Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

when fate says now (26)

637 60 6
By elmi_wirastiti30

"Konstansi ledakan, pembunuhan, teriakan juga rasa sakit. Semua itu terasa nyata sampai kedua mata terpejam pun tetap sama. Yang aku ketahui adalah mereka mati hanya untuk mendapatkan hak pegang."

(Author ***** POV)

Yoongi datang menjemput ketika dia meminta panggilan meminta tolong. Suara deru mobil datang dari belakang mereka yang sudah menunggu. Mereka seperti dua anak kehilangan arah dengan wajah cukup kucel, bukan hanya itu saja mobil yang mereka bawa sudah rusak dan ternyata meledak saat Hoseok hendak mengendarainya. Nalurinya cukup kuat sampai si tuan muda selamat.

"Syukurlah ketua datang, kau lapar jika iya kita bisa mampir ke cafe atau kaki lima." Tawarnya dengan wajah hangatnya, melihat bagaimana Jungkook masih anteng seperti anak kecilnya membuat dia beranggapan bahwa semua sudah diatur baik. Jungkook merasa bahwa dia tidak ada kelemahan setelah berani melempar bahan peledak. Rasanya sangat menyenangkan sampai akhirnya dalam hatinya teriak kesenangan.

Yoongi datang dengan wajah kesalnya ketika menghampiri wajah anak buahnya itu. "Kalian sangat merepotkan, karena kalian juga aku meminjam mobil Wonwoo. Kenapa bisa kalian ada di tempat ini, hutan?! Yang benar saja!" Ungkapnya tegas dimana kedua mata itu menjadi menajam bagaikan pedang perak. Jujur kedua orang disana langsung bergidik ngeri mendapatkan manik hitam seorang pemimpin dengan ide gilanya.

"Maafkan aku Yoon hahahaha.... Sebenarnya aku tidak ingin merepotkan mu, tapi karena Jimin sakit jadi aku mengandalkan mu. Aku tahu kau yang paling hafal medan jalur ini, aku sendiri pun tidak percaya bisa sampai disini." Dia berkata dengan tangan kanan menggaruk kepala belakangnya. Rambut hitam itu bahkan menjadi sedikit kecoklatan karena debu. Beberapa potongan daun juga ada di rambutnya, dia malah disebut sebagai gembel ketimbang pengawal.

Rasanya Yoongi seperti menolong sapi perah yang tumpah, kenapa dia bisa menyebut demikian? Entah hanya dia yang tahu. Belum puas disitu, dengan kuat tangan itu menjitak puncak kepala hingga si pengawal itu hampir menangis karena kesakitan.

"Yoongi Hyung, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Jimin Hyung. Apakah dia baik?" Pertanyaan itu datang dari ungkapannya, dimana raut wajah itu menjadi sangat khawatir. Wajah itu menjadi sedikit senyum karena dia menanggapi si anak pemberi gaji. "Oh astaga giliran aku dia sangat galak tapi kenapa dengan Jungkook justru lain. Rasanya tidak adil sekali ketua ini." Hoseok ngedumel dengan wajah yang bisa dikatakan masam. Tapi kedua mata itu semakin ingin membunuhnya dengan tajam.

"Jimin baik saja dia hanya luka sedikit dan sudah mendapatkan pertolongan pertamanya. Tenang saja dia akan pulih tapi dia tidak bertingkah aneh bukan sejak dia menjagamu." Sejak kapan dia menjadi lembut, bahkan tangan itu sedikit mengusap ramah dan akrab. Hoseok merasa bahwa Yoongi seperti seorang penjilat.

Karena tidak tahan tangan itu mendorong tubuh Jungkook masuk pada mobil dengan merek BMW disana. "Haruskah aku melepaskan sepatuku yang kotor ini." Dia seperti mempermainkan kesabaran Yoongi. Bagaimana tidak? Hoseok memang tidak terlalu menyukai Yoongi tapi mengatakan hal itu di depan Jungkook adalah sebagai lelucon menurutnya. "Tidak usah karena ini bukan mobilku, aku yakin yang punya mobil juga tidak keberatan. Oh ya Jungkook kau bisa duduk di sampingku kalau kau tidak betah dengan pengawal mu."

Mereka ada di dalam dan Yoongi dengan ganasnya melempar botol itu ke belakang tanpa melihat. Dia yakin bahwa tangan terampil itu cukup cekatan untuk menangkap air mineral itu. Dia dingin dan ganas, tapi Jungkook menerima minuman itu dengan tangan yang bisa dikatakan cukup ramah. Dalam tatapan kesalnya Hoseok meminum air mineral itu sampai tersedak. Jungkook yang mendengarnya tentu saja menoleh ke belakang dan berkata dengan ekspresi bingung juga sedikit khawatir.

"Hobi hyung tidak apa?" Suara itu mampu membuat rasa kesal melayang. Tapi Yoongi merusak semuanya dengan mengatakan bahwa sebenarnya Hoseok sedang membatin dirinya sampai dia sendiri kena karma. "Jungkook dia selalu baik saja bahkan di saat bertempur dengan ratusan peluru yang menerjang tubuhnya." Memang benar ungkapan itu, selama ini dia baik saja bahkan sampai sekarang.

Tapi Hoseok merasa bahwa Yoongi menganggap dia seperti robot saja. Dia tidak ingin berprasangka buruk tapi kenapa manusia di depannya jauh lebih hebat. Hoseok tidak berani menantangnya karena dia sadar bahwa dia akan kalah juga saat melawannya. "Ya, dan saat aku meledakkan satu mobil saja aku masih baik. Terima kasih untuk perhatian mu ketua, tumben sekali kau sangat baik sekali padaku." Itu sebenarnya sindiran tapi Jungkook yang menyaksikan nya hanya bisa tertawa dengan hati polos.

Yoongi tahu bahwa dia memang ingin sekali membuat keputusan jelas. Tapi tak akan mungkin seorang ketua akan kalah dengan anak buahnya. "Karena aku ketua yang akan di jadikan panutan. Kau akan tahu bahwa pekerjaan seperti ini adalah suatu kebanggaan, aku harap saat aku pensiun kau akan gantikan aku ya hahahaha.."

"Bukannya kita satu angkatan ya, bagaimana bisa aku menggantikan mu kalau aku juga akan tua." Namja itu mendongak ke atas dan menyandarkan kepalanya dengan nyaman. Jungkook memang tersenyum tapi pemikirannya pindah ke lain. "Kalau memang seperti itu sebaiknya kalian menikmati hidup. Aku harap semua ini berakhir dan kalian bisa menikmati waktu tanpa menjadi pengawal lagi."

Si pengawal tahu apa yang dimaksud dengan Jungkook begitu pula dengan Yoongi. Keduanya diam tapi juga tidak menyalahkan bahwa sebenarnya ucapannya tadi sudah mewakili perasaan keduanya dari lubuk hati terpendam begitu dalam. "Jika saat itu tiba pasti akan terjadi. Aku janji kita akan pergi piknik bersama, kau dan Yoongi bahkan Jimin juga. Aku janji akan menyiapkan tempat yang bisa kita nikmati. Karena aku tahu apa yang sebenarnya kau inginkan Jungkook."

Tiba-tiba saja Hoseok bicara seperti itu hingga membuat keduanya terdiam sejenak. Dimana ada nada semangat diantara kedua bibirnya, Jungkook merasa hatinya berbunga dan Yoongi yang mengangguk. Meski dia tahu bahwa kemungkinan presentasinya sangat kecil. "Semoga saja Tuhan memberikan kita nyawa yang panjang. Aku akan membawa daging panggang dan Jimin sisanya." Yoongi menambahi dengan tangan kanan sudah menghidupkan mesin.

"Aku sangat senang jika hal itu bisa terjadi, aku juga akan membuat jadwal kesenangan agar acara itu tidak sia-sia. Tapi aku mohon dengan kalian untuk tetap hidup, aku tidak ingin acara itu gagal." Memang Jungkook memahami situasi disini tapi dia merasa bahwa keyakinan penuh memang harus selalu ada. Sadar ada tangan yang memberikan dia kehangatan di punggungnya membuat Jungkook menoleh ke belakang sedikit. Dia mendapatkan semangat dari seorang kakak meski bukan saudara kandung.

"Tenang saja, selama kami masih punya tekad untuk hidup maka umur yang panjang bisa saja terjadi. Jadi, aku mohon padamu Jungkook untuk tidak melakukan hal yang mengundang dirimu bahaya dan kami akan hidup." Itu keinginan tapi lebih baiknya dia harus menurutinya. Jungkook tidak mau ada yang meninggal dengan cepat.

Yoongi langsung menyudahi adegan sedih itu, dia menekan klaksonnya agar semua di dalam sana memakai sabuk pengaman. Dia juga melajukan mobil itu dengan handal ketika melakukan belokan tajam untuk menuruni bukit. "Jungkook aku yakin kalau kau sudah biasa dengan cara aku membawa mobil hahaha!" Tawa sinis seorang Min Yoongi membuat namja muda itu menelan ludahnya dengan gugup.

Sementara penumpang di belakangnya sudah hafal betul sampai akhirnya dia menggunakan salah satu koran sebagai penutup wajahnya yang sedang terpejam dan bersantai. Dia sepertinya akan menulikan teriakan Jungkook sebentar lagi.

"Ya ampun, YOONGI HYUUUNGGG!"

.

Taehyung membawa satu gelas kopi hangat untuk seorang pemuda yang kini kehilangan semangat setelah tragedi tadi. Si karung beras yang hidup dan dia sudah tidak malu dengan duduk di bangku taman di pagi hari. Beruntung sekali karena kedai langganan sang adik buka di subuh yang buta. "Aku tidak akan membelikan kedua kalinya, mumpung aku masih baik sebaiknya kau terima." Meski dia tahu kalau Taehyung sebenarnya tidak ikhlas tapi dia sendiri juga sadar diri bahwa selama ini hidupnya sudah dibantu.

Seokjin menerimanya tapi hanya gumaman kecil di bibirnya. Bukan berarti dia tidak nyaman, akan tetapi dia juga bingung ingin bicara apalagi. Setelah dia melampiaskan kekesalan pada ayahnya dia merasa bahwa menjadi pendiam adalah sesuatu yang terbaik menurutnya. Taehyung duduk di samping namja itu dengan pandangan di depan sembari menyesap kopi di tangannya. "Jangan pikirkan apa yang dikatakan kakek tua itu. Aku tahu kalau kau memang jengah tapi ini namanya hidup kalau kau tidak kurang ajar maka orang tua tidak akan ada pekerjaan."

Taehyung mengatakan tanpa rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. Seokjin tersenyum sedikit dan merasa bahwa dia mendapatkan kopi yang pahit. Rasanya tidak enak tapi karena ini pemberian adiknya mau tidak mau dia harus menerimanya dan meminum dalam tegukan. "Lalu kau ingin orang tua setiap hari memarahi anaknya, aku pikir hanya Joker yang gila tapi kau malah juga." Seokjin menganggap bahwa adik sepupunya lebih dari sadis. Dia juga tidak akan memberikan omelan karena dia tahu bahwa semua itu juga sia-sia.

"Orang tua diciptakan untuk mengatur dan memarahi anak agar mereka menjadi lebih baik. Tapi saat orang tua diam tanpa mengatakan bahwa kau salah dan kenyataannya orang tua itu salah apa itu namanya bukan bajingan?" Wajah itu dibuat dia seolah baru tahu akan semua. Bahkan Taehyung sembarang mengatakan hal itu tanpa takut akan terdengar anak kecil. Beruntung disana tidak ada sampai akhirnya Seokjin menggelengkan kepala karena merasa bahasa baku sang adik sedikit kotor dan keterlaluan.

"Tapi bukan berarti kau anggap semua orang tua salah bukan? Aku tahu kalau kau punya masa kelam tapi cobalah untuk tidak mengatakan kata kasar di tempat umum. Bagaimana kalau ada yang mendengar nya." Dia menimpuk Taehyung  tapi tangan itu bisa menahannya dan membuat semua tampak mudah. Taehyung tidak suka jika dia mendapatkan rasa sakit dari telapak tangan yang sudah merawat dirinya. Dia menarik tangan itu dengan menaruhnya diatas puncak kepala. Taehyung minta di puk puk puk.

"Seharusnya kau melakukan hal ini karena kepalaku inilah yang akan aku gunakan untuk mendapatkan uang kelak, besok Jin hyung bisa merasakannya juga."

Mendadak senyum itu ada, Taehyung bisa melucu juga sampai membuat Seokjin menggeleng kepalang. "Baiklah aku akan membuat kepalamu nyaman dan tidak lagi mendapatkan rasa sakit. Tapi Taehyung bukankah kau akan mendapatkan pelatihan memanah, apakah kau sekarang membolos lagi."

Seokjin memang pengingat jadwal yang baik, yang muda langsung melihat pergelangan tangannya. Dia sedikit kaget karena rupanya waktu sudah mulai mepet dari jadwal yang di janjikan, dia mengeluarkan banyak uang untuk mengasah keterampilan itu. "Iya nih, kenapa waktunya datang cepat sekali. Aku akan segera berangkat untuk hari ini jangan antar aku, aku bisa menggunakan mobil taksi." Taehyung tahu bagaimana itu batasan, seseorang membutuhkan privasi maka dia akan memberikannya.

"Biasanya kau selalu memaksaku mengantarkan mu tapi sekarang kau sangat pengertian." Dia sangat murah hati sampai tangannya memberikan beberapa lembar uang padanya. "Aku akan mengatakan padamu kau tidak boleh terlambat makan, sudah sangat lama bukan kau tidak makan di salah satu seafood dekat pelatihan mu. Aku tahu kau pelit makanya aku bagi agar kau semakin pelit." Menjulurkan lidah dengan senyum tampannya. Taehyung beberapa kali mendapatkan keberuntungan, dia seperti kejatuhan durian runtuh.

"Kau menyindir tapi tidak masalah selama kau memberiku uang. Tapi Seokjin hyung, tumben sekali kau sangat perhatian apakah benar kalau kau itu kakak tersayang?" Senyuman itu seolah mengatakan bahwa dia ingin sekali mendapatkan hal lebih seperti tambahan uang, tapi Seokjin masih bisa membaca muslihat sang adik dan tak akan memberikan uang yang di harapkan Taehyung.

Taksi yang di pesan sudah datang tepat di depannya, membuat pemuda itu langsung masuk ke dalam sana. Hanya saja dia melihat seorang supir yang tidak familiar wajahnya. Dia mungkin pernah melihatnya tapi, untuk kali ini lebih dari mengenal.

"Taehyung sebaiknya aku antarkan dirimu. Jangan membantah atau aku pecat kau sepupu." Dia menarik tangan dan hampir saja pemuda itu masuk dengan tangan menyentuh kenop pintu mobil disana. "Hei hei apa yang terjadi, aku kan sudah bilang tidak kau antar aku juga gak papa." Taehyung tersenyum dengan manis dimana dia malah tidak ditanggapi dengan wajar. Seokjin masih menarik tangan itu dan akhirnya Taehyun dipaksa masuk ke sana.

"Kenapa kau kunci mobilnya, memang ada apa? HEI JIN HYUNG JANGAN ABAIKAN AKU DAN KELUARKAN AKU, AKU INGIN TAHU KAU SEDANG APA!" memaksa tapi tak ditanggapi dia seperti seorang bocah yang mendapatkan hukuman dari ayahnya.

Hal aneh lainnya yang terjadi ialah saat namja lebih tua itu mengunci otomatis pintu mobilnya dan membuat Taehyung langsung kebingungan. Seokjin tahu bahwa yang dia lakukan ini cukup benar, wajah itu nampak tak asing dan benar saja supir taksi itu keluar dengan deretan senyum meremukkan yang begitu memuakkan menurutnya.

"Zena, aku sudah menduga kalau itu kau. Mau apa kau, apakah ayahku yang memintamu untuk mengurusi urusanku?" Dia memberikan tatapan tak menyenangkan,  bahkan menyapa kabar saja dia tidak sudi. Pria itu mempunyai bekas luka di wajahnya dia sama sekali tidak tertarik ketika mendengar sebutan ayah. Siapa yang tak kenal dengan pemuda di depannya, dia adalah mantan anak buah dari pria yang menjadi seorang marinir. "Kau bilang aku kesini karena urusan ayahmu, aku rasa kau salah dude. Aku disini karena berurusan dengan dirimu. Kau tidak tahu ya kalau aku sudah tidak bekerja dengan ayahmu."

Sebenarnya Seokjin benci dengan urusan soal ayahnya tapi kenapa pria itu datang. Bahkan Seokjin tidak akan bisa melupakan perbuatan itu sampai akhirnya dia memutuskan untuk menjadi penjahat secara diam. Pria itu merasa senang karena pemuda di depannya seperti diam tak berkutik, dia mendapatkan anak tikus yang mudah untuk di jebak.

Itu pemikirannya karena Seokjin menyimpan semua yang dia pelajari diam-diam.

"Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu. Kau yang sudah membuat semua ini terjadi, setelah itu kau pergi lama. Apa yang kau lakukan huh!" Seokjin mendorong tubuh itu jengkel, dia bisa melampiaskan emosi semuanya. Tapi melirik ke belakang sana ada Taehyung yang duduk disana. Berharap jika di dalamnya kedap suara dari luar. "Kau sangat ketakutan, seperti penjahat pembunuhan saja. Bukankah anak itu ada di dalam sana, kenapa kau tidak mengenalkan bocah itu padaku."

Sial!

"Apa pentingnya bagiku mengenalkan Taehyung padamu, kau tidak berhak melakukan perkenalan padanya! Enyah sebelum aku mematahkan lehermu." Seokjin mengancam dimana suaranya benar-benar serius untuk melakukannya, dia tidak peduli jika memang ada pihak berwajib yang akan menangkapnya. "Oh kau sangat berani tapi kau tidak berani mengatakan hal sebenarnya bukan? Kejadian malam itu. Seorang wanita terpandang meninggal dan dia adalah-"

"Siapa kau, kenapa kau berani sekali mengganggu kakakku." Taehyung datang dengan wajah sombongnya dia melipat kedua tangannya di dada. Membuat Seokjin kalang kabut sampai dia melihat ke belakang dan penampakan kaca mobilnya yang pecah. "Sejak kapan kau ada disini Kim! Astaga, kenapa mobil ku dirusak?!" Dia langsung panik membuat sebelah alis sang adik sepupu terangkat.

"Kau yang mengurungku seharunya aku yang marah padamu. Kenapa kau malah melakukan hal itu Seokjin hyung!" Dia protes dan membuat keduanya menjadi adu mulut karena sama-sama tidak mau mengalah. Melihat hal itu membuat pria itu nampak diacuhkan. Sepertinya akan menyenangkan jika dia menunda maksud dan tujuannya mengatakan hal itu. Pria yang bernama panggil Zena pergi dengan ungkapan pada Seokjin.

"Aku akan datang di saat yang tepat. Siapkan dirimu karena bisa saja aku akan mengajak mu bertemu di dalam suatu tempat." Dia mengerikan dengan pipi disana, sebuah bekas jahitan sampai ringisan ngeri di sana ada pada wajah Taehyung. Pemuda itu masih beruntung tidak jadi naik taksi online milik orang itu, bagaimana bisa dia pamer dengan wajah seperti itu tanpa menggunakan masker. Apakah mungkin anak kecil tidak akan takut melihatnya, dia saja yang dewasa sedikit merinding.

Seokjin tidak menanggapi dan memilih memaksa agar Taehyung segera masuk ke dalam mobilnya. Meski beberapa kali pemuda itu memberontak pada akhirnya tenaga Seokjin sedikit lebih besar dan membuat Taehyung mendengus sebal. Sejenak Seokjin melihat ulah Taehyung yang sudah merusak bagian mobilnya.  Dia merasa akan menghabiskan separuh lagunya.

"Katakan padaku siapa dia dan darimana kau mengenalnya."

"Diam saja, aku tidak mau mendengarkan kata-katamu. Aku akan bawa kau ke tempat pelatihan aku akan menunggumu pulang juga."

"Apa-" dia diam seketika saat melihat Seokjin menatap marah ke arahnya. Tatapan nyalang dan tajam bagaikan elang, untuk hal ini Taehyung merinding. "Dengar, aku tidak mau mendengarkan komentar apapun darimu." Langsung menambahkan apa yang menjadi kekesalannya. Suasana menjadi canggung sampai keduanya sama sekali tidak mau berkata satu sama lain.

Begitu juga dengan Taehyung yang merasa bahwa Seokjin terlalu berlebihan sekarang. Tapi otaknya terus berfikir bahwa siapa orang itu sampai tampak sekali bahwa keduanya sangat serius.

"Jin hyung aku merasa ragu terhadapmu sekarang." Itu perkataan jujur dari Taehyung. Dia memang tidak suka jika Seokjin terlalu lama menyimpan rahasia. Atau sebaliknya fakta yang sudah lama dia simpan.

Seperti pembunuhan seorang wanita yang berstatus istri seorang konglomerat.

Tentu kalian tahu siapa dia.

Ketika kedua mobil berseliringan dengan beberapa orang di dalamnya, sebuah mobil milik anak pewaris dan sebuah mobil yang dikendarai Taehyung. Takdir seakan membuat mereka bertemu dengan kedua mobil yang tak sengaja bersenggolan pada kaca spionnya. Membuat keduanya berhenti dan akan saling berdebat untuk menyalahkan satu sama lain. Mungkin saja bagi kedua pengemudi yang tidak mau disalahkan juga.

Tuhan menentukan sebuah takdir baru. Takdir bagi kedua kakak beradik ini.

.....

TBC...

Aku senang akhirnya bisa lanjut semoga saja masih ada semangat. Tapi aku harap daku bisa masuk kerja lagi karena masalah pandemi membuat kegiatan menjadi mandeg.

Jangan lupa komentar dan dukungannya. Semoga ke depannya aku bisa menulis dengan lancar jaya.

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

29/01/2021

Continue Reading

You'll Also Like

851 53 12
Dijodohkan dengan orang yang tidak dikenal sama sekali?
7.1K 287 18
menceritakan seorang namja bergigi kelinci yang lucu bernama Jeon Jungkook yang tidak memiliki ibu karna ibunya telah di bunuh oleh ayah nya sendiri...
2.2K 150 15
Seperti biasa, tidak bisa membuat deskripsi cerita. Langsung baca aja. Happy reading 🍭 Start : 22 September 2022 Finish : 19 Desember 2022
685K 32.7K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...