Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

So my Lie (23)

714 71 9
By elmi_wirastiti30

"Keluarga adalah cinta dan cinta adalah pengkhianatan saat jalur setan mengarah. Lalu apa definisi jahat menurutmu?"

(Author ***** POV)

Dulu dia dirawat dengan cinta tapi sekarang tidak lagi, dia dulu dimanja tapi sekarang ditinggalkan. Saat itu dia selalu perhatian dan mendapatkan kasih sayang tapi sekarang dia mendapatkan tantangan dan benci. Ada banyak hal yang sudah menjadi tandu untuknya. Kehidupannya ditempa begitu kuat sampai dia menjadi tangguh seperti sekarang.

Bukan dia yang salah tapi karena dia terlahir di atas keluarga kaya raya yang miskin hati. Itu menurutnya, karena selama ini dia sudah banyak mengalah termasuk mendapatkan seorang adik yang tak datang dari rahim yang sama seperti dirinya. "Ibu, aku tahu kalau aku bukan Taehyung yang dulu. Aku merindukan kasih sayangmu, kenapa nasib kita begitu malang ibu. Apa yang tak aku ketahui dan apa yang ibu ketahui?" Betapa hancur hati dan betapa sesak jiwanya sekarang. Dia seperti namja tersesat dan tak tahu harus pulang kemana.

Tapi peluang selalu ada untuk membuat dia menjadi seorang penjahat. Dia bosan dengan suasana malam yang sama saja dari atas jembatan, dia ingin melihat dari atas gedung tertinggi seperti menara Tokyo atau menara Eiffel. Dia memang tidak pernah keluar negeri, tidak sekalipun kecuali jika keinginannya untuk membuat satu orang mati.

Manusia yang membuat dia resah sepanjang hidup, dia ingin mencoba rokok tapi pola hidup sehat sudah memberikan ajaran pada dia karena masih muda. Hanya permen rasa asam yang menjadi pondasi dia untuk menahan rasa bosan dari lidah. Dia melihat sungai Han dengan khidmat tanpa tahu bahwa sebenarnya seseorang sudah mengamatinya dari kejauhan.

"Taehyung, rupanya kau sering kesini ya."

Bukan satu orang tapi sebenarnya dua orang. Dan keduanya masih berhubungan satu marga dengan pria di bawah sana. Diantara jaket tebalnya dan nafas hangat hingga mengeluarkan nuansa asap tipis ke udara dari hidung dan mulutnya. Seokjin tidak akan sangka kalau adik sepupunya tidak akan memakai jaket tebal dan hangat guna melapisi tubuh kurusnya dari dingin.

Dia sendiri mengeratkan pakaian tebalnya dan tak sanggup jika harus memakai kaus tipis seperti itu. Tubuhnya menggigil dan gerakan tangan mengusap agar telapak tangan itu panas. Kim Seokjin mencoba menjaga Taehyung dari jarak jauh dan terlunta, seperti ini tugas aslinya yang kebanyakan orang tidak tahu. Jika Jungkook punya pengawal maka anak pertama itu juga hanya saja orang itu dari kerabatnya sendiri.

"Jin, aku harap kau tidak merusak rencana ayah selama ini. Aku akan membuat mu mengerti untuk apa aku melakukannya. Anggap saja ini demi kebaikan kita juga." Seorang ayah berada di sampingnya, kedua netra tuanya melihat bagiamana cantiknya lampu bangunan di seberang sungai disana. Tak ayal kalau tempat ini menjadi destinasi wisata kembang api saat natal dan tahun baru.

Tubuh itu tak lagi bergetar karena menahan dingin, namja itu seakan urung menunjukkan kelemahan dia pada sebuah musim. Tanpa menjawab ataupun bergumam, suasana menjadi sepi tanpa suara. Hanya asap rokok dari sang ayah yang masuk begitu saja lewat lubang hidungnya. Satu menit kehidupan menghilang dari satu hisapan rokok di sana, tapi sang ayah memang tidak peduli hal itu.

"Appa, apakah sampai selamanya appa akan bergelut dengan rokok?" Seokjin akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, dari sedikit rasa takut terbesit rasa bersalah entah kepada siapa. Dia ingin kehidupannya normal seperti mereka bahkan ingin menjalin hubungan dengan seseorang saja dia tidak mampu. "Jangan alihkan pembicaraan nak itu tidak baik, kenapa kau begitu merepotkan hal saat ayah merokok. Aku sudah kecanduang sejak aku pensiun dan kau harus paham hal itu." Kepulan asap nikotin membuat dia menahan dengan kuat. Jika dia terbatuk maka Taehyung tahu bahwa dia berada di sekitarnya.

Bulan saja tidak rela hingga menutupi dirinya dengan awan di malam hari, lalu kenapa seorang anak rela menjadi wadah dan saksi bahwa ayahnya mencari penyakit? Majemuk sekali sampai hal tak terlihat pun tak bisa dijelaskan dengan ucapan dan tak mampu dilihat dengan teleskop.

Seokjin membasahi bibirnya yang terasa kering dia menatap kedua mata ayahnya dari samping. "Aku mengerti ayah, bagaimana mungkin aku akan merusak keinginan ayah. Walau aku tahu ini salah dan membuat salah satu pihak mengalami kerugian. Tapi ayah sebenarnya.... Jauh di lubuk hatiku aku merasa tidak akan bisa lama seperti ini." Seokjin seperti ibunya, dia memiliki hati sedikit mellow. Itulah mengapa Taehyung berani sekali mengatai dia dengan sebutan kakak yang cengeng alias gembeng.

Lirikan sang ayah berhasil membuat tubuhnya bagaikan sebuah patung di pusat kota. "Tapi ayah tidak ingin melihat kegagalan mu, aku sudah bilang padamu. Kalau kau berhasil maka kita bisa membawa ibumu pulang, apa kau tidak mau?" Ayahnya menjadi lebih tegas dan galak padanya tapi kebiasaan itu bisa diatasi tanpa Taehyung tahu. "Aku tentu saja ingin, tapi apa tidak ada cara lain ayah? Aku tidak enak saat Taehyung peduli padaku dan membelaku tepat di depanmu. Ayah juga melihat sendiri bagaimana Taehyung sekarang, aku takut menjadi orang paling jahat." Rasa gugup itu ada hingga dia hanya berani melihat di bawah kakinya. Tangannya entah kenapa merasa lemas dan usapan tangan kiri menjadi semangat dirinya untuk bisa berdiri tegak di depan ayahnya.

"Jangan sekali-kali menundukkan kepala di depan ayahmu Kim Seokjin!" Ayahnya hampir lupa jika suaranya bisa saja membuat salah seorang tahu. Tapi Taehyung tidak ada disana lagi, seakan keduanya kehilangan manusia itu. Tidak masalah dan Seokjin dalam hatinya bernafas lega karena Taehyung tidak akan ada yang tahu soal pembahasan ini. "Maaf appa, aku hanya takut padamu. Karena aku selalu ingin membuatmu bangga."

Kedua matanya seperti manik kaca, dimana hendak menjatuhkan air mata. Dia ingin menangis tapi ditahan sekuat kepalan di tangannya. Sampai akhirnya dia merasa bahwa gugup dalam dirinya semakin menjadi. Ayahnya menepuk pundak itu agar tegap, dia tidak suka anaknya menjadi seperti pengecut. "Tapi appa tidak ingin kau lemah seperti ini, jika kau mau membahagiakan diriku. Lakukan sampai akhir dan buat appa bisa mendapatkan keinginan appa di masa muda. Jika appa gagal setidaknya kau tidak anakku." Dia menepuk pundak itu sebagai tanda sayang, pada saat bersamaan dia mendorong tubuh anaknya dalam pelukan seorang kepala keluarga.

Seokjin terbelalak saat dia merasakan hal ini secara tiba-tiba. Dia terkejut, tentu saja. Terlebih saat Seokjin merasakan tepukan hangat kasih sayang yang bisa dibilang cukup lama. Tapi dia bernasib malang karena tidak tahu bahwa ayahnya melakukan hal ini untuk tujuan lain, dimana tatapan ayahnya ke depan. Suara seseorang membuyarkan kebahagiaan kecil yang sempat terulas di bibir tebal milik Seokjin.

"Sudah berapa lama kau ada disini Taehyung, rasanya sangat terkejut saat melihat kedatangan mu disini." Pria itu menjadi lebih ramah dari sebelumnya, membuat siapapun menjadi terkejut. Seokjin menoleh ke belakang dan melihat seseorang disana tengah berdiri dengan permen di mulutnya. "Eh Taehyung... Ah aku tidak tahu kalau kau disini. Apakah kau tidak dingin saat melihat pakaianmu aku yang malah merinding hahahaha!" Seokjin terpingkal dengan kedua tangan memeluk dirinya sendiri. Dia malah diterpa angin selatan sampai rambut poninya bergerak sampai menunjukkan jidat itu.

Taehyung tersenyum menyengir seperti orang bodoh, dimana gigi itu nampak di senyum kotak menawannya. "Oh hai ternyata kalian ada disini. Lalu apa yang membuat ayah dan anak akur seperti sekarang, rasanya sangat senang melihat kalian seperti ini hahaha..." Taehyung mencoba untuk membuat lelucon dia melihat bagaimana wajah pria tegas disana sama sekali tidak menanggapinya dengan menyenangkan. "Memangnya ada masalah padamu jika kami ada disini.

Taehyung sedikit tidak suka pertanyaan itu tapi dia berani menjamin kalau sebenarnya yang dia lakukan ini adalah tindakan wajar. "Tidak, aku hanya terkejut jika paman dan kakak sepupuku ada disini. Ini tempat favorit ku, dimana aku bisa melakukan hal sesukaku tanpa ada yang tahu."  Dia merentangkan tangan dan menyambut kedatangan angin di tubuhnya. Wajah seperti anak kecil saja tapi malah berlainan dengan Seokjin yang semakin menggila badannya. Dingin sampai rusuk dan perasaan dimana dia semakin tidak beraturan membuat giginya tanpa sengaja berbunyi. "Oh astaga, sebaiknya kita pulang. Bagaimana kalau aku membeku disini Taehyung kakak minta agar kau pakai jaket jangan pakai baju tipis begitu."

Ada nada tidak suka saat Seokjin mengatakan hal itu dia melakukannya karena memang dia sayang bukan lainnya. Tapi sang ayah malah seperti membanting kepercayaannya melalui tatapannya.

"Jangan lupa bagaimana dengan batasan mu Kim Seokjin." Siapa yang akan kuat jika mendapatkan tatapan seperti itu. Bahkan Seokjin tidak bisa tersenyum dengan murni, Taehyung terampil dan dia malah menghampiri Seokjin dengan senyum santainya. Rangkulan seorang adik bagaikan seorang penyelamat, aura rasa bersalah semakin menguar di tubuh Seokjin. "Ayolah Hyung jangan kaku, aku ada disini. Dan ayahmu dia tidak akan memukul anaknya yang sudah dewasa." Ucapan penuh kemenangan dimana dia merasa bahwa dia bisa mengandalkan kakak sepupunya begitu pula sebaliknya.

"Taehyung kau melakukan ini dengan sengaja kan? Bagaimana kalau ayah tahu dan dia marah?" Seokjin merasa bahwa suasana di tempat ini menjadi asing. Dia sedikit takut tapi adiknya sangat santai, hingga pada akhirnya Taehyung memaksa agar Seokjin tidak sama sekali menoleh ke belakang sana. "Sudah jangan menoleh, kalau kau lakukan itu artinya kau kalah." Dia mengusap rambut itu tanpa peduli bahwa setiap benangnya akan berantakan.

Semakin besar rasa bersalah itu semakin menderita di dalam hatinya.

.

Namja itu tak bisa tidur dengan nyenyak di kamarnya. Salah satu kamar berukuran luas dan dibagi menjadi beberapa ranjang untuk masing-masing orang. Bukan karena dia suka bergadang, dia bahkan tidur dengan nyenyak setiap harinya kecuali hari ini.

Dia memilih keluar dengan sekaleng soda di tangannya. Kemelut pikiran was-was dan malam ini bukan malam baik karena menurutnya hawa cukup membuat gerah setiap manusia. "Kau tidak tidur? Jangan seperti burung hantu juga setelah kau biasanya seperti burung elang." Dia menimpal dan itu Yoongi. Seorang ketua yang ambisius dan tidak mau kalah tapi sering mengalah dengan anak buahnya jika itu diperlukan. Hoseok menanggapi hal itu dengan senyuman tipis, dia membawa dua kaleng soda dan satu untuk ketua yang terkenal galak itu.

"Terima kasih tapi aku heran kenapa kau bisa datang mendadak, siapa yang menculik mu. Bahkan tuan muda sampai menangis hebat demi mendapatkan pengawalnya lagi." Dia menegak minuman itu sampai habis, kerongkongan itu asam dan Yoongi merasakan lambungnya bergejolak sekarang. "Panjang ceritanya, apakah kau mau mendengar sampai akhir?" Hoseok memberikan penawarannya, dia tentu tidak mau sekedar melakukan dongeng kecil semata. Harus ada hal lainnya untuk bisa membuat Yoongi tidak bosan seperti mentraktir dia makanan.

"Apa kau mau makan malam banyak? Aku lapar dan kebetulan ingin mentraktir." Melakukan hal kecil seperti pamer, di bagian dia tersenyum dengan hangat.

"Kau sedang dapat gaji besar ya?" Yoongi bersiul senang dia mendapatkan peluang besar seperti ini. "Iya, dan aku cuti tiga hari makanya aku ajak kau makan dan mau menceritakan sebagian masalahku. Itulah mengapa aku ingin mengajakmu karena kau orang yang rasional." Pujinya senang dia sendiri juga tidak akan membedakan semua temannya tapi Yoongi memang beda menurutnya. Dia juga tidak akan mungkin menjadi orang yang munafik seperti yang sudah-sudah.

,

Jungkook melihat ada begitu banyak pesan masuk dalam emailnya. Satu jam lamanya dia memilah pesan sampai kedua matanya mengantuk, dimana pupil itu nampak mengecil. Beberapa kali mulutnya menguap dan beberapa kali juga dia hampir jatuh membentur meja kepalanya. Bukan karena dia ingin membuat dirinya sakit tapi pesan lama yang belum dia baca dari sang ibu membuat dia sedikit penasaran.

Sudah hampir seratus pesan dia baca dan akhirnya pesan terakhir di depan matanya. Ketika mau membuka koneksi internet mati dan membuat pesan itu tak bisa dibuka. "Eh kenapa malah tidak bisa dibuka? Apa Wifi-nya mati?" Dia mencoba membuka setelan ponsel dan ternyata benar jaringan koneksinya habis dan membuat Jungkook akhirnya menyerah. Padahal ini adalah hal penting untuk mencari tahu.

Selama ini di belakang layar dia mencoba untuk mencari bukti itu, tapi kenapa terasa sangat sulit? Dia menjatuhkan diri ke depan sampai mukanya menyentuh bantal. Wajah pucat nya benar-benar kelelahan. "Seharusnya aku harus dapat sekarang tapi kenapa malah tidak, bagaimana bisa aku seteledor ini. Kalau aku tidak bisa menemukannya kakak tidak akan pernah percaya. Aku ingat sekali kalau aku tidak membunuh, aku justru takut jika memegang senjata."

Dia sedih tapi tak ada yang tahu selain dirinya, dia bingung dan kepalanya buntu hanya dia yang tahu. Hoseok? Pengawal itulah yang selalu mengerti dirinya. Sampai setiap nafas masalahnya saja pengawal itu yang tahu, Jungkook bagaikan seorang adik kandung dimana dia akan selalu menjadi semangat orang itu.

"Selama ini aku berusaha dengan keras, aku juga tidak ingin warisan appa. Tapi kenapa appa selalu memaksa, andai saja Taehyung Hyung disini dia yang seharusnya dapat dan bukannya aku." Dia memainkan jemarinya diatas bantal. Perasaannya semakin kacau saja saat dia tidak bisa menangis seperti biasanya. Kata orang laki-laki tidak boleh menangis tapi dia sendiri menangis. Dia tidak pandai menyembunyikan perasaan walau sesakit apapun.

Bahkan terlalu banyak penyesalan yang sudah Jungkook buat.

"Bisakah waktu di putar dan aku mencoba untuk memperbaiki semua dengan benar?" Dia memperhatikan jam di dinding dan waktu berjalan maju. Percuma saja karena apa yang dia harapkan sebuah fantasi tidak akan mungkin terjadi di dunia nyata. Fantasi?

Berharap jika semua itu akan terjadi dengan indah, jika saudara saja bisa putus hubungan bagaimana dengan lainnya?

"Apakah aku harus mencari Hobi Hyung ya? Sebaiknya aku temui dia, sepertinya dia memang cocok untuk diajak ngobrol. Aku akan traktir dia ramen. Tapi...." Jungkook menunduk sebentar dan melihat pintu kamarnya, dia saja tidak tahu dimana orang itu sekarang. Kaki telanjangnya merayap diatas lantai dia memakai sandal kesayangan dengan bulu kelinci di atasnya. Dia mendapatkannya di Kanada dan sekarang Jungkook merasa bahwa dia seperti seorang anak kecil.

Rumah nampak sepi dan beberapa ruangan telah mati lampunya, sepertinya banyak yang sudah tidur karena waktu menunjukkan pukul sembilan malam. "Oh appa sudah nyenyak sepertinya. Tapi kenapa pintunya tidak tertutup ya, sepertinya beliau belum tidur. Ah... Sebaiknya aku memastikan atau nanti aku kena marah karena ketahuan." Sebisa mungkin cara jalannya cukup perlahan.

"Appa aku ijin keluar rumah ya." Sedikit terkekeh dimana wajah polos itu tersenyum dan tertawa selanjutnya. Dia merasa bahwa ayahnya lemah dalam menahan kantuk, kini dia berada di luar dengan gerbang depan yang belum dijaga. Kemungkinan para penjaga sedang bersantai sembari meminum kopi.

Tapi bocah itu tidak tahu saja bahwa seseorang tengah mengawasi nya dari atas kamar. Jendela menjadi saksi dan jendela menjadi pembatas dirinya dalam penglihatan. "Anakku kenapa kau keluar malam, apakah kau sedang menemui seseorang. Sebaiknya aku minta Jang Sook untuk mengintainya diam-diam. Dengan cekatan dia mengambil ponsel dari kantung celananya, dia masih serius menatap anaknya dan mempertimbangkan semuanya.

"Ikuti anakku beri informasi apa saja yang dia lakukan. Jangan sampai kau kehilangan jejak, dan jika ada Taehyung di dekatnya lakukan saja kekerasan dan tembak dia. Kau tahu aku tidak punya anak bernama Kim Taehyung. Dia cukup berbahaya untukku." Pria dengan kacamata di wajahnya, dan sama sekali tak peduli jika sesuatu terjadi dan masalah baru lahir. "Bagus, aku tunggu dan jangan sungkan. Aku harap kau bisa aku andalkan."

Pip!

Jungkook tidak tahu bahwa ada jutaan mata sendang mengawasinya. Nasib seorang calon pemimpin tunggal memang luar biasa. Begitu banyak perlindungan begitu penting nyawanya sebagai pemegang tahta. Tak ada ampun bagi mereka yang ingin merebut, bahkan pria itu baru saja melempari salah seorang dengan pisau hingga kepalanya tertancap benda tajam itu. "Berani sekali, kau sudah mati. Jangan ganggu anakku dan kau menyesal dengan istri dan anakmu yang pasti sekarang bersedih.

Dia sebenarnya siapa? Kemampuannya seperti seorang panglima handal.

,

"Aigu, kenapa aku tidak menemukan Hobi Hyung. Ini sebenarnya GPS mengarah kemana sih? Padahal aku sudah mengikuti nya dengan benar." Bocah itu bergumam, dia menggunakan celana pendek dan baju kausnya. Siapa sangka kalau dia seperti orang yang hilang dengan kedua mata sedikit mengantuk. Oh astaga.... Sang Dewi tidur sudah meminta pada dirinya untuk segera istirahat. Tapi Jungkook masih kekeh dengan tujuannya, dia ingin menemui Hoseok dan menceritakan semua keluh kesahnya.

"Sepertinya ini arah ke rumah makan deh. Apakah dia sedang makan, kalau begitu aku juga makan deh biar Hyung tidak curiga." Dia tersenyum sendiri, senyuman manis dengan dua gigi kelinci menghiasi wajah polos dan tampannya. Rambut hitam itu sudah berantakan karena angin dan kendaraan lalu lalang melewati jalan raya di sebelah barat. Cukup jauh dari Jungkook berada di jalan alternatif dan setapak.

Dia hanya tidak tahu kalau seseorang berada di belakangnya untuk mengikuti dirinya. Karena jam tangan dia pakai terlihat mahal dan membuat beberapa orang berfikir bahwa mangsa sudah datang. "Hei, beraninya kau melintasi batas wilayah kami!" Suara keras itu membuat langkah kaki menjadi kaku. Bukan hanya itu saja banyak orang yang mendekati dirinya dengan kepungan berbentuk lingkaran.

Wajah garang khas preman. Mereka tukang palak yang sudah mengincar Jungkook dari kejauhan. Pemuda itu langsung berdiri awas dengan kedua kaki gemetar saat salah satu orang menodong pisaunya. "Kau tidak bisa lari, apa kau pikir aku akan membiarkanmu lolos? Tidak akan mungkin. Tidak semudah itu." Senyuman evil dimana pria itu punya gigi emas disana. Nampak dengan jelas dan membuat si pewaris mendadak ngeri.

"Mau apa kalian, aku tidak punya apapun. Jika kalian butuh uang seharusnya kalian kerja dan bukannya malak." Dia tidak suka dan memberikan tatapan tidak nyaman dengan kata cukup merendahkan dan pedas. Mereka tertawa terbahak saat melihat pemuda itu ketakutan, korban yang lemah dan jam tangan itu cukup mahal untuk dijadikan sebagai benda rampokan.

"Jangan melawan, jangan cerewet dan teriak. Kau akan mati dengan pisau ku jika melanggar ketentuan kami." Langsung saja dia memberikan kode pada teman lainnya, Jungkook merasa bahwa dia tidak bisa lari dan malah dijegal oleh kaki saat dia hampir berhasil. Jatuh tersungkur ke depan tak terelakkan, suara kesakitan dengan luka lebam dan bengkak pastinya. Sakit sekali sampai bagian terbentur itu pun berkedut.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menang, aku memang tidak bisa betarung tapi kalian justru sangat jahat sudah mengambil uang dengan paksaan."

Satu tendangan lolos dan membuat yang muda jatuh tersungkur, ada rasa sakit dalam ulu hatinya. Seharusnya yang mengawasi dirinya dari jauh sudah datang, tapi kenapa sama sekali tidak menampakkan wujudnya.

Alih-alih menolong tuan mudanya, yang ada dia malah menjawab panggilan dari istrinya yang kabarnya akan melahirkan. Saking senangnya sebagai seorang ayah dia sampai memesan taksi untuk menuju rumah sakit, sepertinya jarak sekitar 50 meter dari Jungkook berada. Dan ini teledornya pegawai yang belum terbiasa melakukan sesuatu, sampai akhirnya hal sefatal ini bisa saja terjadi.

"Kau akan menyesal keputusanmu bocah. Aku ingin uang dan kau bebas, atau kau ingin mati dan barang berharga dalam dirimu pasti akan kami habiskan." Dia membuat pilihan yang sebenarnya tidak terlalu menguntungkan si korban. Sampai akhirnya Jungkook menggeleng dengan wajah memelas tapi hati-hati.

"Kalian seperti pengemis dan aku kasihan pada keluarga kalian. Bagaimana bisa mereka makan dengan uang hasil jarahan." Ucapan yang dianggap sok suci membuat mereka disana tidak jera dan semakin tertawa. Mereka bukan manusia seperti lainnya, kehilangan sebuah naluri dan kemanusiaan adalah setiap nafasnya. Bahkan ketika mereka menendang Jungkook hingga tersungkur ke atas tanah bersamaan.

Mereka tidak peduli.

Kemungkinan Jungkook akan mati kalau tidak ada yang meminta mereka berhenti. Seseorang sudah mengganggu aktifitas yang sudah dianggap sakral bagi mereka, mental pengecut demi mendapatkan banyak keuntungan. Uang dan harta sudah membuat mereka pengangguran dan pengemis membuat ulah. Sekarang pahlawan datang sampai orang itu menendang balok berukuran cukup besar hingga mengenai punggung itu.

"BAJINGAN! SIAPA YANG SUDAH MELAKUKAN INI SEMUA! SIAPA KAU YANG SUDAH MENGGANGGUKU!" bentak dengan nada keras. Dan dibalas sebuah tepukan tangan pelan dan menantang dari kejauhan.

"Aku yang melakukannya, aku manusia hambat Tuhan hehehe..." Bodoh dan Tengik, beberapa juga menganggap sebagai kunyuk sialan.

"Bajingan kunyuk, mau apa kau?! Jangan ganggu urusan kami. Lebih baik kau minggat atau kau akan menyesal!"

Bagaimana pun benda sekeras itu sudah mampu membuat tulang belakangnya seperti rontok. Yang dikenai adalah ketua kelompok, katanya salah satu pondasi paling kuat dalam sebuah kelompok besar.

"Maaf, bisakah kau meralat mungkin saja yang kau maksud adalah dirimu sendiri. Aku tidak mau jadi pahlawan tapi aku mau jadi raja, lagi pula untuk apa kalian mengganggunya. Mengganggunya sama saja urusanku."

Individu itu marah dan kesal dia menatap nyalang ke arah pemuda yang justru memberikan maksud fuck lewat jarinya. Jungkook dalam pandangan buramnya melihat seseorang dengan tawa renyah, dia merasa halusinasi tapi ketika semakin melebarkan pupil nya mendadak hatinya ingin meledak saat itu juga.

"Bukankah itu Taehyung Hyung, ap-apakag aku salah melihat?" Kepala itu terangkat sedikit, dimana pandangannya seakan mengatakan bahwa dia sekarang seperti di dunia mimpi. Mana mungkin sekarang kakaknya ada disini, padahal tidak mungkin karena dia pasti sibuk mencari cara untuk mengalahkan dirinya sendiri yang merupakan adiknya.

Entah kenapa dia seperti mendapatkan teguran dari Tuhan untuk tidak melawan ayahnya ketika mendapatkan nasihat. Jungkook merasa bahwa dia menyesal sekarang.

"Taehyung hyung kenapa kau bisa ada disini?" Jungkook berkata lirih tapi namja dengan senyum kotak itu menimpal. Dia sendiri juga tertawa bangga saat seseorang benar-benar babak belur.

"Jangan cerewet aku disini juga tidak mau menolong mu. Aku hanya ingin bersenang-senang saja dan upss... Aku malah tidak bawa senjata. Ah iya... Aku lupa kalau mereka semua ada di kamarku. Seharusnya aku bawa, tapi malah ada permen di kantungku. Apa kalian mau?" Taehyung tersenyum manis dia bersandar pada pohon tidak takut jika ulat ada disana. Baginya ulat adalah kawannya dan tidak akan menyebabkan gatal.

"Sialan, sebaiknya aku harus menghajarnya. HEI KALIAN JAGA BOCAH INI, DAN KAU IKUT AKU MENGHAJAR ORANG ITU!"

Taehyung merasa senang sekali saat mendengar ungkapan itu, bisa dibayangkan bagaimana ekspresinya dengan mulut menjulur di mana kedua matanya terpejam. Wajah manis yang dia ungkapkan sebagai tanda bahwa apapun masalah yang akan datang tak ada masalah.

Dengan leher dia gerakkan ke kanan dan ke kiri sampai bunyi gemerutuk itu ada. Jungkook bisa merasakan bahwa ke sepuluh jemarinya kaku tapi dia sendiri tidak akan menimpal jika pada akhirnya dia akan mati karena di palak.  "Betapa bodohnya aku jika mati dalam keadaan seperti ini. Seharusnya aku belajar cara bertarung, aku akan berniat agar tidak ada yang kerepotan karena aku." Bibirnya juga terasa sakit karena sebuah tempeleng yang keras mengenai wajahnya.

Kelopak mata itu berat, saat dia mendengar suara gedebug yang keras ada hal dimana dia bisa mendengar tawa kakaknya.

"Aku melakukan ini bukan karena  peduli padanya tapi kalau dia mati maka aku tidak bisa lagi mempermainkannya. Jangan sampai kalian menyesal ya kalau aku sudah membuat keputusan untuk memborbardir kalian."

Mendadak semua pandangan Jungkook menjadi gelap.

Sementara itu di bagian ujung lain ada seseorang yang tengah memesan minumannya. Seorang namja tampan yang kini berada di satu tempat, dimana dua orang tengah sibuk menghabiskan makanannya. Sepertinya kedua mata Yoongi tidak bisa salah dalam melihat pemuda itu.

"Kau Kim Seokjin, untuk apa kau disini? Ngomong-ngomong kau sendiri?" Yoongi memberikan sapaan hangat dan membuat pemuda itu menoleh dengan polosnya. Hoseok hampir tersedak, dia tak mengira bahwa musuh ada di sekitar dan mereka tidak harus baku hantam seperti biasa.

"Oh hai apa kabar kalian, tadi aku bersama Taehyung tapi sepertinya bocah itu malah berjalan sebentar. Kalian kompak sekali makan bersama dan tampak berbeda saat memakai kaus oblong." Seokjin tersenyum hangat, sementara salah satu orang tengah berfikir keras.

Jika memang Taehyung ada disini berarti dia akan....

"Yoongi Hyung sepertinya aku harus pulang terlebih dahulu. Aku lupa kalau aku punya tugas penting, Kim Seokjin maaf aku duluan." Dia langsung melenggang pergi meninggalkan ketua itu dengannya. Keduanya terdiam sejenak dalam keadaan canggung, hingga akhirnya pesanan Seokjin jadi.

"Mau duduk di sini, jika berkenan temani aku. Makanan ini belum habis tapi sudah dibayarkan tadi."

Seokjin hanya mengangguk dengan senyuman tipis yang dia sendiri juga sedikit bingung dengan suasana yang mendadak absurd ini.
.

"Kau bodoh atau apa, kenapa bisa aku membuat keputusan untuk menyelematkan mu."

Kedua mata tajam itu menatap tubuh yang tengah terlelap di punggungnya, dia baru saja melakukan aksi maka keringat keluar dari tubuhnya. Suasana malam yang dingin serta membantu dirinya tetap dingin karena lelah dan gerah. Taehyung merasa bahwa harga dirinya rendah, untuk apa dia melakukan hal tak berguna seperti ini?

"Sepertinya aku membuat keputusan salah untuk membantumu. Atau memang aku yang lupa membawa pistol, di saat seperti ini ada peluang banyak untuk membunuhmu. Tapi kenapa aku menjadi sedikit sulit, Tuhan? Kau sedang mempermainkan aku ya. Kenapa aku tidak kau biarkan saja membuat dosa besar padahal aku yang menanggung nya."

Taehyung mengulas senyum dengan wajah sombongnya, entah kenapa kedua tangannya meremat kuat genggaman tubuh yang lemas disana. Kembali melirik Jungkook dan melihat bagaimana wajah itu terlihat damai.

"Aku merasa kalau hidupku terlalu berlebihan dan aku sangat membencimu adikku." Ungkapan tulus tanpa ada kebohongan sama sekali.

.......

TBC...

Hai semua author kembali lagi dengan chap ini, semoga kalian suka ya. Maaf banget jika ff ini lama aku up, soalnya baru sekarang ide buat ff ini muncul. sempai kalian terhibur dengan fanfic yang aku buat.

Aku masih ada banyak kekurangan dalam ff ini aku butuh kritikan dan komentar.

Oh ya jangan lupa vommentnya

Gomawo and saranghae ❤️❤️❤️

#el

Continue Reading

You'll Also Like

1M 61.8K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
58.9K 3.7K 29
Jeon Jungkook, seorang pelajar yang mendapat sebuah kuas dari seseorang yang tak ia kenal. Berkat kuas itulah kehidupannya mulai berubah. [TAMAT] ⚠️...
4.5K 496 11
Sore itu Jungkook menjalani kegiatannya seperti biasa. Namun entah mengapa semuanya berubah setelah dia mengalami kecelakaan. Menggantikan seseorang...
99.3K 12K 22
[SELESAI] Bunga Lily Of The Valley, bunga berbentuk lonceng yang begitu indah yang sangat ditunggu saat musim semi telah tiba. Bunga berwarna putih...