Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

I want all of these ends (24)

641 79 3
By elmi_wirastiti30

"Tak ada kata ampun dari sebuah hukuman, penindasan tercela juga hasrat manusia untuk saling menghabisi. Tidak ada yang tahu bagaimana sulitnya mendapatkan kehidupan, layak dan tidak dipertontonkan."

(Author ***** POV)

Sial!

Begitu dekat jarak wajah itu sampai membuat Taehyung lekat tidak percaya bahwa dia berada di depan seorang pembunuh ibunya. Siapa sangka kalau dia seperti terjebak dalam sangkar yang sama dengan manusia dia anggap kejam. Terbesit rasa ingin menusuk lambung dan hati itu hingga hancur. Membunuh perangai aslinya sebagai seorang kakak yang baik.

Adiknya bahkan masih saja dalam keadaan pulas, terlelap dalam keadaan kedua mata enggan membuka karena nyaman.

Sial!

Taehyung langsung meramalkan kata kasar dari bibirnya agar dia sadar betapa bodohnya jika dia luluh dengan sebuah kepolosan manusia. Hembusan nafas dalam tidur damai dan Jungkook tidak tahu kalau sebenarnya seorang kakak baru saja membawa dia ke kamar yang dulunya adalah kamar mereka. Taehyung melihat dimana tempat itu tidak pindah dan masih sama, hanya beberapa benda lama yang sudah menjadi pajangan dibandingkan barang pakai.

"Beruntung sekali aku menggunakan hatiku untuk membawamu kesini, aku bisa saja membuat kematian jelas di saat kau tidur. Tapi kenapa kau membuatku terkadang labil Jungkook." Suara seraknya ditambah manik mata menginginkan kehancuran besar, dia merasa jika Tuhan pilih kasih untuknya. Doanya memang selalu terlambat di kabulkan, bukan berarti dia akan menjadi  manusia Lucifer.

Meskipun dia tak menimpal jika tabiatnya sangat buruk sebagai seorang manusia yang percaya bahwa fakta adalah kebenaran.

Taehyung bangun dari posisinya yang sekarang ini, dia mendapatkan sentuhan di tangannya saat dia mencoba untuk pergi dari tempat yang sudah dia kutuk ini, mantan rumahnya. "Taehyung Hyung kau mau kemana? Kenapa kau pergi saat aku tahu kau sudah menyelamatkan ku." Suara lirih Jungkook dengan kedua mata sendu, dimana dia masih tidak percaya bahwa orang yang dia sayang ternyata satu kamar dengannya.

Namja itu hanya bisa melihat bagaimana adiknya seperti seorang gembel pengemis. Dia langsung menghempaskan tangan itu dengan kasar, dimana suara seraknya semakin tegas dengan wajah jauh dari kata kalem. "Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya Jungkook, kenapa kau bisa berfikir kalau aku peduli padamu?" Dia tersenyum tapi bukan berarti, dia tidak ingin damai meski dunia memaksanya. Dengan kedua tangan menarik kerahnya keras guna membenarkan letak itu, rasa simpati dan kasihan itu tidak ada sama sekali dalam hati besarnya.

Jungkook tahu kalau dia memang akan kalah dalam sebuah adu pertarungan, memilih bangun dengan wajah sedikit pucat dia melihat sang kakak dan kini dalam posisi yang sama saling berhadapan satu sama lain. Taehyung mencoba untuk memberikan senyuman terbaiknya, dengan sebuah foto yang dia ambil dan dia melihat bagaimana seorang anak kecil mendekap erat leher pria yang menggendongnya.

Jungkook merasa bahwa kakaknya tidak akan bisa berubah dan membunuhnya, dia tidak akan mungkin mampu melakukannya. "Aku mengenal secara baik bagaimana dirimu Hyung, meskipun kau terjepit dan di paksa untuk membunuhku aku merasa kalau kau tidak bisa." Dia terlalu percaya diri sampai membuat Taehyung tertawa terpingkal. Entah kenapa anggapan sang adik yang begitu bodoh sangatlah lucu sampai membuat dia sakit perut.

Dia tak sengaja melihat ada kamera cctv di ujung sana dan langsung menghentikan kesenangannya dengan wajah sedikit demi sedikit berangsur datar. "Jungkook, aku sangat memahami betapa sayangnya kau padaku. Aku merasa kalau kau memang bodoh memahami ku, aku ini bukan pemain pemula." Cara bicaranya santai dan memberikan bentuk tangan seperti pistol tepat di dahinya. Dahinya yang menjadi salah satu bayangan bagaimana Jungkook akan mati dengan peluru panas itu.

"Kau selalu mengatakan hal sama, tapi kenapa kau sekarang membawaku pulang. Kau bahkan rela menggendongku dengan menaiki tangga sampai ke kamar ini." Jungkook merasa senang hingga dia tersenyum di depan kakaknya walaupun kedua mata itu berkaca menahan sakit. "Lalu, apakah aku peduli padamu. Jika saja kau bisa memahami betapa aku sangat ingin menghancurkan mu kau pasti akan paham. Kenapa bisa aku menolong mu padahal aku punya balas dendam lebih, ya... Karena aku tahu betapa lemahnya adikku."

Taehyung membalikkan badan menatap ada banyak mainan lama disana, menyimpan cerita masa lalu dan jejak kebersamaan. Bukan karena dia malu atau apa, hanya saja dia ingin membuang masa lalu dan membuat cerita baru sebagai seorang yang berhasil membuat kepuasan batin. "Kau tahu betapa aku dulu sangat peduli padamu sebelum kau membunuh ibuku, bahkan aku ingin mengatakan pada dunia betapa buruknya dirimu." Dia menatap tajam namja muda di depannya itu dengan seribu kebencian.

Jungkook mencoba untuk tenang di setiap cara menatapnya. Dia melihat ada pisau tajam di atas meja disana dekat dengan tempat tidur dan lampu kamar miliknya. Dia lantas mengambilnya dan menatap Taehyung dengan wajah tak apa, ketika sekarang jarak diantara keduanya hanya beberapa saja tangan kanan itu terulur. "Jika memang begitu lakukan sekarang dan jangan mundur seperti biasanya. Aku tidak tahu bagaimana keputusanmu itu, untuk apa kau masih menunda." Jungkook seperti memberikan kata menantang pada dirinya, dia sendiri akan pasrah dan menerima apa yang terjadi.

"Seharusnya memang harus terjadi seharusnya, tapi kenapa bisa kau begitu ragu padaku. Jika memang hatimu yakin kalau aku membunuh ibu kita. Tusuk saja aku dengan pisau ini, aku tidak akan menuntut atau membalas. Buktikan padaku kalau aku memang bersalah sama seperti yang kau anggap padaku selama ini." Dari cara bicara Jungkook, nampak sekali dia tenang tanpa ada rasa ragu. Secara tidak langsung Taehyung merasa di dalam hatinya seperti tertimpa sebuah batu yang sangat besar.

Rasa sakit di bagian dada itu memang ada tapi dia tidak menunjukkan ekspresi sesuai yang dia rasakan saat ini. Melihat bagaimana Jungkook memberikan benda berbahaya itu di tangannya membuat Taehyung seakan bungkam. Jungkook melihat kedua kelopak mata dendam itu dengan ketenangan yang dia punya. "Jika aku memang salah kau pasti akan membunuhku dengan mudah, tapi jika memang itu menyulitkan mu bukan hanya aku saja yang diragukan. Orang terdekat mu juga harus diragukan, aku adikmu dan mana mungkin aku akan melakukan hal jahat itu pada ibu."

"Ibuku bukan ibumu, dia adalah wanita yang melahirkan diriku. Untuk apa kau mengatakan hal itu, aku tetap anggap kau pembunuh. Di dunia ini tak ada penjahat yang mengakui dirinya penjahat. Meski kau bicara seperti itu tetap saja aku tidak akan pernah percaya dengan apa yang kau katakan." Penekanan dalam setiap nada bicaranya, dia menerima benda berbahaya itu di tangannya. Kebanggan dalam dirinya adalah hal utama dan dia melakukannya dengan sangat mudah.

Dengan memainkan pisau itu begitu mudahnya menandakan betapa dia sangat berminat untuk bisa melakukannya. Ingin melihat darah itu berada di baju sang adik. "Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja. Aku sangat yakin kau yang jahat dan sama sekali tidak ada keraguan dalam hatiku. Kau salah jika masih menganggap ku Kim Taehyung yang lalu."

Jungkook tetap tegar meski sudut bibirnya dia berikan lengkungan santai disana. "Lakukan dan aku akan membuktikan betapa aku tidak melakukan kesalahan. Aku tahu kau butuh kepuasan makanya aku akan membiarkannya." Dengan pelan kedua mata itu terpejam, dimana dia menarik dan membuang nafas pelan begitu pasrah. Hatinya sakit tapi sudah biasa, bukan kebiasannya kalau  dia menangis di depan orang secara pribadi. Tapi entah kenapa rasa sedih akan selalu ada ketika kakaknya saja tidak selalu merasakan ketenangan.

Kakaknya hanya ingin membunuhnya, kisah dimana Taehyung ingin membunuh Jungkook dalam kuasanya sebagai seorang pembunuh berotak.

"Kau akan menyesalinya ketika memberiku sebuah kesempatan. Tapi, aku memang akan membunuhmu dan selalu menjadi janji yang akan aku tepati." Pisau tajam dengan ujungnya runcing, siap menyobek bagian perut itu sampai berdarah.

"Bersabarlah, rasanya tidak akan sakit. Hanya sebentar dan kau akan bangun di surga." Taehyung tersenyum jahat, dia tampan tapi jahat. Bukan karena dia kerasukan tapi kewajaran hatinya yang telah mantap untuk menuju intinya.

"Aku menyayangi dirimu Tae Tae hyung." Jungkook membuang nafas, bisa saja dia akan langsung ke akhirat saat tusukan itu akan menimpa dirinya. Tangan Taehyung sudah gatal dan senyumannya seperti seorang Joker.

Craaasshhhhh!

"Kim Taehyung, kau melalukan kesalahan datang kesini sendiri. Jungkook, apa kau baik saja?"

Deg!

Kedua mata itu terbuka secara cepat saat dia mendengar suara seseorang seperti berada di depannya. Punggung seorang namja dengan gerakan kedua kaki seperti kuda-kuda yang menahan serangan lawan. "Hobi hyung, apa yang kau lakukan? Kenapa kau ada disini?!" Jungkook seperti tersulut emosi sampai nada bicaranya seakan tegas. Hoseok merasa sedikit aneh dengan sikap Jungkook yang nampak berlebihan sekarang.

"Jungkook dari cara bicaramu kau seperti tidak suka akan kehadiranku. Kau kenapa?" Dengan sekali senggol, pisau itu dia belokkan tak peduli jika tangannya terluka. Tubuh Taehyung tentu saja ikut jatuh ke samping juga, dimana dia sudah siap dan jatuh bertubrukan dengan sofa empuk disana. Tak menimbulkan rasa sakit yang besar hingga akhirnya dia menatap langit kamar dengan nafas pelan keluar dari hidungnya.

"Oh astaga, sepertinya aku gagal lagi. Memang pisau tidak berguna, akan lebih berguna kalau aku memakai pistol." Dia memahami situasi dimana dia juga melakukan tempat pembunuhan di kamar tergetnya, tak menampik jika darah pengawal itu yang melapisi pisau dapur itu.

Sementara itu Hoseok mengabaikan keberadaan Taehyung dan memperhatikan keadaan Jungkook dengan raut khawatir. "Jungkook kau tak apa? Maafkan aku karena tidak menjaga ketat seperti biasanya. Aku tidak akan mengambil cuti jika tahu kalau begini jadinya." Dia nampak sangat ketakutan dimana Jungkook merasa bahwa ini semua terasa sangat berlebihan.

"Aku yang menginginkan ini semua Hyung, aku ingin Taehyung Hyung menusukku agar dia puas. Dia tidak akan bisa tenang dan-"

"Ngomong-ngomong aku ingin keluar, aku tidak mau mengganggu kekompakan kalian. Pengawal bajingan kau malah membuat usahaku akan semakin runyam." Taehyung langsung nimbrung dan hal itu tak disukai oleh Hoseok. Kenapa bisa dia mendapatkan musuh seperti Taehyung dan itu merupakan sebuah musibah.

"Jungkook, aku bisa saja membencimu jika kau bertindak bodoh dan kau Kim Taehyung, aku akan mengawasi mu selamanya!"

Hoseok langsung menahan gerakan Taehyung dengan membawa lengan itu di belakang punggung. Membuat Taehyung menampilkan wajah santai tapi keberatan saat tangan seseorang sembarangan menyentuhnya dengan asing. "Keluar atau aku pecahkan kepalamu." Hoseok tidak akan peduli lagi dengan keberadaan Jungkook disampingnya.

Mana peduli dia dengan kata ampun.

.

Wonwoo terbangun di malam hari, dia ingin menemukan sebuah data penting dan informasi dari tempat ini. Kebetulan sudah malam dan ini kesempatan dia untuk bertemu dengan seseorang yang anggap saja sudah mendapatkan dirinya secara penuh sebagai budak setia. Bayarannya terlalu besar sampai sulit meninggalkan bos besar itu selain dia diutus menjadi mata-mata perusahaan.

Namja berwajah tampan dan manis itu melepaskan kacamatanya, dia berada di suatu tempat dan bukan kantor kerjanya. Dia sampai pada sebuah pintu dengan bangunan rahasia di balik tumbuhan hias menutupi pandangannya. "Sudah lama aku tidak disini, aku sangat rindu tempat ini. Penghasil uang kesayanganku, apa kabar dirimu?" Dia mengusap komputer besar miliknya, ada begitu banyak pemindai di sini dan jika bukan orang bersangkutan masuk ke dalam tempat ini. Dipastikan dia akan terjebak dan tidak mudah untuk keluar dari tempat ini.

"Aku pikir kau akan betah disana karena kudengar bos barumu sama kayanya denganku. Kau juga berubah menjadi lebih rapi, biasanya kau sangat brutal dan berantakan." Seseorang memberikan sapaan di dalam sana, dia memakai baju hangatnya dan mengawasi sekitar di balik monitornya. Sepertinya ini rekaman pengintai yang sengaja di pasang secara rahasia.

"Kau sudah pintar melakukannya, aku harap kau bisa membuat kepuasan di misi selanjutnya." Dia bicara dengan nada ramahnya sembari memberikan satu botol Soju kesukaan anak buahnya itu. Wonwoo merasa dia seperti mendapatkan suguhan dari seorang ayah dan menerima nya dengan senang hati. "Yeah, tapi aku juga tidak bisa bebas disana. Terlalu banyak peraturan dan satu lagi seseorang begitu hati-hati karena Yoongi adalah ketua yang awas." Wonwoo menjelaskannya dengan wajah kecutnya, dimana dia merasa lidahnya akan kaku jika tidak segera menelan ludahnya.

Pria itu merasa kalau Wonwoo mengeluh padanya, dia juga sangat respect dengan usaha namja muda itu. Melihat bagaimana beberapa pekerja lainnya masih sibuk dengan pekerjaannya membuat pria itu yakin kalau tempat itu dijaga selama 24 jam. Sangat ketat dan dia juga kagum dengan cara kerja bos besar itu.

"Bos, aku ingin tahu. Soal Kim Seokjin..." Wonwoo ingin tahu hal ini, tapi dia melihat bagaimana ekspresi pria itu menjadi sedikit tegang dalam keadaan diam.  Dia juga melihat bagaimana gerakan tangan itu seperti tidak seasyik tadi, padahal dia tahu kalau sebenarnya pria itu pecandu berat sebuah rokok. Hingga akhirnya dia merasa menang dengan apa yang dia lihat sekarang. "Apa yang kau bicarakan tadi? Kenapa kau ingin tahu soal Kim Seokjin?" Pria itu tampak tidak nyaman dimana tangan itu memainkan bungkus rokok disana.

Ada beberapa mata yang menciptakan sebuah kegugupan. Wonwoo semakin riang saja saat melihat bagaimana pria itu tampak tidak suka dengan pembahasan yang akan terjadi ini. "Ya, tapi aku sangat penasaran. Dia sudah menyelematkan kami dari daya ledakan seorang musuh, dia sangat handal dalam maniak virus." Memuji dengan sedikit kemenangan dan dia senang ketika Wonwoo mendapatkan saingan hebat dan baru. Merasa tidak nyaman tapi dia sadar diri jika Tuhan menciptakan manusia itu banyak macam dan banyak akal.

Pria disana terdiam sejenak dengan meminum vodka nya,  "kau memang orang seperti itu ya. Tapi jangan kaget jika aku mengatakan kalau orang yang kau maksud adalah putraku." Membanggakan diri dan tersenyum saat pemuda itu menyemburkan minumannya. Beruntung tidak mengenai wajahnya melainkan layar dasar komputer. Background disana nampak alami dengan gelembung air di dasarnya, Wonwoo mendapatkan tekanan dari belakang punggungnya.

Berdahak sebentar dan melihat betapa gilanya dia bertemu dengan keturunan tuan utamanya. "Apakah anda bercanda, orang yang bernama Kim Seokjin adalah anak anda. Tapi aku tidak melihat bahwa kalian begitu mirip." Terlalu santai hingga dia dianggap sebagai pemuda kurang ajar, tapi kenyataannya dia sudah dianggap sebagai anak sehingga tidak mendapatkan kemarahannya. "Sudah ada banyak orang mengatakan hal itu mengenai kemiripan ku dengan anakku, lalu kenapa kau malah begitu tidak percaya dengan aku katakan." Salah satu alis itu terangkat, dia begitu menyepelekan. Hingga akhirnya dia memberikan satu buah amplop sebagai pembayaran soal gajinya.

Wonwoo mengerti hingga lengkungan kurva itu muncul di wajah tampannya dia mengecek banyak sekali gepokan uang di dalamnya. Bersiul senang saat dia bisa mentraktir calon kekasihnya dengan apa yang dia mau. "Aku paham bagaimana bisa kau menyembunyikan anak sehebat itu. Dia bisa menjadi salah satu pengawal yang hebat, lalu menjadi ketua mengalahkan si pria sombong Min itu." Kepalanya terasa berat dan dia menyandarkannya pada kursi di belakangnya.

Pria itu mengambil rokok itu dan menghabiskan tiga sebelumnya, dia sangat kehausan akan candu nya dan menyaksikan bagaimana pria disana sangat menikmati alunan musik klasik yang sengaja dia hidupkan. "Oh kau tidak suka dengan pria itu ya. Aku kira kau akan menjadi anak buah yang baik sementara dia akan memberikanmu bonus." Membayangkan bagaimana Wonwoo akan menjadi kaya dari dua pihak sepertinya akan menyenangkan. Tapi tetap saja seorang pria yang loyal akan tetap setia dengan atasannya.

"Omong kosong aku melihat dia orang penuh perhitungan dan pelit. Bukannya aku tidak sopan tapi kebenarannya begitu, terlebih saat dia memang bisa memahami situasi dengan tepat, rasanya lucu orang yang seperti lintah uang mendapatkan karunia pandai dan cakap dalam taktik." Wonwoo mengetik data barunya dimana dia harus melengkapinya.

"Itulah hidup, sama seperti yang di dapat oleh putraku. Dia pintar dan cakap tapi lemah dalam keberanian. Bahkan anak didik ku lebih berani dibandingkan dia." Ada rasa bangga dan itu tidak wajar, Wonwoo menyadari jika seorang anak kandung dibandingkan oleh orang lain. Dia pernah mengalaminya dan terasa sakit memang. Bagaimana lagi, dia sendiri juga tidak berani bertanya lanjut.

Sampai akhirnya....

"Tolong katakan padaku, apa saja dan bagaimana Seokjin membantu kalian. Aku saja terkejut dengan apa yang kau bilang tadi, terdengar tidak mungkin saat putraku benar-benar melakukan hal itu."

"Anda sangat penasaran tapi di satu sisi tidak ingin tahu mengenai seorang anak." Rasanya lucu dan dia terpingkal dengan tawa keras. Wonwoo menutup wajahnya dengan majalah di situ dan memejamkan matanya sejenak. Tapi bibirnya masih cakap dalam bicara. "Aku akan katakan mengenai anakmu, tapi bisakah kau membelikan ku keperluan lainnya? Aku tidak bisa belanja bebas bos. Kau tahu, disana sangat ketat, bahkan celana dalam saja harus di scan."

Wonwoo merasa jika tindakan itu memang disengaja agar tidak ada pengawal yang menjadi pemberontak. Dia yakin bahwa di dalam sana ada juga sama seperti dirinya tapi belum ketahuan. Apalagi...

"Tergantung, jika kau bisa memastikan apakah si tuan muda tidak memegang lagi kekuasaannya. Kau harus ingat tujuanmu, karena fokus mu untuk Jungkook."

Tenang.

Dia sama sekali tidak menjawab hanya deheman datar. Melihat bagaimana keadaannya, Jungkook memang utama yang harus dilindungi dengan benteng kaca besar dan penuh senjata.

"Aku kagum dengan sistem mereka, pemuda yang bernama Jungkook itu. Sepertinya sangat spesial, ada juga musuh abadinya yang merupakan keponakan anda. Ini menarik, sangat menarik...."

.

Hoseok merasa tidak terima dan wajah amarah itu ada walau sekarang Jungkook sendiri yang membalut luka itu dalam keadaan diam. Dimana dia juga memberikan sebuah bukti bahwa masih ada yang peduli, seorang pengawal tidak punya hubungan kandung dengan dirinya sedikitpun. "Jungkook aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku jika sesuatu hal buruk terjadi padamu. Bagaimana mungkin bisa saat aku melihat dengan jelas bahwa kau menyerah begitu saja pada bajingan itu." Hembusan nafas kesal dimana wajah dingin itu tampil. Si pengawal seperti kehilangan matahari dan terbenam cukup dalam di arah barat.

Jungkook merasa dia sudah banyak merepotkan berbagai pihak termasuk ayahnya. Dia sendiri juga enggan jika banyak korban jiwa karena dirinya. Jungkook tidak mau durhaka tapi dia sendiri merasa kalau keputusannya datang berdasarkan kewarasan. "Tapi aku ingin membuat Taehyung Hyung bisa melupakan masalahnya."

"Tapi bukan berarti melakukan hal itu, apa yang aku lakukan akan sia-sia. Menjagamu adalah tanggung jawabku sebagai seorang kakak. Tapi kenapa kau begitu peduli dengan seorang penjahat. Aku sangat minta padamu, jangan seperti ini." Suaranya memelas dimana Hoseok merasa kalau Jungkook harus intropeksi. Dia tak peduli dengan lukanya dan rasa dongkol semakin terasa saat Jungkook mendongak kepalanya dan melihat bagaimana Hoseok mengacuhkan dirinya.

Dia pergi tanpa peduli bagaimana yang muda itu menangis. Melenggang begitu saja saat pria itu semakin menjauh. "Hobi hyung, sungguh aku hanya ingin membuat semua baik saja. Bahkan aku memikirkan bahwa kau bisa saja dalam keadaan sekarat dan aku tidak mau hal itu terjadi padamu Hobi Hyung." Jungkook hanya berfikir ingin terbaik, dimana kedua mata itu semakin menutupi rasa bersalahnya. Rasa bersalah yang sangat besar. 

"Pikirkan saja bagaimana ayahmu usaha keras untuk melindungi mu Jungkook. Jangan pikirkan hal tak penting seperti Kim Taehyung."

Pintu kamarnya langsung tertutup, meninggalkan seorang Jungkook dalam rasa penyesalannya sendiri. Dia merasa sesak di dada hingga beberapa kali lagi dia akan menangis.

Terlambat!

Dia tidak bisa menahan rasa cengengnya. Sampai akhirnya dia berfikir kalau memang ayahnya melindungi dirinya demi kepentingan dirinya atau memang agar harta itu masih ada?

"Kau tidak bisa paham bagaimana perasaanku yang hancur saat aku tahu kakakku menjadi monster."

Jungkook bingung apakah dia harus menyalahkan pengawal itu, bahkan dia tahu bahwa sebenarnya orang yang Taehyung curigai bukan dirinya.
Meski dia bicara ratusan kali untuk meyakinkan sang kakak, tetap saja. Anggapan dia adalah....

Dirinya selalu salah.

.......

TBC...

Inilah kisah singkat ku, semoga saja bisa membuat rasa penasaran kalian berkurang. Aku tidak akan memaksa kalian mencintai karya yang aku tulis dan kisah ini.

Tetap semangat dimanapun kalian berada, aku sangat senang dengan kehadiran kalian. Bagaimana pun kalian adalah semangat yang paling aku tunggu.

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

25/01/2021

Continue Reading

You'll Also Like

53.3K 6.6K 29
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
78.4K 6.4K 16
Taehyung kecil yang memiliki penyakit jantung harus rela meninggalkan Seoul dan pergi ke desa untuk kesembuhannya, karna ibunya tidak memiliki cukup...
6.8K 979 8
Bagaimana Jadinya jika Seorang Mafia Jatuh Cinta Pada Seorang CEO Tampan yang ternyata Lebih Muda Darinya, dan Apakah CEO itu bisa Menerima Cinta Maf...
172K 8.4K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...