Everlasting Love

By Song_Hua

317K 19.5K 1.5K

Ayashi Konosuke merupakan siswa sekolah menengah atas di Florenssco High School yang berkehidupan dengan kond... More

Part 2: First Attack
Part 3: Maybe I Love You?
Part 4: A Date?
Part 5: Sekuhara!
Part 6: Daisuki?
Part 7: Kidnapped!
Part 8: Coming!
Part 9: Seriously?
Part 10: Terror?
Part 11: Date? Again?
Part 12: Fever?
Part 13: Jealous?
Part 14: Video?
Part 15: You!
Part 16: Meeting
Part 17: It's Over!
Part 18: First Experience
Part 19: Nii-san, Onii-tan
Part 20: Is This Flashback?
Part 21: Failed
Part 22: Oh... My...

Part 1: How They Meet

44.8K 1.8K 73
By Song_Hua

Part 1

How They Meet

*****

Sinar mentari berhasil memasuki kamar seseorang dari celah-celah dinding maupun jendela. Merasa tidurnya cukup, seorang laki-laki membuka mata perlahan. Menguap kecil lalu meregangkan tubuh, laki-laki bermata hijau gelap tersebut beranjak dari ranjang kecilnya kemudian menuju jendela untuk membukanya. Angin sepoi-sepoi seolah mengucapkan selamat pagi padanya dan dia pun tersenyum tipis.

Setengah jam dihabiskan laki-laki itu untuk berbenah diri kemudian turun untuk sarapan seadanya bersama keluarga kecilnya.

"Ohayou*, Aya-chan*," sapa seorang perempuan di meja makan.

"Ohayou, Nee-san*. Tolong jangan panggil seperti itu. Terdengar seperti perempuan," ujar laki-laki itu lalu duduk di seberang perempuan tersebut.

Kakaknya terkekeh, "Tapi kau memang manis, kan?"

Dia itu mencibir lalu mengoleskan roti miliknya dengan selai kacang, "Oh, ya, Nee-san. Aku pulang sekolah akan langsung bekerja. Jam kerjaku dimajukan," ujar Aya-chan.

"Good morning, Sweetie, Ayashi," sapa seorang pria duduk di samping perempuan itu setelah mengacak-acak rambut Aya-chan.

"Good morning, Johan-nii*," balas Aya-chan tersenyum tipis.

Semua anggota keluarga itu segera sarapan bersama. Tidak mewah memang, tapi sudah cukup membuat perut Konosuke Ayashi kenyang.

Walaupun tanpa kedua orang tuannya, Konosuke Ayashi bahagia bisa hidup bersama kakak tercintanya, Shizuka Woods, serta kakak iparnya, Johan Woods. Kedua orang itu sudah Ayashi anggap sebagai pengganti orang tuanya sendiri dan tak heran jika Shizuka ataupun Johan memperlakukannya dengan manja bagaikan anak sendiri.

Ayashi bukanlah anak dari orang kaya apalagi anak pejabat. Hidupnya serba bercukupan dan terkadang juga mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ayashi bersekolah di Florenssco High School, sekolah elit di kotanya. Tentu saja Ayashi bisa memasuki FHS dengan modal IQ yang tinggi, namun latar belakangnya selalu menjadi bahan ejekkan para siswa kaya dan bergaya.

Baru saja hendak melangkahkan kaki ke halaman depan sekolah, Ayashi dicegat lima laki-laki bertubuh besar dan tinggi. Salah satunya berwajah tampan namun terkesan mengerikan di mata Ayashi.

"Hei, anak beasiswa! Bukankah aku menyuruhmu untuk tidak lagi menginjakkan kaki di sekolah ini?" tanya laki-laki itu.

Ayashi diam, sudah bosan ditanyai hal seperti itu. Pada akhirnya, jika Ayashi menjawab pertanyaan orang itu, dia ditindas. Dan jika dia menghiraukannya, penindasan pasti tak pernah terlewatkan. Semua serba salah.

Seperti sekarang ini.

Kini sebagian tubuh Ayashi di tempat sampah -- bokong didalam dan kaki menjulur keluar. Ayashi mencoba bangun dan alhasil dia terjembab kebelakang, membuat kepalanya menghantam lantai porslein. Ayashi perlahan bangun sambil merintih memegangi kepalanya. Dia mendengus ketika melihat sampah berserakan karena ulahnya. Mau tak mau Ayashi harus membersihkannya-seorang diri.

Bel berdering begitu Ayashi membereskan sampah-sampah yang menjijikkan itu. Dia kemudian menuju toilet untuk mencuci tangan dan berusaha menghilangkan noda di seragam cokelatnya.

Ayashi menatap pantulan diri di cermin. Wajahnya manis dengan rona di kedua pipi, mata hijau gelap yang menenangkan, rambut kuning terang, serta kulit putih pucat yang halus. Benar kata sang kakak, Ayashi terlihat manis seperti perempuan. Hanya saja potongan rambut yang pendek membuatnya -- sedikit -- terlihat seperti anak laki-laki.

Ayashi keluar dari toilet lalu menuju kelas 2-B di lantai dua bangunan megah FHS. Ketika Ayashi tiba, para siswa yang berada di kelas tersebut menatapnya lalu satu per satu menutup hidung diikuti tawa menghina.

"Uh... Bau!"

"Pergi sana! Dasar sampah!"

"Kau bau! Pergi! Hush!"

Ayashi diam. Menundukkan kepala sembari mengepalkan tangan, dia berjalan ke bangku paling sudut. Ayashi berusaha menghiraukan suara-suara menyebalkan itu. Rasanya ingin sekali dia berteriak dan melawan, namun itu tak mungkin dilakukannya. Bila itu terjadi, beasiswa pun pergi.

Ayashi biasanya melepaskan kekesalan dengan menangis di atap sekolah yang sepi. Dia mengakui, dia lemah, tak bisa melawan. Apa daya jika anak miskin sepertinya melawan para anak orang kaya dan pejabat itu? Bisa-bisa Ayashi dikeluarkan dari sekolah dan akan membuat kedua kakaknya repot. Tentu saja Ayashi tak mau itu terjadi.

Ayashi hanya bisa diam atau menangis saat dirinya ditindas oleh kakak kelas maupun yang satu angkatan dengannya. Bahkan jika mau, adik kelas juga ikut berpartisipasi.

Waktu terus berlalu hingga pukul 13.00. Para siswa bersorak senang, segera menyerbu pintu dan melewatinya lalu pulang ke rumah masing-masing -- setidaknya begitu jika mereka bukan remaja liar. Ayashi memasukkan semua buku yang tadi digunakan ke dalam tas lalu beranjak dari kursi menuju pintu kelas. Ketika tiba di dasar tangga, sebuah tangan menariknya dan seseorang menyeretnya ke koridor sepi. Saat itulah Ayashi melihat Austin, sang preman sekolah, bersama empat orang anak buahnya.

Ayashi menguk ludah, "A--Ada perlu apa denganku?"

Austin tersenyum sinis dengan tangan di pinggang, "Kami mau bersenang-senang."

Ayashi terbelalak melihat salah seorang di antara mereka mengeluarkan tongkat baseball. Tanpa berkata apa-apa, pemuda berwajah manis itu mengambil langkah seribu. Austin dan keempat anak buahnya tersentak kaget sebelum mengejar Ayashi. Dia berlari melewati gerbang lalu melompat naik ke dalam bus yang untungnya sedang berhenti di tempat pemberhentian. Dia menoleh keluar jendela dimana Austin mengumpat ketika bus berjalan. Ayashi menghela napas lega lalu duduk di tempat yang kosong.

Bus behenti pada pemberhentian berikutnya. Ayashi turun lalu melangkah menuju sebuah toko buku bertuliskan 'Read And Write' yang berada tak jauh dari sebuah gedung besar dan tinggi. Ayashi mengganti seragam sekolah dengan seragam di toko itu setelah menyapa beberapa orang yang bertugas di toko tersebut. Setelah berganti pakaian, Ayashi bergegas ke meja kasir untuk bekerja, mengucapkan "Selamat datang," dan "Datang kembali," juga menjadi prioritas utamanya saat pembeli keluar-masuk.

Sebuah buku besar tiba-tiba menghantam meja membuat Ayashi tersentak kaget lalu segera saja mendongkak untuk melihat siapa orang kasar itu.

Ayashi meneguk ludah ketika menatapnya. Tubuhnya tinggi, sekitar 190 cm -- berbeda jauh dengan Ayashi yang hanya sekitar 150 cm --, bermata biru laut yang indah, rambut hitam kecokelatan, hidungnya mancung, bibir merah muda tipis yang sexy, serta wajah putih mulus tanpa noda maupun rambut di sekitar mulutnya. Sekilas Ayashi sempat terpana, apalagi dengan tampilannya yang mengenakan jas rapi seperti pemimpin perusahaan ataupun pejabat. Namun Ayashi segera memalingkan pandangannya lalu mengambil buku itu untuk diperiksa, berapa harganya, karena tidak sanggup ditatap orang itu. Walaupun wajahnya tampan luar biasa, pandangan matanya sangat dingin dan juga tajam sehingga bisa membuat Ayashi gugup.

"H--Harganya dua ratus dua puluh," ujar Ayashi menyerahkan buku itu setelah dimasukkan ke dalam tas belanjaan dari toko, "Tuan."

Pria itu memicingkan mata untuk melihat name tag yang terkait di sebelah kiri baju Ayashi kemudian berdecih, "Aku memang tidak suka anak baru yang bekerja sambilan di toko ini."

Ayashi mengedipkan mata, sempat bingung sebelum berdehem, "Maafkan saya jika saya belum bisa bekerja dengan baik karena saya baru dua minggu bekerja disini."

Pria itu hanya diam lalu tiba-tiba menarik kerah baju Ayashi, membuatnya tersentak dan segera memerah karena wajah mereka dekat sekali. Refleks Ayashi menepis tangan pria itu lalu mundur selangkah.

"A--Apa maksud Anda?" tanya Ayashi berdebar. Wajahnya masih memerah.

Pria itu berdehem lalu merapikan dasinya, "Memastikan sesuatu."

Ayashi menggeretakan gigi, "Memastikan apa? Dasar pria mesum!"

Beruntung toko sedang sepi sehingga tak ada seorang pun mendengar teriakkan Ayashi terkecuali pria itu.

"Kau mau bayar apa tidak?" tanya Ayashi bernada tinggi.

Pria tersebut menatap Ayashi dengan kedua tangan di saku celana, "Tidak sopan sekali kau dengan pelangganmu."

"Kau," tunjuk Ayashi, "yang lebih dulu tidak sopan kepadaku. Kau pikir aku bocah jalang?"

"Memang kau terlihat seperti bocah jalang," jawab pria tersebut, "Dasar banci."

Ayashi memanas, "Jangan kau pikir kalau kau lebih kaya, kau bisa seenaknya menghinaku!"

Pria itu melirik Ayashi, "Terserah padaku aku mau berkata apa," lalu mengambil tas yang sedari tadi diatas meja kasir, "Bisa-bisa kau dipecat hari ini juga."

"Oh, ya? Memangnya kau itu siapa?" tantang Ayashi.

Pria tersebut menundukkan badannya untuk menatap tepat ke mata hijau Ayashi, "Kau akan tahu aku siapa. Dan jika kau sudah mengetahuinya, kau dalam masalah besar, Nak."

Ayahsi hanya diam memandangi pria itu keluar toko lalu tersentak, menyadari sesuatu, "Hei! Kau belum membayar!"

Seorang wanita muncul dari pintu belakang, "Ayashi, ada apa?"

Ayashi menoleh ke wanita berbadan gemuk itu, "Nyonya Cooks? Seorang pria tidak membayar, Ma'am."

Nyonya Cooks mengerutkan dahi sambil berkacak pinggang, "Pria?"

Ayashi mengangguk, "Bertubuh tinggi, berpakaian rapi, wajahnya tampan."

Nyonya Cooks menutup mulut, "Apakah ekspresinya dingin?" Ayashi mengangguk lagi, "Jangan-jangan dia adalah Darien McDaimen, sang pemimpin perusahaan terbesar di negara ini?"

Ayashi tersentak ketika mendengarnya. Segera saja dia menggigit bibir, "D--Darimana Anda bisa tahu?"

"Ayashi," Nyonya Cooks menggeleng, "beliaulah pemilik toko ini. Dan aku merupakan orang yang dipercayainya untuk mengembangkan toko ini."

"M--Maaf, Ma'am. Aku tidak tahu," jawab Ayashi gugup.

"Memangnya apa yang beliau lakukan disini?"

"M--Membeli buku? L--Lalu... aku menghinanya."

Wanita itu terbelalak, "Kau menghinanya?"

Ayashi mengangguk pelan, "Dan dia akan mengancam aku bisa dipecat hari ini juga."

Nyonya Cooks menepuk bahu Ayashi sambil menggelengkan kepala, "Jika Tuan McDaimen memerintahkan untuk lakukan itu, maka aku tidak bisa menolaknya. Maafkan aku, Ayashi."

Ayashi tersenyum gugup, "T--Tidak apa-apa, Ma'am. Aku bisa mencari pekerjaan lain--"

Tiba-tiba ponsel wanita itu berdering dan dia segera mengangkatnya, "Halo, Tuan ... Ya, dia ada ... Baiklah," lalu menyerahkan ponsel itu pada Ayashi, "Dari Tuan McDaimen," bisiknya.

Ayashi menggeleng kuat-kuat dan pada akhirnya menempelkan ponsel tersebut ke telinganya setelah Nyonya Cooks memaksa, "H--Halo?"

"Jika kau tidak mau dipecat, besok kau harus menghadapku," suara berat dari seberang sana terdengar mengancam, "Dan jika kau tidak datang, kau akan mendapatkan akibatnya."

"B--Baiklah, Tuan McDaimen!" Ayashi segera mengakhirinya lalu menyodorkan ponsel itu dengan gugup kepada pemiliknya.

Apakah dia harus melakukannya? Apa dia harus menghadap Tuan Darien McDaimen, sang pemimpin perusahaan terbesar di negaranya itu?

Oh! Ayashi tak akan berkata kasar lagi pada orang yang baru ditemuinya. Pengalam pertama berkata kasar pada orang sudah membuatnya jera.

*****

To be continued...

----------
Halo ^.^ !

Cerita ini berkisah tentang seorang anak SMA yang bisa Reader ketahui sebagian bahasanya adalah Jepang.
Jadi, cerita ini ada tiga basah. Indonesia, Inggris, dan Jepang.

Oh, ya. Mulai part selanjutnya akan ADA ADEGAN 18 KE ATAS!!!

Jadi bagi Reader di bawah 18 tahun harap sikapi ini dengan bijak!!!

Bagaimana tentang bagian pertama ini? Membosankan? Bahasanya kurang tepat? Ceritanya gaje? Atau bagaimana? Silakan beri komentar dan saran, ya?

Vote juga komentar Reader bisa membuat Author semangat untuk melanjutkan cerita ini.

Terima kasih karena sudah sempat membaca cerita ini ^.^

Selasa, 3 Februari 2015.

* Ohayou: Selamat pagi dalam bahasa Jepang
* -chan: Sebutan untuk orang yang sudah dekat atau berpenampilan manis.
* Nee-san: sebutan untuk kakak perempuan.
* -nii: Sebutan untuk kakak laki-laki.
----------

Continue Reading

You'll Also Like

75.5K 8.3K 7
Alis pemuda itu terangkat. Dia menatap Radev dari ujung rambut sampai ke kaki. "Adek gua punya temen modelan gini ternyata." Siapa sangka yang dihada...
37.5K 2.1K 25
Selain pria dan wanita, dunia ini terbagi lagi menjadi tiga sub gender, yakni Alpha, Beta, dan Omega. Kisah dimana seorang pemuda biasa menjalani hi...
3.8M 283K 82
Warning : Ini cerita BL alias cowok x cowok. Rin cuma re-upload dari Weco, jadi kalau mau baca langsung banyak episode, baca di Weco ya guys ^^ itu...
1.6K 119 8
Seorang perwira muda Hindia-Belanda memiliki sifat "Meremehkan" kepada kaum pribumi dan rasa tegas yang tinggi. kemudian suatu hari datang seorang pe...