Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

the heirs (27)

717 70 8
By elmi_wirastiti30

"Ingin kembali normal tapi tidak mungkin. Untuk apa aku kembali pulang jika masa lalu saja membuatku seperti terjebak dalam neraka."

(Author ***** POV)

Seiring waktu ketika tubuh sudah dewasa mengikuti mental manusia yang juga sama dewasanya dengan umur. Membuat manusia semakin lupa akan masa kecil yang dulu akan membuat semua kata malu muncul dalam permukaan. Bukan karena fatamorgana, melainkan masa lalu indah pernah terbentuk karena ketidaksengajaan yang lucu.

Andai saja kejadian buruk tidak terjadi pasti hal seperti ini tidak akan terjadi, hanya karena satu orang meninggal sebuah tali persaudaraan lepas. Jungkook menahan gerakan Taehyung yang mencoba masuk ke dalam mobil, dia malas untuk menemui sang adik. Sementara Yoongi dan Hoseok mencoba tenang meski mereka masih awas dengan pemuda yang ada di sana. Bukan ke arah Seokjin, melainkan Taehyung yang tak bisa di sepelekan.

"Untuk apa kau menahan ku, apa kau mau mati." Mengatakannya dengan nada menakutkan, meski Jungkook biasa tetap saja sedikit merinding. Semakin keras Taehyung mencoba melepaskan pegangan tangan itu semakin kuat Jungkook mempertahankan sang kakak untuk tidak pergi. "Dengarkan aku, aku bisa melepaskan mu asal kau mendengarkan ku." Memelas dan memohon dia sama sekali tidak menggunakan senjata untuk memaksa atau mengancam seseorang menuruti keinginannya.

"Tapi aku bisa melepaskan tanganmu dengan pistol ku. Apa kau mau aku tembak bodoh!" Nada membentak, dia bahkan mengeluarkan senjata nya walaupun dia tahu ada dua pengawal yang sudah mengacungkan senjata di kepalanya. Hoseok melakukan apa yang harus dia lakukan dan Yoongi membidik Seokjin kala namja tampan itu membidik Hoseok juga. Hasilnya mereka sudah saling membidik target satu sama lain. Jungkook melihat akan ada pertumpahan darah dan dia tidak mau hal membunuh manusia satu sama lain terjadi.

Sampai tak sengaja dia melihat seorang anak kecil dengan wanita terdiam terbengong. "Aku mohon jangan seperti ini, aku hanya ingin bicara secara empat mata saja Tae Tae hyung." Panggilan kecil itu dia sematkan agar pemuda tampan itu ingat bagaimana dekatnya mereka dan akhirnya kedua orang itu sebagai kakak dan adik.

"Aku tidak mau mendengarkan apapun yang kau katakan Jungkook, aku tidak akan percaya dengan yang kau katakan padaku." Seolah tahu akan kemana pembahasan ini membuat Taehyung sudah mengeluarkan ultimatumnya. Dia sendiri memberikan dengusan sebal pada namja payah disana. Hoseok menatap keji ke arah musuhnya, andai saja dia boleh membunuhnya sudah dia lakukan satu menit yang lalu. "Aku tahu kau tidak akan percaya tapi setidaknya dengarkan aku." Jungkook menaati segala perintah dari ayahnya, tapi kali ini tidak.

Dia punya sesuatu yang akan membuat Taehyung berubah pikiran kemungkinan besar. Secara tak sengaja dia menemukannya dan saat dia pernah bertanya dengan sang ibu, siapa dia semua di jelaskan secara gamblang. Jungkook merogoh sesuatu dari kantungnya, beruntung sekali dia membawanya selalu kemanapun. Hanya karena mobil bersenggolan keduanya bertemu dengan mudah meski dalam ketegangan pistol saling membidik.

"Jangan membuang waktuku Jungkook!" Ancamnya dengan hardikan keras, sementara Hoseok masih tertahan untuk tidak meloloskan timah panas di kening itu. Seokjin dan Yoongi kini saling membidik satu sama lain. "Aku tidak bisa mengatakan secara rinci karena aku hanya tahu sebagian kisah dari ibuku. Ibu bilang ibumu adalah teman ibuku, dan mereka juga satu sekolah yang sama. Saat mereka berdua secara tidak sengaja dan tidak tahu satu sama lain bahwa mereka mencintai orang yang sama, sempat membuat ibuku dan ibu Hera saling bermusuhan." Jungkook menjelaskan dengan perlahan, dia tidak ingin sang kakak salah tangkap sampai akhirnya suasana menjadi keruh.

"Apa hubungannya denganku." Taehyung seolah tidak mau ingin tahu, tapi hati kecilnya bergemuruh saat mendengar bahwa ibunya di sebut oleh Jungkook. "Yang ingin aku katakan adalah, sebenarnya kau masih punya kakek. Orang tua dari ibu Hera. Sementara ayah meminta ibumu ke rumahnya saat itu karena hubungan tak di restui oleh kakek mu." Entah kenapa Jungkook merasa semakin lama dia bercerita semakin tercekat saja kerongkongannya. Sampai akhirnya dia menatap sang kakak dengan senyum manis menampilkan gigi kelincinya.

Taehyung masih terdiam dengan tangan yang tanpa sadar turun secara sendiri. Membuat Hoseok disana terheran seolah tak percaya. Rasanya sangat aneh saja ketika dia melihat bagaimana seorang Kim Taehyung mau mendengarkan seseorang tanpa dipaksa.

"Ibuku bilang sebenarnya pernikahan ibumu termasuk dalam hitungan siri. Belum di resmikan karena saat itu orang tua dari ayah tidak merestui hubungan ibu Hera juga ayah. Karena itu ibuku... Ibuku menikah dengan ayah secara sah karena saat itu posisinya saling di jodohkan. Ibuku juga bilang bahwa ayah terpaksa melakukannya karena sebuah hubungan bisnis kala itu." Jungkook seharusnya tidak mengatakan hal itu karena statusnya sebagai seorang anak. Tapi demi meluruskan segalanya dia ingin tahu bahwa Taehyung masih punya harapan untuk pulang. Dia bisa membujuk ayahnya agar sang kakak kembali pulang, bahkan namja muda itu berani menjamin.

Hoseok melihat bagaimana ketakutannya Jungkook dalam bicara rahasia sebesar itu. Bagaimanapun, sebuah rahasia keluarga adalah ungkapan terbesar yang dikatakan harus dengan nyali. "Lalu apa hubungannya denganku, apa kau mau bilang kalau kau anak sah ayah. Ah... Kau kan pewaris. Memangnya apa hubunganku dengan semua ini?!" Rasanya sangat kesal saat mendengar cerita tadi. Tapi dia tidak memungkiri bahwa ayahnya memang seperti seorang bajingan.

"Kau salah hyung, aku tidak melakukan apa yang ada di pikiranmu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa kau masih punya kakek dan dia masih hidup, kalau kau mau datanglah dan ini alamatnya." Jungkook memberikan satu lembar foto itu, dimana dia memberikan kepada seorang anak yang memungkinkan akan mendapatkan cahaya.

Sebuah foto lama dengan seorang wanita memakai seragam SMA. Dimana wajah keduanya tersenyum dan di tengah mereka seorang kakek yang mengulas senyum juga dengan gigi ompong nya. Dia membalikkan foto itu dan melihat alamat yang di tulis tangan latin. "Ibuku sudah menulis alamatnya sejak foto itu di buat, karena sekolah mereka cukup jauh dari desa. Makanya ibuku dan ibumu memutusakan untuk berada di asrama bersama. Sekolah orang tua kita juga sama, dan saat itulah kata ibu kalau ibu Hera dan ayah saling jatuh cinta." Jungkook senang dia bisa mengatakan kisah yang manis. Dimana dia merasa bahwa seorang anak harus tahu bagaimana pertemuan nya dengan seorang yang mencintainya.

Taehyung terdiam tapi kedua telinganya masih siap menampung kisah selanjutnya. "Kau tidak bergurau bukan, mana mungkin kakekku hidup. Dia saja tidak punya gigi, kau pikir aku akan percaya!" Dia kembali membentak dan kali ini membuat Jungkook menggeleng tersenyum. "Kalau kau ragu kau bisa tidak datang tapi aku yakin kau akan memastikan kebenaran itu sendiri. Aku selalu tahu bagaimana dirimu Taehyung hyung."

Taehyung membuang ludahnya dia merasa bahwa manusia di depannya terlalu percaya diri. Dia terlalu agung dengan sebuah kebaikan. "Aku tidak butuh! Lebih baik kau enyah. Aisshhh... Aku ingin membunuhmu tapi dua orang disana sudah membuat mood-ku hancur." Dia meminta agar Seokjin menghidupkan mesin dengan begitu secara keseluruhan aksi saling bidik satu sama lain tidak terjadi.

Jungkook masih disana menatap sang kakak dengan wajah yang biasa. Sementara Hoseok berpindah ke posisi samping namja muda itu, berjaga jika Taehyung melakukan suatu hal berbahaya. Saat kepala itu menoleh ke arah adiknya yang terjadi adalah dia mendapatkan senyuman dari adiknya. Jungkook seakan tidak mau lupa dengan hal seperti ini, baginya bertemu dengan kakaknya tanpa sebuah pertarungan adalah hal terbaik yang selama ini belum tentu dia dapatkan.

"Jika kau percaya bahwa aku bukan pembunuh ibu aku yakin kau akan datang tanpa senjata. Taehyung hyung, aku percaya kalau kau akan berubah. Kapanpun itu aku akan menunggu dirimu datang dan mengatakan bahwa kakak pulang."

Seperti seorang anak kecil yang menumbuhkan sebuah harapan. Saat semua terasa membahagiakan, tapi justru dibalas senyuman muak dari Taehyung. Dia merasa bahwa Jungkook sudah gila karena terlalu banyak memakan warisan ayahnya. Tapi dia salah jika berfikir demikian.

"Taehyung lebih baik kita pergi ke tempat pelatihan mu, kau akan terlambat lima menit kesana." Seokjin berbicara dengan sedikit gugup, masalah keluarga. Seperti tidak cocok baginya yang notabene hanya sebagai pendengar. "Kita pulang saja Jin hyung, aku menjadi malas. Kalau bisa kau membuatkan masakan kesukaanku, aku ingin pulang ke apartemen. Bukan di rumah." Taehyung mencoba menghilangkan pikiran gila dan penat itu. Dia menyandarkan kepala ke jendela dan menatap dengan wajah memelas.

"Baiklah, aku tidak memaksa. Tapi bagaimana dengan adikmu." Saat dia menoleh yang ada keponakannya sudah menutupi wajah dengan menggunakan tisu. Dia memejamkan mata seolah tidur. Pada akhirnya dia menjalankan mobil dengan Yoongi yang langsung pindah ke samping dengan wajah sinis. Dia tidak ingin melakukan aksi menembak, ketika melihat si tuan muda terdiam disana.

Dirinya seolah mampu membaca apa yang ada di pikiran Jungkook.

"Hobi hyung, apakah yang aku lakukan ini benar. Apakah termasuk pantas saat aku mengatakan masalah orang tua pada dirinya." Dia menoleh dan melihat pengawal itu dengan harapan jika Hoseok punya jawaban. Tangan kanannya sudah memasukkan benda berbahaya itu kesana. "Tidak, kau cukup benar. Kau tahu bagaimana sifat Taehyung. Dia akan mencari tahu mana yang salah dan mana yang benar ketika mendapatkan bukti baru."

Nampak melegakan setelah dia mendengar ungkapan itu. Tapi dia sedikit risau jika ayahnya tahu apa yang dia lakukan ini. Kemungkinan dia marah, tapi untuk apa? Jika pada akhirnya kebenaran itu akan membuat yang benar kembali pada jalurnya. "Aku merasa bahwa seharusnya hak warisan yang aku dapatkan Taehyung hyung juga mendapatkannya. Ini tidak adil karena ayah sudah punya dua anak, lagi pula ibu Hera sudah lama di resmikan walau bukan ke publik." Jungkook akhirnya mengerti kenapa ayahnya terkadang nampak tidak akur dengan ibunya.

Bahkan ibunya sendiri merasa menjadi wanita perebut karena ya, buah tak jauh dari pohonnya. Sifat sang anak tak jauh dari ibunya. "Aku tahu itulah kenapa kau terlalu baik. Aku rasa memang kau yang seharusnya memegang semua kedudukan ayahmu." Saran yang tepat menurutnya karena selama ini banyak yang mengincar hanya karena mereka serakah.

Yoongi baru mendapatkan pesan bahwa tuan besar ingin pergi menemui kolega. Dia meminta agar Yoongi segera datang untuk mengawal dirinya. Memang benar jika si ketua selalu bersama yang utama. "Hoseok sebaiknya kita cepat kembali. Tuan besar memintaku untuk segera pulang. Kau tahu bukan kalau dia akan sangat marah jika kita tidak disiplin." Yoongi langsung masuk ke dalam mobil.

Hoseok langsung mengangguk dengan dirinya menyusul bersama dengan Jungkook. "Ayo kita pulang, nanti kau bisa sakit." Dengan anggukan tenang itu dia menurutinya dia tidak akan keras kepala, karena demi apapun yang dilakukan untuknya adalah hal terbaik.

"Yoongi Hyung, aku mohon padamu untuk membawa mobil dengan tenang. Jika tidak aku akan muntah, aku akan tunjukan jalan alternatif agar sampai rumah." Jungkook meminta dengan mata penuh harap, dia sendiri tidak mau jika perutnya mengalami kesusahan. Hoseok setuju dan mengangguk kepala, dia sendiri juga tidak terlalu nyaman dengan aksi menyetir Yoongi yang brutal. 

Sampai akhirnya dan pertama kalinya ketua dari tim keras kepala ini mau mengalah.

.

Wanita itu datang dengan seseorang di belakang, mereka hidup berumah tangga tapi kenyataannya hidup asmara mereka tidak mulus seperti yang dikira. Keduanya bersama dalam ruangan satu atap, mereka menikmati teh hangat yang sudah di seduh. Bau teh hijau membuat suasana menjadi tenang seperti biasa.

"Suamiku, apakah Jungkook baik saja. Sudah lama aku tidak melihatnya." Wanita itu menyesap minuman dengan nikmat, bukan hanya itu saja dia merasa kedua hidungnya tidak tersumbat apapun lagi. "Dia baik selama aku menjaganya, memangnya kau yang selalu pergi dan tidak pulang." Dia berkata seperti itu dengan sedikit menyindir. Wanita itu hanya tersenyum masam dan meneguk minuman itu dengan nikmat. Dia merasa bahwa seorang suami punya tugas penting selain menyindir istrinya.

Wanita itu mengerjakan tugas sebagai seorang istri dengan baik, tapi dia sama sekali tidak mau membahas perihal soal masalah.

"Kalau begitu katakan padaku apakah Jungkook bahagia. Dia masuk dalam kekanganmu cukup lama, apakah kau bisa membuat keputusan. Aku ingin Jungkook bersamaku, dia anakku secara sah." Tersenyum dengan cantik tapi di dalam benaknya tidak ada kata bahagia disana. Entahlah... Dia bertahan sejak anaknya ada. Demi anak juga dia bisa seperti sekarang.

Wanita tegar.

Koran itu ditutup. Dia merelakan acara membacanya demi menanggapi sang istri yang sudah membuat gelagat tajamnya. "Katakan padaku kalau kau ingin bercerai. Cara licik apa yang ingin kau pakai?" Dia menatap seorang istri seperti orang lain. Bukan hanya itu saja, dia juga enggan menerima penawaran roti hangat buatan tangan.

Dia menolak dengan cara halus agar semua tampak baik-baik saja. Sang istri mengecap lidah dengan rasa tidak nyaman, bukan hanya itu saja. Bahkan panekuk yang dia buat menjadi makanan sampah sepertinya. "Kau menganggap ku menggunakan cara licik. Memangnya cara licik apa, padahal kau tahu bahwa licik yang sesungguhnya adalah seseorang yang menjadi suamiku sekarang." Dia mengusap bibirnya dengan lidah karena ada sisa teh hijau disana.

Akankah dia melanjutkan sandiwara ini, padahal dia tahu bahwa seorang wanita karir tak lagi muda dan mudah mendapatkan seorang pacar. Sampai akhirnya keputusan selalu ada di tangan pria itu tanpa berfikir bahwa seorang istri juga punya hak.

"Kau memang seperti itu, apakah kau mau membawa Jungkook karena dia membawa nama warisanku? Oh... Sadis sekali karena selama ini aku menikah dengan seseorang yang rupanya jauh memiliki martabat."

Ada desisan disana dan itu membuat seorang wanita sadar bahwa pria yang menjadi status suaminya tak jauh bedanya dengan seekor ular.

"Tidak sama sekali, apa kau lupa aku juga punya usaha kecantikan. Untuk inilah aku siap menggugat. Aku tidak kuasa dan tidak tahan karena kau ada saat kau membutuhkan, lalu kau membawa anakku. Menyuruh sebagian besar anak buah bungkam ketika aku bertanya padanya." Dimana mata itu menelisik, sebuah kebenaran bahwa pria di depannya mau menang sendiri. Ada rasa kagum dan itu besar, tapi dia menjamin bahwa wanita itu tak lebih baik dari penampilannya.

"Kau sama sekali tidak mau mengerti bagaimana aku menjaga Jungkook."

"Lalu kau tidak mau mengerti bagaimana terkekang nya dia. Bahkan kau tak memberikan ruang pada dia untuk bermain dengan teman sebayanya. Ayah macam apa yang lebih protektif pada anak laki-lakinya. Jika anakmu perempuan itu wajar, tapi Jungkook adalah laki-laki. Dia tidak selamanya akan dijaga dan bersama orang tuanya." Hana memiliki pemikiran yang luas, bagaimana dia mendidik anak adalah keahlian nya. Bahkan ketika Jungkook mengatakan bahwa dia marah dengan ayahnya lantaran terlalu rapat menjaga perbatasan dia juga mengetahuinya.

Pria itu sampai tidak puas dengan cara bicaranya dan melempar begitu saja cangkir di tangannya. Sebentar lagi dia punya kegiatan rapat, dia memasang dasinya sendiri tanpa mau meminta tolong pada wanita di belakangnya.  Wanita itu tidak akan mau melakukan apapun selain dia meminta tolong.

"Egois sekali. Kau bahkan tidak mau mengatakan apapun selain kabar anakmu. Sepertinya kau anggap aku orang asing."

"Bukankah kau sama? Kau juga menganggap anak dari sahabatku orang asing. Bukankah sudah jelas kalau kau lebih egois. Kau membuang Taehyung yang merupakan buah cinta pertamamu, tapi kenapa kau malah membiarkan dia pergi."

Hana sudah membuat keputusan salah saat menyebut nama Taehyung di depan matanya. Entah kenapa emosi di dalam dirinya merasuk begitu dalam sampai akhirnya kedua bola matanya melotot dengan tajam.

"Aku sudah menahan kesabaran ku, kenapa kau malah menyebut namanya. Kau tidak punya hak karena dia bukan anak kandungmu." Dengan tajamnya dia menatap sang istri dengan tangan melayang di depannya seperti mengancam. Ada nada menantang disana dimana wanita itu mengulas senyum licik. "Katakan padaku suamiku, kau bahkan membuang Taehyung. Aku juga punya hak menjaganya karena Hera tahu bahwa sebenarnya yang salah itu adalah-"

"DIAAAMMM!"

Pria itu tidak main tangan atau membuat kekerasan yang justru akan membuat nama baiknya turun. Apalagi dia punya komitmen sendiri soal hubungan rumah tangga. Wanita itu membuang nafas percuma. "Kau kumat suamiku, padahal aku mengatakan semua itu berdasarkan fakta." Dia memegang tasnya dengan kencang, seolah dia tahu bahwa suaminya akan melakukan tindakan berlebih. Ngomong-ngomong di dalam tasnya ada batu, cukup hebat untuk dijadikan sebuah senjata.

"Sudah kubilang jangan bahas soal anak itu, kau tahu aku muak! Dia ingin membunuh anak kita apa kau tahu hah!" Dia marah dan tercetak dengan jelas di wajahnya, semua terasa sangat menakutkan saat sang anak juga meneror dirinya. Pernah sekali dan Jungkook tidak tahu akan hal itu. "Kalau begitu kau luruskan semua urusan dan masalahnya. Kau pikir dengan membiarkan semua ini akan membaik, Jungkook juga butuh waktu dimana dia harus mengatasi masalahnya."

"Masalah apa, aku sudah melakukannya dan kau tahu. Aku mengangkat Hoseok menjadi pengawal demi anak kita!" Pria itu sedikit meninggikan suaranya, dia tidak takut jika seseorang mendengar apa yang dia katakan. Wanita itu berdiri dan menampar pria itu dengan keras.

"Untuk inilah aku menamparmu sekarang. Kau tahu, kehidupanku jauh lebih buruk ketika kau dan ambisimu menjadi satu. Katakan pada Taehyung sebenarnya dan semua sudah usai. Jungkook akan mendapatkan kesempatan dirinya sebagai seorang adik." Dia membuang muka, terlalu malas berhadapan langsung dengan pria bajingan di depannya itu.

"SIALAN KAU-"

"Nyonya Hana, Jungkook sudah pulang. Aku memberitahukan pada anda bahwa anda sudah pulang dan dia nampak senang." Kedatangan seseorang membuat wanita itu terselamatkan, bukan hanya itu saja dia melihat bagaimana sekretaris nya itu bekerja. Dengan lihai kakinya pergi dan meminta agar sang suami memikirkan ini semua sembari berbicara dengan nada berbisik.

Pria itu nampak tajam dalam penglihatan nya dia sendiri seakan tidak mampu membalas. Melihat bagaimana sekretaris itu melenggang pergi setelah mendapatkan tatapan tajam dari pria itu membuat suasana menjadi canggung sekarang. Pria itu melihat seorang anak langsung memeluk wanita yang dia kenal. Entah kenapa hal itu membuat dia semakin membenci istrinya yang sudah tak dia sayang.

Dia menutup pintu dengan sedikit kasar, dimana suara ruangan khas disana ada dan mereka yang mendengar tidak menyadari hal itu.

Jungkook tidak tahu saja bahwa perang dingin tengah terjadi.

.

......

TBC...

semoga kalian suka ya, dan gak bikin kalian kecewa. Maaf kalau nih chap banyak typo, gaje atau apalah...

hayo siapa yang udah penasaran ama next chapnya?

kira" bagaimana kelanjutannya ya???

Maaf juga kalau nih chap pendek, author ngetiknya di hape soalnay :v

Jangan lupa vote dan commentnya ya^^

Salam cinta dari saya untuk kalian

Sampai jumpa di next chap ya,

#el

Continue Reading

You'll Also Like

172K 8.4K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
51.1K 7.7K 28
[SELESAI] Radio itu memutarkan sebuah lagu untukku, lalu-- membuat jiwaku menghilang .. GENRE SHOUNEN AI BUKAN YAOI. FANTASI
258K 21.6K 17
Taehyung mengalami trauma setelah melihat apa yang dilakukan oleh ayahnya, dia disekap selama bertahun-tahun membuat trauma yang dialaminya semakin m...
182K 10K 27
"Hyungie.. Kookie mengantuk, Kookie ingin tidur" "arraseo, tapi cepatlah bangun karena sepertinya akan hujan" "Kookie tak janji hyungie" "apa maksud...