐š ๐ฉ๐ž๐ซ๐ฉ๐ข๐ฌ๐š๐ก๐š๐ง"-Raja. Mereka yang tadinya bermusuhan, kini t...
2.3M 41.2K 7
[Alternate universe] Nikah sama ketua tim basket sekolah yang famous itu, hmmm ada manis manis paitnya gitu:( ยฉjungsereal cover by @aquilaeee Sudah...
4K 244 14
Memiliki suami yang sempurna luar dalam merupakan ketakutan terbesar-ku. Tidak pernah ada niat untuk menikah karena trauma besar yang kumiliki tetap...