Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

Magic Door (22)

801 67 12
By elmi_wirastiti30

"Musuh tak mengenal tempat dan waktu, ketika mereka siap dengan senjata dan niat maka kepala pecah yang akan menjadi bidiknya."

(Author **** POV)

Pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang begitu berani bertanya dengan satu hal pribadi dalam hidupnya. Selama dia menjadi seorang ketua dalam team ini tak satupun orang berfikir untuk mencari tahu. Bahkan Jimin yang merupakan orang terdekat sekalipun.

Wonwoo membenarkan kacamatanya, dia memang melihat mimik wajah tak nyaman itu dengan seksama. Tak tahu malu seperti anggapan Yoongi lantaran dia seperti di paksa untuk menjawab pertanyaan. "Bagaimana kedekatan mu dengan Seokjin. Bukankah kalian sempat kenal, sepertinya begitu saat aku lihat interaksi kalian yang kaku dan canggung." Ada tawa renyah disana sekedar memberikan kesan bahwa dia cukup bersahabat dengan ketuanya.

Bukan Yoongi namanya jika dia begitu saja membeberkan apapun mengenai dirinya. Jimin tidak ada disini maka tidak ada alasan untuk memecahkan suasana yang bisa dikatakan serius sekarang. "Untuk apa kau sangat ingin tahu anak buah paling baru. Apakah kau ingin diajari oleh dia cara mengatasi daya ledak tinggi?" Yoongi memberikan senyuman manisnya dia ingin lihat bagaimana Wonwoo dalam berkomentar.

Dimana tangan itu tadinya sibuk mengutuk aplikasi, kini dia langsung tutupkan benda elektronik itu. Wonwoo menoleh dan mengulas senyuman ramahnya, justru dia seperti memberikan tantangan pada ketuanya. "Boleh saja, jika kau bisa pertemukan aku dengan temanmu itu. Ah... Apa aku akan minta tolong dengan anak buah mu tadi, kalau tidak salah namanya Jung Hoseok. Aku bisa minta tolong bukan? Siapa tahu aku akan menemukan hal seperti ini dan aku bisa membantu."
Dia menyenggol akrab ketuanya tapi Yoongi tersenyum dengan miring.

"Tidak semudah itu, karena Hoseok sibuk dengan tugas utamanya dan Seokjin bukan anggota ku maka tidak akan mungkin untuk dia mengajarimu. Karena dia punya persepsi sendiri, biar aku katakan padamu. Kalau Seokjin adalah orang yang pelit dengan ilmu." Tersenyum manis dan palsu. Langsung saja dia pergi setelah memberikan tepukan yang berarti kerja bagus.

Wonwoo melihat hal itu sebagai sebuah alasan, alasan tidak jelas. Dimana manusia pasti akan membagi ilmu sekecil apapun itu. Dia semakin penasaran dengan kehidupan ketuanya juga beberapa orang yang menurutnya sangat mumpuni bertanggung jawab dalam menjalankan tugas. Dia mencatat dalam ingatan di otaknya, saat dia tersenyum penuh kemenangan. Tangannya memang terluka tapi niat dan nyalinya tidak akan demikian.

"Wonwoo bisakah kau membantuku membalut luka di punggung belakangku, aku tidak bisa melakukannya sendiri." Seseorang menepuk pundak itu, dia menahan sakit dengan wajah pucat nya. Tentu saja Wonwoo yang dimintai tolong itu tidak menolak dia memang belajar dari orang lain harus saling tolong menolong. "Baiklah, berbalik lah aku akan membantumu. Jika kau merasa tidak nyaman bilang saja oke."

Rekannya mengangguk dengan senyum yang menganggap bahwa dia merasa beruntung dan tertolong. "Kau baik sekali, aku fikir tadi kita akan mati. Syukurlah kalau ada yang menyelamatkan kita, memang dia terlalu cerdas. Andai saja dia kelompok kita pasti akan mudah." Dia bercerita dengan sendirinya, seolah itu adalah hal paling dicari oleh Wonwoo. Siapa sangka dia mendapatkan kesempatan untuk mencari tahu. Mumpung ada celah dia akhirnya memutuskan untuk mengusik info dari orang yang dia anggap sebagai pria bodoh.

"Kau tahu soal seseorang tadi, bisa kau katakan siapa dia. Aku ingin tahu, karena aku juga baru disini. Setidaknya sebagai seorang teman aku berhak juga untuk tahu, benar bukan?" Satu bujukan tanpa ada kata dia akan mendapatkan kegagalan. Terlebih cara bicaranya dia buat hangat. Sehingga satu orang bisa diperdaya, memang benar dia harus mendapatkan info dari bukan yang mengenal info lengkap. Tapi seseorang yang lemah komunikasi dan bisa di pengaruhi.

Melihat punggung Yoongi yang kini sedang mengawasi sekeliling disana membuat dia yakin. Kalau sebenarnya dia berhubungan langsung dengan satu hal, terlebih lagi si tuan muda yang kenyataannya adalah si pewaris tertinggi. Dia bisa mendapatkan informasi penting lainnya.

Di sana seseorang melihat bagaimana kepastian dan kebenaran disana. "Tolong katakan padaku jika dia berbuat aneh. Aku merasa kalau anak baru itu seperti menyembunyikan sesuatu. Bisakah kau kuandalkan?" Yoongi memberikan rekaman kecil dari tangannya, orang itu menerimanya dan memastikan bahwa dia akan menjalankan tugas dengan baik.

"Ketua, aku mendapatkan ini dari Kim Seokjin. Dia ingin anda membukanya dengan Chanel 76." Ada satu benda seperti kartu SIM disana, Yoongi mengangguk dan mengatakan terima kasih. Lantas karena tidak ingin membuang waktu lebih lama disini, dia langsung menuju ke markas pribadinya. Selama dia bekerja dia meminta pada bosnya dan beruntung dia tidak mendapati tuan pelit.

"Jika ada yang mencari ku katakan saja aku sedang tidur. Jika penting sekali berikan saja Han Kang. Dia akan mengurusnya."

"Baik, aku akan ingat."

Salah satu yang pasti dalam peraturan yang sudah dibuat oleh Yoongi, jika ada orang yang mencoba menerobos peraturannya maka dia akan mendapatkan akibat. Dia merasa bahwa musuh menjadi teman dan akan membuat ulah. "Yang benar saja,  aku tidak pernah percaya dengan para murid baru." Sepertinya ucapannya dia tujukan pada satu orang.

Pasti kalian tahu dan satu pemikiran dengan Yoongi tentunya. Pastikan bahwa kalian tidak akan mungkin meninggalkan kisah ini satu detik pun.

.

Taehyung tidak sedang ada di dunia ajaib saat dirinya berada di dunia lain setelah melewati pintu ajaib. Ini bukan dunia fantasi dan bukan tempat dimana Doraemon memberikan alat ajaibnya. Kenapa dia bisa mengatakan hal itu, karena saat ini dia memiliki pemikiran tumpang tindih. "Aku mengira kalau kau sudah mati dan terkena ledakan besar itu. Aku sudah mengira kalau api besar akan menyambar tubuhmu dan menjadi gosong disana." Kini dia berada di ruang tamu, tempat dimana dia bersantai dan menatap acara televisi yang sebenarnya tidak dia sukai.

Yang diajak bicara keluar dari dapur dan pandangan tanya menatap sedikit lugas. "Kau berharap aku mati Tae? Kenapa kau selalu berfikir buruk soal keadaanku. Aku sudah bilang padamu aku tidak akan mati dengan mudah tapi kau malah membuat mu kecewa sepatunya." Dia duduk di sampingnya menyajikan minuman yang Taehyung sukai, seperti jus mangga.

Minuman kelihatan segar dengan beberapa es batu melayang di atas sana seperti menyembul. Jika diminum pasti akan mengakibatkan kesegaran tak terkira, bau seperti harum manis. "Aku tidak kecewa tapi aku sedih kakak sepupuku tega mengabaikan keinginanku dan membantu musuhku." Sedikit menyindir dengan nada bicara menyepelekan. Kedua mata tegas itu mengatakan bahwa dia sangat tidak suka dengan Seokjin yang keras kepala karena orang lain.

Seokjin memahami makanya dia membuat hidangan perdamaian, siapa sangka cara dia lakukan cukup berhasil hingga membuat Taehyung menikmati minumannya seperti seorang mafia kejam. "Lupakan oke, jika aku tidak membantu musuh mu maka tidak akan ada hiburan untuk mu. Aku sudah tahu kau mudah bosan makanya aku mempertahankan populasi musuh. Lagipula disana aku mendapatkan pujian dan aku merasa bangga." Dia mengangkat kedua kerah bajunya dengan bangga, Taehyung melihat bagaimana rasa bangga itu lebih dari sekedar pamer.

"Sebenarnya aku tidak suka gaya pamer mu. Tapi aku turut bangga karenamu, lain kali aku ingin kau membuat bom untukku. Aku ingin meledakkan rumah besar milik mafia itu hahaha..." Dia melupakan emosi dan sedikit kekesalannya, baginya cara membunuh orang dengan cepat merupakan cara paling menyenangkan dalam hidupnya.

Menurut Seokjin adiknya sudah tidak waras, bagaimana bisa jiwa seorang psikopat kambuh dengan cepat. Dia tidak mau adiknya melakukan sesuatu yang gila, jika ada korban maka dia akan masuk surat kabar baru serta dianggap sebagai teroris baru berusia dua puluh tahun. Dia mengambil soda nya dan minum dengan khidmat.

"Kau salah Taehyung, aku bukan perakit bom. Tapi aku pembuat virus yang bisa mematikan alat apapun, tapi jika kau meminta aku mematikan masa lalu mu aku tidak mampu." Wajahnya di buat alay, dimana yang muda tersenyum lucu. Entah kenapa suasana sepi dan tegang ini menjadi pecah saat namja itu membuat lelucon garing nya. Saking terpingkal Taehyung melempari namja tampan itu dengan bantal yang berada di sampingnya.

Benda itu menubruk dan tidak membuat wajah seseorang rusak, hanya saja Seokjin merasa tidak puas dan akhirnya membuat balasan dengan menghampirinya dan hendak membuat dia sesak nafas. "Kalau kau begitu aku bisa mati dahulu, lalu balas dendam ku tidak akan terbalas. Astaga Seokjin Hyung kau sangat serius ingin membalas kelakuanku."

Taehyung seperti anak kucing meringkuk, tapi dia berusaha menipu untuk meminta belas kasih. Yang hafal justru berjaya dan dia melanjutkan aksi untuk membuat namja muda semakin lumpuh. Entah kenapa sisi humoris seorang Kim Taehyung lahir begitu saja tanpa disengaja.

"Masa bodoh, aku sudah hafal bagaimana kelakuan brengsek mu!" Dengan satu jitakan keras puncak kepala itu membuat Taehyung mengaduh minta ampun. Tak sadar karena tingkah keduanya terlalu sibuk membuat mereka tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikan mereka. Dia seorang pria dengan supir pribadi di belakangnya, pakaian jas seperti seorang dewan dan wajah tegas dengan suara dahak disana.

"Kalian seperti anak kecil, Kim Seokjin. Apa ini yang kau lakukan selama aku pergi hah?!" Kedua mata itu menatap nyalang dan suara baritonnya membuat seorang Kim Seokjin membeku di tempat. Kim Taehyung bangun dari rasa terjungkal nya dan menyaksikan seseorang seperti habis dari medan perang.

"Ayah, kau ada disini. Ke-kenapa tidak memberitahu padaku. Aku bisa langsung menjemput mu." Seokjin bangun dengan wajah takut, saat dia melihat kaki itu dengan kepala menunduk. Siapa sangka wajah garang itu membuat semua orang bungkam, termasuk Taehyung yang selama ini selalu cerewet. "Jika kau datang menjemput ku, aku tidak akan tahu kelakuan mu selama ini. KENAPA KAU TIDAK PERNAH SERIUS KIM SEOKJIN! KAU MEMPERMALUKAN AYAHMU!"

Petaka!

Bahkan suara peluru saja kalah dengan suara lantangnya. Dia tidak pernah memberikan kata lembut seperti ayah lainnya, itulah kenapa Seokjin tidak pernah betah jika satu rumah dengan ayahnya. Apalagi paman sudah pulang maka neraka semakin membesar dengan kehidupan jalur militer. Taehyung berdiri dengan wajah tak kalah dingin dengan pria itu, dia juga tidak suka tapi kenapa takdir membuat dia tinggal menumpang.

Mengerikan!

Terkutuk!

"Maafkan aku pak, atau paman. Aku memang tidak berhak ikut campur urusan soal anda dengan anakmu. Tapi bisakah anda tidak langsung membentak, karena anda baru sampai dengan tiba-tiba maka acara penyambutan tidak terjadi karena kami tidak tahu sama sekali. Tapi..." Taehyung berhenti sejenak saat melihat bagaimana kerah pria di depannya terlihat tidak rapih dengan dasi seperti mau lepas dari lingkarannya.

Pria itu diam dengan wajah seperti kutub, dia membiarkan anak muda di depannya menyelesaikan bicara pentingnya. "Setidaknya anda memberi kami waktu untuk acara kecil menyambut kedatangan anda. Bukankah sangat melelahkan dari Perancis ke Korea? Jangan membentak Jin Hyung dia juga sedang bertaruh nyawa dengan negara." Wajahnya terlalu santai dan cara bicaranya melebihi keberanian saat Taehyung berhadapan dengan salah satu penjahat internasional yang pernah dihadapi olehnya.

Seokjin tidak pernah berfikir untuk menghadapi ayahnya seperti itu, ayahnya adalah orang tegas dan alot. "Taehyung sebaiknya kau jangan-" sebuah tangan bergerak dan membuat namja itu tersentak dengan suara langsung tersekat seperti berhenti di kerongkongan. "Jangan banyak bicara, aku sangat respect dengan anak muda di depanku. Dia jauh lebih muda darimu tapi sudah punya keberanian sebesar ini. Sebenarnya aku mencari anak seperti ini, entah kenapa aku selalu merasa kalau kau gagal menjadi seperti yang ku harapkan."

Pria itu Kim Do Hyun. Dimana dia langsung melenggang pergi setelah mengatakan itu semua, sang anak merasa sesak dan kecewa menjadi satu. Dia baru saja dibandingkan dengan Taehyung yang selama ini dia jadikan adik kandung sendiri. Selama ini dia yang menopang kebutuhan dan keinginan Taehyung bahkan merawat nya sampai sekarang, dia pun tidak lulus kuliah hanya untuk memenuhi ambisi Taehyung menghabisi seseorang.

Lalu..

Taehyung seperti menunjukkan sisi lain dan membuat ayahnya berfikir bahwa dia tak lebih baik dari lainnya. "Aku akan membuat appa nyaman disini." Dengan suara seperti kehabisan tenaga, dia mencoba tegar. Kepala mendongak dan saat ini dia berusaha memaklumi semua. Ini sebuah suratan takdir dan memang harus dia jalankan sesuai alur cerita.

"Jin hyung jangan salah paham, aku tidak mencari muka tapi ayahmu memang senang membuat anak kandungnya terluka." Yang dia katakan adalah sebuah kebenaranya, Taehyung tidak bisa membuat suasana menyenangkan seperti tadi. Tapi kalau dia mendengar pria itu membentak kakaknya dia bisa saja lepas kontrol dan membuat kepala sessorang pecah. "Aku melakukannya karena aku peduli dan sayang padamu. Kau kakakku dan bukan pembantu sehingga pantas di bentak. Aku tidak suka cara ayahmhu." Dia melihat bagaimana manik mata Seokjin penuh masalah sulit dihentikan. Ingin menangisi masalah dari dulu sampai sekarang, untuk saat ini susah keluar dan tidak dapat menjadikan itu semua kesedihan.

Seokjin memang masih kesal dengan tingkah adik sepupunya. Tapi dia sekarang memaklumi itu semua dan justru senyum di bibir. Tubuh melenggang pergi masuk ke dapur dengan kaki sedikit gontai. Bohong kalau dia baik, hatinya masih tak normal dan masih tak menerima sikap seorang ayah.

"Kau tidak perlu berbohong mengenai keadaanmu sekarang saat aku tanya hyung." Meski Taehyung selalu benar dalam menebak tapi ketika menjadi sebuah obrolan penting maka akan ada banyak kata menimpal dari Seokjin. Dia hanya tidak tahu bahwa, tekanan seseorang memang membuat orang lain bungkam dan merasa tidak perlu ada yang tahu.

"Aku tidak apa, tenang saja. Aku akan membuat masakan untuk ayah, jika kau butuh apa saja cari aku di dapur. Habiskan camilan mu jika tidak aku tidak akan siapkan besok." Meski bergetar tapi dia bisa membuat kontrol sampai semua baik-baik saja sekarang.

"Jika aku tidak berbohong selama ini aku tidak akan bisa merawat mu. Bagaimana mungkin aku bisa membuat kau memaafkan ku kelak. Aku tidak sanggup menyimpan rahasia besar, tapi ayahmu selalu melarang. Aku harus apa Taehyung? Selain bertahan di jalur setan."

Saat di dapur hanya hati yang bisa mengeluh di bawah wastafel yang airnya masih deras mengalir, sungguh hati di dalam benaknya berdenyut sakit. Dia menganggap hidupnya di jalan setan, hanya dia yang tahu kenapa dia menyebut hal itu sedemikian rupa. Ketika dia mencoba untuk lari sama saja dia akan menjadi pengecut seperti seseorang. Apakah ini belum waktunya menyelesaikan masalah?

Dia tidak bisa melakukan nya karena akan ada nyawa yang melayang dan Seokjin sendiri tidak mau hal seperti itu terjadi lagi. Dia hanya bisa menjadi manusia pembohong ulung. Meski dia tahu kalau yang dia lakukan sudah keluar jalur dari yang diharapkan.

.

Senja telah tenggelam, ketika dia berada di atas balkon rumah tuan besarnya. Seseorang berjalan dari belakang sampai bayangan seseorang membuat pemuda yang melihat matahari terbenam itu menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya dia saat seorang pria dengan pakaian santainya menemuinya sekarang.

Langsung dia memberikan rasa hormat sebagai tindak kesopanan untuk tuan yang sudah memberikan dia tempat dan pekerjaan. "Maafkan aku, ternyata anda. Apa kabar tuan?" Hoseok memberikan penghormatannya, dia sendiri juga belum sempat membersihkan diri ketika sedang mencari angin untuk menjernihkan pikirannya.

Dia adalah Minseok, ayah dari tuan mudanya. Melihat bagaimana pengawal yang mempunya tanggung jawab itu penuh darah membuat pria itu mengerti dan memahami situasi.

"Apakah musuh di luar sana semakin banyak dan kuat? Sejak kau menghilang ada beberapa masalah yang memang belum pernah terjadi. Entah itu Jungkook atau lainnya, tapi aku senang kau kembali. Kulihat kau baik saja, aku ingin kau cuti tiga hari." Pria itu cukup bijak memberikan waktu istirahat untuk pegawainya. Bukan dia semena-mena karena sudah memberikan uang banyak, tapi memang ini yang dia lakukan sebagai tanda bahwa setiap orang punya hak mendapat liburan.

Seperti mendapatkan angin segar, tapi di sisi lain Hoseok merasa kalau Jungkook masih belum aman. "Tapi jika aku cuti bagaimana dengan keadaan tuan muda? Aku rasa dia masih tidak aman jika keluar rumah dan berpergian." Melihat situasi yang ada akan sangat beresiko apalagi soal Taehyung yang masih mencoba untuk mengincarnya.

"Kau tenang saja, ada Yoongi. Dia bisa diandalkan kalau menjaga Jungkook. Selama kau menghilang Yoongi dan Jimin bisa melakukannya, aku rasa kau harus melakukan cuti. Aku tidak bisa membiarkan dirimu sakit. Aku harap kau bisa membuat dirimu manja dengan keuntungan yang aku berikan." Dia menepuk pundak itu dengan wajah penuh permohonan. Mau tidak mau, suka tidak suka Hoseok menurut dan mengucapkan terima kasih.

Suasana semakin canggung, rasanya tidak nyaman jika lama-lama dengan seorang juragan besar. "Aku akan kembali ke markas untuk memastikan lainnya, aku akan meminta jadwal cuti dengan Go Eun."

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Jika ada sesuatu yang mencurigakan hubungi aku."

Kini dia berada di atas balkon sendiri, melihat bagaimana cahaya matahari sudah tak nampak lagi, dimana gelap dan mendung masih nampak disana. Ada beban dimana saat dia merasa bahwa sesuatu hal akan terjadi. Sadar atau tidak keberadaan Jungkook kini berada di belakangnya. Wajahnya sendu, pucat dan kelelahan. Dia langsung memeluk sang ayah dengan kedua mata yang sembab. Menangis dan menangis, dia seperti seorang anak kecil yang meminta keadilan pada ayahnya.

"Appa, kenapa aku tidak bisa seperti lainnya. Bisakah aku menjalani kehidupan ku seperti anak lainnya. Aku sangat kesulitan meski aku punya banyak uang appa." Dia merengek dan rasa dimana dia ingin mendengar bahwa semua akan baik saja, tidak perlu begini dan kau akan bebas seperti lainnya. Jungkook ingin sekali mendengar hal itu selama hidupnya, termasuk ingin kakaknya pulang. "Kau ini kenapa nak, semakin hari semakin cengeng saja. Selama kau dalam bahaya akan ada yang selalu melindungi mu." Ayahnya kini berhadapan dengan sang putra, dia tidak pernah melihat anaknya bahagia seperti dulu.

Sudah banyak cara dia lakukan tapi kenyataannya Jungkook seperti tidak pernah mendapatkan apa itu yang dia inginkan. "Sampai kapan aku akan dilindungi appa, aku ingin sendiri menjaga siapapun termasuk appa. Bahkan Taehyung Hyung dia..."

"Appa tidak ingin mendengar apapun soal kakakmu, jika kau membahasnya appa benar-benar akan membencinya lebih dari sebelumnya." Sang ayah seperti memberi bombadir rasa muak, apalagi saat dia melihat bahwa anaknya yang kedua sudah membuat keputusan salah keluar dari keluarga. Dia membangkang tapi akses dari silsilah ada pada dirinya karena dia anak sahnya juga.

"Tidurlah waktunya kau istirahat, nanti malam akan ada pertemuan dengan kolega. Kau harus ikut karena kau anak kesayangan appa. Jangan lupa, tidak boleh membahas soal Taehyung, jika kau ditanya. Jawab saja kalau kau anak tunggal." Ayahnya memberikan perintah, saat itu juga perasaan sakit menghampiri Jungkook. Seharusnya tidak begini. Tapi rasa sayangnya pada sang kakak membuat dia merasakan bagaimana ayahnya sedikit tidak adil pada kakaknya.

"Aku akan menuruti appa. Tapi berjanjilah appa, jangan menyuruh anak buah appa untuk membunuh kakak." Jungkook hanya ingin itu, dia tidak mau kalau ayahnya menjadi jahat pada anak pertamanya. Saat dia pergi dia melihat punggung tegas itu, dulu punggung itu selalu menggendong dirinya ketika kecil. Tapi sekarang, dia merasa kalau ayahnya tidak seperti dulu. Pria penuh kasih sayang itu sekarang sudah menghilang dan kini berada pada usia dimana terlalu fokus dengan dirinya mengurus kekayaan yang akan diberikan padanya katanya.

Dalam keadaan pasrah dia memberikan semua keputusan pada Tuhan. Berharap kalau memang ini yang terbaik tanpa harus ada kata nyawa yang melayang. Dari sana seseorang tengah mengintip dia adalah wanita yang bekerja sebagai seorang maid. Dengan nampan membawa minuman dan makanan, dia merasa kalau ada hal penting yang membuat keluarga besar ini sedikit kacau seperti yang dia saksikan selama kerja.

Dalam senyuman dan wajah mudanya dia mematikan sebuah ponsel, benda itu berhasil merekam. Melihat sekitar dan tak ada siapapun, untuk sekarang dia harus segera pergi agar tidak ada seorangpun yang tahu.

Tapi....

"Kenapa kau ada disini, kau menguping ya?" Seruan Jungkook saat kenop pintu terbuka. Membuat wanita itu sedikit terlonjak kaget. Kedatangan yang muda membuat dia gelagapan dari cara bicara, sampai akhirnya dia melihat bahwa pria dengan kuasanya itu juga menoleh ke arahnya. "An-anu tuan... Maafkan aku, aku tidak sengaja mendengarnya. Ini, aku membawakan anda makanan, tapi sungguh..  aku tidak sengaja. Aku tidak tahu apapun." Bicara gugup dengan mata enggan menatap langsung dirinya, terlebih lagi Jungkook bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan musuh.

Mencoba untuk pergi tapi tangan itu di tahan ada rasa curiga pada maid ini ketika ponsel ada di tangannya. Dengan segera Jungkook langsung menahan gerakannya dengan cekalan itu, dia melihat bagaimana wanita itu semakin gugup. "Appa, aku tidak pernah melihat wanita ini. Apa dia karyawan barumu, entah kenapa dia sedikit mencurigakan. Biasanya para maid akan mengetuk pintu dan menggunakan tata Krama tapi aku tidak melihat pada wanita ini. Katakan siapa kau, jika kau karyawan disini seharusnya kau memakai tanda pengenal mu." Jungkook memberikan tatapan tidak sukanya.

Dia tidak pernah bersikap dingin pada para pekerja di rumahnya. Tapi saat seseorang mencari tahu soal perkara hidupnya maka sikapnya akan jauh dari kata ramah dan hangat.

Ayahnya muncul dan melihat wanita itu dengan temu pandang sulit diartikan. Seperti sesuatu sengaja di sembunyikan oleh mereka berdua. Saat ayahnya meminta Jungkook untuk melepaskannya rasa kecewa sang anak semakin besar padanya.

Tidak seperti biasanya sang ayah melakukan pembebasan asal sebelum dia menginterogasi nya terlebih dahulu. Bukan hanya itu saja kedua mata sang ayah juga tak berhenti menatap wanita itu tanpa berkedip.

.

Taehyung mengasah pisau, dia berada di dalam kamar dimana ada banyak hal disimpan di dalamnya. Bukan hanya itu dia juga membidik salah satu wajah yang dia tempel pada tembok. "Adik, aku ingin sekali membuat kelegaan hati ini terjamin. Bukankah kau pernah bilang ingin membuatku bahagia?"

Dalam satu lempar ujung pisau itu sudah menancap dengan kuat. Wajah Jungkook menjadi korban dan dia mengulas senyum dimana Taehyung ingin sekali membuat adiknya mampus. Hal itu tak berlangsung lama karena kedatangan seorang pria tegas mencoba untuk mengusiknya. "Apa kabarmu anakku, senang rasanya bertemu denganmu. Dulu aku melihatmu sekecil ini tapi sekarang kau sudah dewasa seperti ini." Diusapnya rambut itu kasar tapi wajah Taehyung nampak kasat tidak suka.

"Aku sama sekali baik tanpa sakit. Kenapa kau harus khawatir dan setiap manusia memang berhak untuk berkembang. Bisakah kau tidak membuat keputusan lain untuk membuatku merasa terganggu?" Taehyung sadar dia bicara dengan siapa, dia juga melihat bahwa senapan ada disana. "Oh tentu saja kau harus siap, aku yakin kau punya alasan kenapa kau bicara dengan kata sombong. Seokjin bahkan seperti pengecut yang tidak-"

"Anda pikir anda ayah baik saat mengatakan demikian. Dia tidak seperti yang anda kira, Jin Hyung lebih dari semua ekspresi dan ekspetasi. Aku tahu kalau realita yang terjadi memang buruk dan tidak manis tapi saat kau melihat keluhan mu aku tahu bahwa anda frustasi."

Taehyung tahu dia seperti di kutuk oleh Tuhan untuk tidak jauh dengan senjata. Sekarang lubang yang sama ada di depan matanya, dimana posisi dirinya berada dalam ambang sebuah bahaya. "Aku bisa membuatmu menyesal dengan cara bicaramu. Apakah ini tata krama dari anak Kim Minseok. Kau anak pertama dan seharusnya kau bisa mengerti jalurnya." Dia mengatakan cukup pedas, apakah salah jika dia sedikit melenceng. Kepuasan hati adalah yang utama dalam hidup.

"Ya aku cukup mengerikan bukan? Tapi aku tidak pernah menyesal dengan pilihan sesat yang aku mau. Lakukan apapun asal jangan membuat kau menyesal, aku sama sekali tidak akan mau berhenti sampai tujuannya tercapai." Mengambil Vodka satu botol penuh dari bawah tempat tidur nya, Taehyung meneguk sampai habis dan tersenyum bangsat.

"Kau dan ambisimu ya. Aku mengerti tapi apakah kau akan memahami bahwa setan sudah ada dalam dirimu?" Pria itu merebut minuman itu, membuat senyum Taehyung menekuk ke bawah tidak suka. Pipinya sudah merah karena sedikit mabuk dan dia merasa bahwa tubuhnya melayang bahagia. Dia ingin mengambil tapi tidak sampai, hingga akhirnya dia tertawa sendiri dengan bangga.

"Ya, aku sudah menyadari bahwa setan ada di tubuhku. Kau mau apa? Mau memanggilku dengan dukun, lakukan saja. Karena aku masih waras untuk menghabisi adikku paman."

Taehyung seperti seorang bajingan sekarang. Lebih memungkinkan....

........

TBC...

Aku sedikit mulai gimana gitu soal tulis menulis agak bosan atau down entahlah. Pingin libur nulis gitu soalnya tahun kemarin udah ada 4 ff yang aku selesaikan telak. Sekarang mau fokus semua dan bisa bikin ff baru lagi.

Ada banyak sepelekan aku tapi akhirnya aku bisa buktikan kalau aku bisa semua finish. Semoga kalian juga masih semangat baca ff saya.

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

20/01/2021

Continue Reading

You'll Also Like

56.4K 9.1K 9
"Tae cuka Bunny...!!!" - Kim Taehyung "cucu..mau cucu.." - Park (Jeon) Jungkook "huweeee....Chimie juga mauu~~" - Jimin "Bocah..!" - Oh (Min) Yoongi ...
309K 22.2K 93
[END] "lo yg ngelempar pengapus ke kepala gue kan!" "Ahahah maap maap gasengaja" tae "Org ky lu mana ada kt g sengaja!" "Sayang,lulus nanti kita lang...
160K 9.3K 34
[COMPLETED ONE SHOTS] Pair: Taekook [MAIN] / Yoonmin / Namjin akan di tag pada story 🍒 Non AU 🍒 AU 🍒 Kumpulan drabble Cover by: @CurlyFujoshi
Mr. JK || END By 🎭 bby•

Mystery / Thriller

149K 12.8K 35
🎭 bby• | taekook area. [M-preg] ... "INGAT! sejauh apapun takdir akan tetap mempertemukan." - Di usia muda ia mendapati dua bayi kembar tepat di dep...