Start!
"Hiks, bunda tega! Hiks!"
Clare terbangun. Sekarang pukul 2 dini hari, dan Clare mendengar suara Haruto yang sedang menangis di sebelahnya.
"To? Kamu kenapa? To!" ucapnya histeris melihat mate nya itu sepertinya sedang bermimpi buruk.
"Ayah! Hiks, Haru gamau!"
Badan Haruto menggeliat kekanan dan kekiri, mulutnya terus mengeluarkan isakan dan racauan asal, pelipisnya juga berkeringat deras.
"Haruto!"
Haruto terduduk. Nafasnya tersengal-sengal. "C-Clare." ucapnya terbata-bata.
Tanpa aba-aba, Haruto langsung saja menerjang tubuh Clare. Memeluk tubuh Clare yang jauh lebih kecil dari ukuran tubuhnya.
Clare yang tidak mengerti apa-apa hanya membalas pelukan Haruto. Mengelus pelan bagian rambut Haruto, juga merasakan bagian lehernya yang basah karena air mata Haruto.
"Haru, kenapa?" tanya Clare.
Yang ditanya enggan menjawab. Masih terisak di leher Clare.
Sekitar 15 menit, Haruto berhenti menangis, mengangkat wajahnya dari leher Clare.
Clare sebenarnya ingin tertawa melihat hidung Haruto yang memerah dan matanya yang sembab. Tapi sepertinya untuk sekarang ia tidak bisa tertawa.
"Kamu kenapa?" tanya Clare lagi.
"Aku.. mimpi buruk." jawab Haruto.
"Mimpi buruk gimana? Mau ceritain ke aku gak?"
Haruto tampak berfikir, lalu kembali memeluk Clare, membuat Clare yang terduduk dikasur bersandar ke dinding karena dorongan dari Haruto.
"Aku mau cerita, tapi aku takut jadi beban pikiran buat kamu."
"Gapapa, kamu cerita aja."
Haruto menghela nafas. "Aku mimpi dijodohin sama bunda sama ayah."
Nafas Clare tercekat, jantung nya terasa lemas seketika.
"D-dijodohin gimana?" tanya Clare gugup.
"Bunda sama ayah ngebawa cewek yang aku ga kenal. Tiba-tiba bilang kalo cewek itu calon istri aku, dan ayah ga setuju sama hubungan kita." jelas Haruto.
"J-jadi gimana?"
Haruto mengelus pelan rambut Clare. Lalu berbisik. "Gapapa, cuma mimpi kok."
"Tapi kalau beneran gimana?!"
Haruto mengecup pelipis Clare. "Tenang, cuma mimpi, mustahil jadi nyata."
Lalu keduanya terdiam. Larut dalam pikiran masing-masing.
'Kampret, jadi overthinking' - inner Clare.
🛸🛸🛸
"Astaga nyonya! Kenapa nyonya kembali lebih cepat dari yang nyonya janjikan?"
Lisa tersenyum menanggapi pertanyaan dari maid itu. "Gapapa, oh iya, Haruto lagi gaada di kastil, ya?"
"Iya nyonya, tuan muda memang belakangan ini jarang berada di kastil."
"Oh oke, sepertinya anak itu memang sedang sibuk dengan dunia luar." jawab Lisa seadanya.
"Iya nyonya, omong-omong, dimana tuan Hanbin?"
Lisa menunjuk kearah belakang, Hanbin baru saja datang, membawa gadis yang katanya adalah vampir yang akan dijodohkan dengan Haruto nanti.
"Oh nyonya, siapa gadis vampir yang ada disebelah tuan?"
Lisa tertawa. "Itu adalah calon istri Haruto. Haruto akan dijodohkan nanti. Setidaknya menunggu dia pulang, maka perjodohan ini akan dilaksanakan."
"Waahh, sepertinya sebentar lagi akan ada pesta besar-besaran disini. Omong-omong, dirimu sangat cantik nona muda." puji maid itu.
Yang dipuji hanya terdiam. Terlalu takut untuk membuka suara. Yang dipikirannya sekarang adalah, kumohon Dewi Fortuna, selamatkan aku dari perjodohan ini.
"Ah, dia memang pemalu." ucap Lisa sambil merangkul gadis itu.
Maid itu tertawa kecil. "Dimana orang tuanya nyonya?"
"Mereka akan menyusul nanti, gadis ini kubawa terlebih dahulu untuk sekedar berkenalan dengam Haruto."
"Baiklah nona, haruskah saya membuat hidangan kecil sekarang?" tanya maid itu.
Lisa mengangguk. "Tentu."
Nako yang sedari tadi menguping pembicaraan dari balik pohon, tercengang mendengar percakapan Lisa dan maid itu.
"Aih, Haruto tolong kuatkan pendirian kamu." gumam Nako.
🛸🛸🛸
"HUANJENG-!"
"BERSIN KAMU KOK GITU SIH?!"
"Maaf sayang, kelepasan. Kayaknya ada yang lagi ngomongin aku." ucap Haruto sambil mengelap hidungnya.
"Ge'er."
"Kamu mah gitu, eh besok ikut aku mau ya?" ajak Haruto kepada Clare.
"Kemana?"
"Kencan. Mau gak?"
Clare terdiam. Kencan ceunah.
"Ayuk aja sih."
"Great. After dating, we're going to my castle."
"...okay."
"Gausah takut. Inget ada aku."
Clare mengangguk menanggapi ucapan mate-nya itu. Dan Haruto sibuk kembali ke aktivitasnya yang sedari tadi tidak berhenti ia lakukan, menghitung jumlah semut yang melewati lantai.
Liburan mendadak yang diberikan sekolah Clare sungguh membantunya. Setidaknya dirinya tidak harus repot memikirkan tugas, dan akan menggunakan waktu liburan ini semaksimal mungkin.
"Aku pernah mimpi jalan-jalan bareng anak kita nanti." celetuk Haruto tiba-tiba. Membuat dirinya terkena lemparan bantal sofa dari Clare.
"APAAN SIH?!"
"Serius sayang. Anak pertama cowo, anak kedua cewe, terus kita lagi jalan-jalan di taman gitu."
"Diam deh. Halu kamu kelewat tinggi."
Haruto tersenyum miring mendengarnya. Lantas menghampiri Clare yang duduk disofa, lalu menghimpit Clare yang sudah sangat menempel pada senderan sofa.
"KAMU GILA?!" protes Clare begitu wajah Haruto hanya berjarak sekitar 10 cm dari wajahnya.
"Astaga aku halu banget ya? Halu banget aku bisa sedeket ini sama bidadari cantik."
PLAK!
"BEB IH!"
"Basi. Males ah, kamu cheesy betul." ucap Clare sambil berjalan menuju dapur. Meninggalkan Haruto yang masih memegang pipinya yang tadi ditampar oleh Clare.
"Cewe itu seneng sama yang begimana sih?" tanya Haruto kepada dirinya sendiri. Cukup sulit baginya untuk memahami seorang wanita.
🛸🛸🛸
Wayo wayo wayo
Happy satnight fellas💀
Btw ga kerasa ya udah sampe chap 20 aja👀