Langit malam hari ini begitu sangat cantik dengan hiasan bintang-bintang yang terlihat begitu sangat bersinar.
Mozza mengalihkan pandangannya dari langit malam kearah jalanan yang terlihat sangat lengang, Mozza menenteng bahan belanjaan yang tadi dibelinya di supermarket.
Mozza keluar sebentar ketika sang ibu meminta dirinya untuk membelikan bahan makanan yang habis.
Ziedan dkk? Entahlah mungkin mereka sudah pulang ketika dirinya ke supermarket, mereka sebenarnya ingin pergi ke supermarket juga dan Mozza menolak permintaan tersebut. menyuruh mereka agar pulang saja karna hari sudah malem dan mereka belum mengganti pakaian sekolahnya.
"Kenapa lama banget sih ojeknya!" gerutunya ketika tidak melihat satupun ojek di pangkalannya.
"Tadi katanya bentar." gumam Mozza ketika mengingat ucapan abang ojek yang ingin mengantar penumpangnya dulu, mozza menuruti ucapannya karna ia hanya melihat abang ojek itu sendiri di pangkalan.
Mau tidak mau Mozza menuruti ucapannya, mau naik apa dia pulang kalo bukan dengan ojek abang tersebut.
"Gue bawain." Mozza terkejut ketika seseorang mengambil belanjaannya, ia melihat kearah sang pelaku dan ternyata. Astaga, orang gila diatas rata-rata ini. ngapain dia disini?
"Gak usah gak perlu." Mozza merebut kantung belanjaannya yang ada digenggamann Adhlino tetapi cowok itu dengan sigap menjauhkan kantung plastik dari Mozza.
"Gue mau kerumah lo." ujarnya membuat Mozza terkejut mendengarnya.
"Ngapain?" tanya Mozza menatap cowok itu dengan panik, dia takut cowok ini bakal membuat keributan lagi seperti satu bulan yang lalu.
"Jumpain calon mertua." tawa Adhlino pecah melihat wajah masam Mozza, ia mengacak rambut Mozza dan membisik sesuatu disana.
"Cari muka dulu, siapa tau direstui." sambungnya dan menjauhkan wajahnya di telinga Mozza yang sudah memerah.
"Ngaco tau gak!" ujar Mozza sambil menginjak kaki Adhlino tetapi cowok itu malah makin keras tertawa.
"Enggak, Mozzarella gue kesana mau makan. Laper." Mozza melototkan matanya ketika cowok itu salah menyebutkan namanya.
"Manggil apa tadi?" tanya Mozza memastikan ucapan Adhlino.
"Mozzarella, lucu ya namanya sama kayak orangnya." balas Adhlino sambil mencubit pipi Mozza membuat cewek itu berteriak kesal.
"Nama aku bukan Mozzarella tapi Mozzareyya." Mozza menepis kasar tangan Adhlino yang mencubit pipinya.
"Oh, Mozzareyya ya." ujar Adhlino sambil manggut-manggut dan Mozza menjentikkan jarinya ketika cowok tersebut memanggil namanya dengan benar.
"Gak ah, manggil Mozzarella aja lebih enak." sahut Adhlino membuat Mozza kesal dan menjambak rambut Adhlino.
"Mozza gak mau dipanggil Mozzarella." ujarnya makin mengencangkan jambakannya dirambut Adhlino, tidak menghiraukan Adhlino yang mengadu kesakitan.
"Lepasin, Mozzarella." Adhlino mengambil tangan Mozza yang berada di kepalanya dengan lembut.
"Ternyata lo agresif juga ya." tawa Adhlino pecah mihat wajah kesal Mozza, Mozza menendang tulang kering cowok itu membuat Adhlino kesakitan.
"Rasain." ujar Mozza puas melihat Adhlino kesakitan, cowok ini tidak ada kapok-kapoknya.
"Jahat banget sih Mozzarella." Adhlino mengusap tulang keringnya yang ditendang Mozza.
"Jangan panggil Mozzarella." ujar Mozza dan Adhlino tersenyum melihat wajah kesal Mozza.
"Tapi itu panggilan sayang gue, gimana dong." Adhlino menjauhkan wajahnya yang berada di tepat depan wajah Mozza yang sudah memerah menahan emosi.
"Ayo, gue anter sekalian mau jumpai camer." ujar Adhlino dan menggenggam tangan Mozza menuju motornya yang terparkir rapi di pangkalan ojek.
"Mozza bakal bilang sama ibu, kalo kamu yang ngerusak meja biar kamu kena marah ibu." Mozza hanya menakuti-nakuti Adhlino saja tetapi cowok itu tidak gentar.
"Jangan dong, nanti gue gak dapat restu lagi." Adhlino merubah mimik wajahnya berpura-pura sedih saat mendengar ucapan Mozza.
"Makanya jangan kerumah." ujar Mozza, Adhlino tidak merespons ucapan Mozza.
"Tidak semudah itu kawan." sahut Adhlino dan memakaikan Mozza helm, Mozza tidak menolak ia hanya ingin pulang kerumah.
Lihat lah bahkan abang ojek tadi tidak memunculkan batang hidungnya, membuat Mozza kesal karena sudah menunggu abang ojek itu cukup lama.
Sebuah tarikan pada bahu Adhlino membuat Mozza berjengit kaget dan menatap kearah sang pelaku.
"Ngapain lo?" tanya Sakhi yang wajahnya sudah berubah menjadi merah seperti menahan amarah.
"Nganterin cewek gue pulang." balas Adhlino enteng sambil merangkul Mozza yang bingung akan ucapannya.
"Gak, dia pulang bareng kita." Ringga menarik pergelangan tangan Mozza, Mozza sedikit takut melihat raut wajah Ringga yang tidak biasanya raut wajahnya seperti itu.
"Apaan lo, orang dia setuju pulang bareng gue." ujar Adhlino menarik pergelangan tangan Mozza, dan membisikkan sesuatu ditelinga Mozza.
"Pawang lo galak-galak ya." bisik Adhlino sambil tertawa.
"Gak ada, ibunya nyuruh kita yang jemput dia." ujar Zellan dan diangguki Adhlino.
"Oke, lo bisa bawa dia pulang." Adhlino mengalah kali ini dan Mozza sudah berpindah tempat kearah Ziedan dkk.
"Lain kali jangan seenaknya nyeret anak orang." ujar Alhesa menatap tajam wajah Adhlino.
"Salah ngantar calon pacar?"
BUGH
Ziedan membogem wajah Adhlino dan membuat wajah Adhlino berpaling kesamping, ia menghusap darah yang keluar dari sudut bibirnya dan tertawa terbahak-bahak melihat Ziedan.
"Ziedan, Ziedan jangan buat keributan." Mozza menggenggam tangan Ziedan menenangkan cowok tersebut yang tersulut amarah.
"Ayo pulang gak usah ladenin sampah satu ini." Azaleel menggenggam tangan Mozza membawanya kearah mobil mereka.
"Titip calon pacar gue ya!" teriak Adhlino ketika Ziedan dkk beserta Mozza berjalan menuju mobil mereka.
Mereka tidak menanggapi ucapan Adhlino, mereka tau Adhlino hanya ingin memancing amarah mereka saja.
"Mozzarella, titip salam sama camer ya!" teriaknya dan membuat keenam cowok itu memandang dengan nyalang kearah Adhlino yang duduk di atas motornya tak lupa cowok itu tertawa terbahak-bahak melihat wajah Ziedan dkk.
"Ayo pulang, Mozza gak mau buat ibu khawatir." ujar Mozza mengalihkan topik membuat keenam cowok itu menganggukan kepalanya.
Mozza duduk di samping pengemudi dan Ziedan yang duduk di kursi mengemudi, cowok itu menyalakan mesin mobil dan meninggalkan Adhlino sendirian.
"Sial, percuma gue bayar semua tukang ojek biar gak mangkal disini!" rutuk Adhlino menghusap kasar wajahnya dan menyalakan mesin motornya berniat pergi meninggalkan tempat ini.
Didalam mobil ini suasana begitu sangat menyeramkan bagi Mozza, yah Mozza tau bahwa keenam cowok ini masih kesal pada Adhlino.
Mozza memegang kepalanya yang terasa berat, ternyata helm Adhlino masih terpasang pada kepalanya.
Mozza melepaskan helm tersebut dan memangkunya, ia bakal mengembalikan helm tersebut pada Adhlino.
Matanya melirik kearah luar jendela, dan melihat kearah pasar malam yang begitu cantik.
Bianglala yang begitu besar terlihat begitu sangat cantik karna dihiasi oleh lampu warna-warni.
"Wah, cantik banget." gumam Mozza membuat perhatian keenam cowok itu melihat kearah pandangan Mozza.
"Mau kesana?" tanya Ziedan dan diangguki Mozza dengan antusias.
"Mau-mau." ujarnya dan mobil berbelok kearah parkiran mobil mereka bergegas turun.
"Wah." Mozza tidak menutupi kekagumannya pada pasar malam ini.
Tangan Mozza digenggam Sakhi dan Zellan yang merangkul bahu Mozza, Mozza tidak mempermasalahkan hal itu ia masih terpaku pada wahana-wahana yang begitu sangat cantik dihiasi lampu warna-warni.
"Mau minum?" tanya Azaleel pada teman-temannya dan Mozza, mereka menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Azaleel pergi kearah stan minuman yang terlihat cukup jauh dari tempat mereka.
Mozza menatap kearah rumah hantu yang terlihat menyeramkan, dan melirik kearah kelima cowok itu yang menatap dirinya juga.
"Mozza mau masuk itu." ujarnya sambil menunjuk kearah rumah hantu yang sangat besar.
"Yakin?" tanya Ziedan menatap kearah rumah hantu yang ditunjuk Mozza.
"Yakin dong." balas Mozza meyakinkan ucapannya.
"Nanti lo diculik hantu gimana?" tanya Alhesa memasang wajah takut.
"Gak mungkin, kan ada kalian." sahut Mozza dan mereka tersenyum kearah Mozza kecuali Ziedan yang menatap ke sekeliling pasar malam.
Azaleel datang dengan berlari menyodorkan air mineral pada mereka satu persatu dan diambil mereka dengan senang hati.
"Mau naik apa?" tanya Azaleel setelah meneguk air mineralnya.
"Itu." balas Mozza dengan senyum sumringah menunjuk kearah rumah hantu.
"Yaudah, masuk." sahut Sakhi dan mereka memasuki rumah hantu setelah Ziedan membeli tiket masuk.
Suasana rumah hantu begitu sangat mencekam dan suara-suara cekikikan terdengar ketika mereka masuk kedalam rumah hantu.
Mozza mencengkram baju Ringga yang ada disamping kirinya, dan melihat kearah Sakhi yang tersenyum kearahnya.
"Kalau takut kita keluar." ujar Sakhi dan digelengi Mozza, mereka menelusuri setiap tempat yang ada di rumah hantu.
Mozza semakin takut ketika mereka makin kedalam semakin gelap rumah hantu ini, dan Ringga menggenggam tangan kiri Mozza dengan erat.
Sakhi yang berada dikanannya merangkul Mozza, Mozza meremas botol air mineralnya.
Sebuah tepukan pada bahunya membuat Mozza menghadap kebelakang, wajahnya disuguhkan dengan kuntilanak yang berada tepat didepannya.
TUUUKKK
Mozza melempar air mineralnya dan berteriak sambil menjauhi kuntilanak tersebut.
Kuntilanak tersebut mengadu kesakitan ketika botol air mineral Mozza mengenai kepalanya.
"Aduh, mbak saya minta maaf. Mozza gak sengaja makanya mbaknya jangan ngagetin." ujar Mozza sambil mendekat kearah kuntilanak tersebut menghusap-husap kepalanya.
"Salah saya apa mas?" tanya hantu itu sambil melirik kearah Ringga dan Ringga langsung menjauh dari hantu tersebut.
"Eh, hantu ngapa lo sok cantik? Ngapa lo nanya-nanya gue?" ujar Ringga dan Mozza meminta maaf pada hantu tersebut dan menyeret Ringga menjauh dari hantu tersebut.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar meninggalkan hantu tersebut sendirian menatap kepergian mereka.
"Gak lagi-lagi gue ngambil job disini, gak ada harga dirinya gue." ujar hantu tersebut dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Selama mereka berada didalam rumah hantu suara teriakan dan umpatan terdengar dari bibir mereka, Mozza sudah berkeringat dingin ketika hantu-hantu datang secara tiba-tiba kearah mereka.
Tanpa sadar dia memeluk erat tubuh seseorang, menenggelamkan wajahnya didada bidangnya wangi ocean menyapa hidung Mozza.
Ia hanya ingin keluar dari sini, Mozza kira rumah hantu ini seperti rumah hantu biasa ternyata dia salah. rumah hantu ini begitu sangat menyeramkan.
Suara detak jantung tidak beraturan terdengar di telinga Mozza, ia masih tetap memeluk orang itu. dia begitu sangat lemas karna tenaganya terkuras ketika dia berteriak melihat hantu-hantu yang sangat menyeramkan.
*****
tungguin part selanjutnya di hari Sabtu-Minggu, bakal semakin banyak scene manis antara keenam cowok bersama sikeju. Awas nyengir mblo.
'~naylechy.
Sen, 1 feb 2021.