Princess of Rainbow Element [...

Von desphrodite

684K 88.6K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... Mehr

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
55. Perpustakaan Sakura
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
61. Kecemasan
62. Terlambat

60. Menjenguk

6K 824 45
Von desphrodite

Niura telah tiba di Paviliun pedang api setelah dijemput oleh Kasim dari Istana. Niura sengaja ingin berkunjung ke paviliun di mana Permaisuri Xiao Mei dulu tinggal karena ia ingin mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Mungkin dulu dirinya yang disebut sampah, namun, kita lihat saja sekarang.

"Silahkan masuk, Tuan Putri," sambut salah seorang pelayan Paviliun yang ditugaskan untuk mempersiapkan dirinya.

Niura mengangguk, mengikuti langkah kakinya menuju Kamar megah ibunya yang terdapat kolam besar dengan fasilitas yang mewah.

Niura langsung menutup pintu kamarnya, dan segera pergi ke jendela kamar yang terdapat beberapa pot kosong dengan tanahnya. Langsung saja ia letakkan kantong berisi tanaman obat yang telah ia beli pagi tadi di dekat pot itu. Ia mengambil sendok kebun untuk menanam seluruh tanaman obat itu berniat memperbanyak tanamannya. Lagipula ia akan berada di sini selama setahun, ia harus membongkar seluruh masalah yang menghampirinya.

Niura tersenyum setelah menyiram tanaman obat itu. Ia menyentuh kelopak bunga berwarna jingga tersebut dengan halus. "Cepatlah tumbuh dan bantu aku," gumamnya lirih. Membayangkan betaa ganasnya cacing-cacing parasit di dalam tubuhny yang terus memakan energi dalamnya dan mentransfer seluruh energi itu kepada Xiuhuan dan Xinxin.

Langsung saja ia basuh lengannya yang kotor dan mulai menjelajahi kamar ini. Niura mendatangi tumpukkan buku di nakas dan mengambil satu buku kosong. Ia mulai mencelupkan bulu merak ke dalam tinta, lalu mengoleskannya ke buku itu.

Selagi menulis, Niura memikirkan misi-misi apa saja yang akan ia lakukan kedepannya.

Saat ini Niura hanya menulis bahwa ia akan fokus pada pengobatan tubuhnya, karena tanpa imun yang sehat maka semua rencananya akan sia-sia. Investasi termahal adalah sehat dan yang lebih mahal adalah ketika kita sakit.

Begitulah kodratnya, yang terkuat sekalipun akan tumbang pada masanya, kita hanya perlu menjaganya.

"Mungkin aku akan bersiap," gumam Niura setelah menutup buku tersebut. Tepat saat itu, suara ketukkan pintu sebanyak tiga kali menggema di ruangan membuatnya menolehkan kepala ke arah pintu spontan. "Masuk," titahnya.

Tak lama kemudian pintu terbuka memperlihatkan banyak wanita yang lebih tua darinya berjejeran dengan kepala yang menunduk. Sepertinya mereka semua seorang pelayan.

"Selamat siang Putri Mahkota Xiao Li ...." ujar salah satu dari mereka yang menyebut nama pemilik asli tubuh Niura.

Niura bangkit dari duduknya, menghampiri para pelayan itu bingung. "Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Kami adalah para pelayan setia Permaisuri Xiao Mei dulu, dan sekarang kami akan mengabdi padamu, kami akan merias dirimu sekarang karena sebentar lagi kami akan mengantarmu ke Istana atas," jelas pelayan yang lain.

"Baiklah. Tapi aku akan mandi sendiri, kalian masuk setelah aku selesai mandi untuk merias," putus Niura membuat para pelayan itu membelakkan matanya.

"T–tapi ... ini tugas kami," protes pelayan itu tak setuju.

"Aku bilang tidak perlu. Nanti akan kupanggil kalian, sekarang keluar atau aku akan terlambat," tegas Niura berusaha tetap lembut agar tidak menyakiti perasaan mereka, bagaimanapun para pelayan itu tetaplah manusia, seperti dirinya.

"Baiklah ...."

Niura menutup pintu itu dan menguncinya. Sebenarnya bukan hanya karena malu, ia juga ingin mandi sendiri lantaran takut jika penyakit aneh itu akan kambuh dan membuatnya berendam darahnya sendiri.

Niura mengganti pakaiannya dengan hanfu yang lebih tipis dan langsung berendam di kolam air panas itu setelah menaburkan bunga-bunga lavender kesukaannya. Sebenarnya di kamar ini lebih banyak persediaan mawar, namun, Niura sangat membenci mawar.

Bunganya yang cantik yang mampu memikat manusia dan durinya yang tajam mampu melukai manusia. Itu licik, seperti Xinxin, pikirnya.

"Ahhh ... maafkan aku Xinxin, kau menjadi bahan omongan pikiran burukku, walau kenyataannya memang begitu, haha ...."

Sembari berendam, sesekali Niura memikirkan cara untuk membongkar rahasia-rahasia Xiuhuan dan Xinxin. Sebenarnya ia tidak ingin terlibat, namun, nyawanya akan terancam jika cacing-cacing itu terus dikendalikan oleh mereka.

Ia tertawa saat sebuah pikiran konyol melintas dalam pikirannya. Entah mengapa ia membayangkan bahwa saat ini Roiden sedang menjadi penghulu dadakkan untuk Yangyang dan Xin Qian di pulau terpencil itu, entah apa namanya.

***

"Tolong rias diriku dengan penampilan mewah yang elegan. Jangan penuh hiasan namun tetap berkelas."

Niura telah selesai berendam dan saat ini para pelayan tengah kewalahan dengan keinginan tuan baru mereka, Xiao Li palsu. Masalahnya, standar kecantikkan Niura sangat berbalik dengan putri Xiao Li dulu.

"Baik, Tuan Putri, gaun warna apa yang ingin anda pakai hari ini?"

Niura sedikit berpikir untuk ini. "Emm ... gaun hijau tua yang melambangkan ketenangan, jangan bawakan gaun dengan banyak sulaman, aku lebih suka yang lebih polos," jawabnya setelah berlarut dalam pikirannya.

"Baiklah." Para pelayan itu memakaikan gaun cina yang lebih mewah dari hanfu yang biasa ia pakai. Yah, dengan sedikit sulaman emas asli dan kalung angsanya yang cantik. Sangat kontras dengan kulit putihnya.

"Geraikan saja," gumam Niura saat melihat salah satu pelayan hendak mengikat dan menusuk rambutnya dengan hiasan yang berat.

Niura memakai cadar hitam gradasi hijau transparannya yang masih bisa memperlihatkan bibir indahnya. Para pelayan itu terkesima dengan penampilan Niura yang bisa dikatakan menyaingi Dewi kecantikkan. Sangat luar biasa.

Tepat setelah Niura siap dengan penampilannya, beberapa pengawal menjemputnya untuk segera memasuki tandu menuju Istana Quon yang biasa disebut Istana Atas. Mungkin karena letakknya yang berada di Atas bukit, dan di dalam bukit itu terdapat paviliun hitam tempat penjara bawah tanah. Tentu Niura tidak asing lagi dengan tempat itu, tempat yang menjadi saksi mata kekejaman Mendiang Selir Tian Hua, kedua putrinya, dan Xin Qian kecil.

Para pelayan berjalan di belakang tandu bersama para kasim yang mengangkat tandu hingga sampai di Istana. Entah mengapa mereka terlihat bahagia, tanpa sedikitpun raut penat dalam wajah mereka.

Rombongan Putri Mahkota telah melewati kota-kota yang dikelola oleh Kaisar Hongli saat ini. Kini  rombongan itu telah memasuki gerbang Istana Kekaisaran Quon.

Banyak sekali tabib-tabib yang berlalu lalang berusaha untuk menyembuhkan penyakit jenis baru Kaisar mereka. Para tabib itu terlihat berjalan terburu-buru dengan membawa segala macam perlengkapan dan obat-obatan.

Di luar Istana terlihat jajaran tandu dan kereta kuda milik para Kaisar yang telah tiba.

Niura yang dipersilahkan untuk turun dari tandunya langsung menyibakkan kain penutup tandu dan mengeluarkan satu kakinya terlebih dahulu, sangat anggun. Saat itu pula pandangan semua orang tertuju padanya. Mereka semua terkejut dengan kedatangan seorang gadis cantik dengan rambut berwarna biru gradasi merah yang memakai pakaian sederhana tanpa perhiasan yang mencolok, terlihat sangat enak dipandang apalagi gadis itu memakai cadar transparan.

Niura berjalan dengan perlahan saat melihat tiga orang remaja seusianya menghampiri keberadaannya dengan pembawaan yang penuh tata krama. Niura menyipitkan matanya saat mengetahui siapa tiga remaja yang menyambutnya itu.

Xiuhuan

Xinxin

Dan ....

Heji!

Namun entah mengapa Niura merasa aneh kala melihat penampilan Heji yang aneh. Kepalanya ditutupi dengan sorban berwarna merah serasi dengan pakaiannya. Sepertinya gadis itu mencukur habis rambutnya.

"Xiao Li! Sudah lama sekali tidak bertemu. Kau semakin cantik saja," sapa Xiuhuan merangkul lengan Niura tiba-tiba.

"E–eh?" Niura berusaha agar tetap tersenyum dan menyembunyikan sakitnya.

Xinxin yang berada di belakang Niura dan Xiuhuan langsung berbisik dengan Heji. "Mengapa dia terlihat sehat-sehat saja? Apakah cacing itu tidak bereaksi?" bisiknya dan mendapatkan gelengan dari Heji.

Niura mengepalkan lengannya dalam diam. Kesal karena dirinya tidak dapat mendengar jelas apa perkataan mereka karena anugrah pendengaran tajamnya telah lenyap. Apalagi Xiuhuan yang terus bersikap sok manis padanya seraya mengantarnya menuju kamar di mana Kaisar tengah dirawat.

Tepat di Aula utama, seorang gadis yang lebih muda dari Niura berlari ke arahnya dengan penuh air mata. Tian Ba, satu-satunya putri dari Mendiang Selir Tian Hua yang masih hidup dan selamat dari racun buatan Niura.

Kedatangan Tian Ba membuat Xiuhuan, Xinxin dan Heji mengundurkan diri. Entah pergi ke mana.

Tian Ba itu memeluk Niura dengan tersedu-sedu. "Kakak ... maafkan aku, kakakku dan perbuatan ibuku dulu. Aku menyesali perbuatan itu. Sekarang ... aku sangat kesusahan. Dua orang yang kusayangi telah tiada, ayah juga sedang sakit. Dan ... kami semua tidak tahu keberadaan Kak Xin Qian ...." lirihnya dengan sesenggukkan.

Niura mengusap punggung Tian Ba tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jujur saja rasa sakit yang dialami Xiao Li pertama pasti lebih jauh dari rasa sakit yang dialami Tian Hua. Namun, Niura juga merasa bersalah karena penyebab kematian Selir dan Kakaknya Tian Hua adalah ulahnya. Kali ini ia tidak akan membiarkan Kaisar Hongli kenapa-napa.

"Kau tenang saja, sekarang antar aku ke ruangan Kaisar," ucap Niura yang langsung disetujui oleh Tian Hua.

Tian Hua mengantar Niura menuju kamar ayah mereka melewati banyak kerumunan yang mulai ricuh karena kedatangan Niura.

Niura melihat ternyata ketiga adik Pangeran Xiuhuan pun ikut hadir dalam acara ini. Salah seorang Kasim membukakan pintu kamar dan mempersilahkan masuk Niura ke dalam kamar dengan pilar kayu yang dipenuhi dengan ratusan tanaman obat yang sama sekali tidak manjur untuk menyembuhkan penyakit Kaisar Hongli.

"Yang Mulia Kaisar, Putri Mahkota Xiao Li telah tiba ...!" sambut kasim itu mempersilahkan Niura untuk masuk.

Terlihat Kaisar Hongli yang tengah berbaring di atas ranjangnya dengan tabib-tabib di sampingnya.

"Salam hormat, Ayah," ucap Tian Hua yang mendapatkan senyuman oleh Kaisar Hongli.

Niura langsung mengikuti itu, dimulai dari membungkukkan tubuhnya dan memberi hormat. "Salam Hormat, Yang Mulia Kaisar," ucapnya.

Entah mengapa Kaisar Hongli merasa sakit saat mendengar putri yang selalu ia campakkan itu tidak menganggapnya ayah, dan hanya menyebut gelarnya saja.

Niura menoleh menatap beberapa orang tabib yang tengah melakukan tugasnya. "Bagaimana kondisi Kaisar, sekarang?" tanya Niura berhasil membuat para tabib itu merasa ketakutan.

"Ampun, Putri Mahkota, kami telah berusaha melakukan yang paling terbaik dari yang lebih baik."

Niura memandangi kondisi Kaisar Hongli yang sangat lemas dan pucat. Niura mengerutkan alisnya merasa familiar saat melihat tubuh Kaisar yang dipenuhi dengan bintik-bintik merah yang beberapa di antaranya bernanah. Ini semacam sebuah cacar air dan di Zaman ini belum ada penawarnya, termasuk penyakit baru.

Niura langsung melirik ke sekitarnya saat Pangeran Jiazhen masuk.

"Kusarankan agar tidak banyak kerumunan, ini penyakit menular," ucap Niura yng membuat para tabib itu membelak terkejut.

"Dari mana kau tahu, Putri?"

Niura diam tak menjawab. Ia bingung akan mengatakan apa, sekarang ia melirik Pangeran Jiazhen, adik pertama Pangeran Xiuhuan dengan tajam. Niura membaca niat pangeran itu, setelah merasa bahwa tidak ada niat buruk, Niura langsung saja menhela napas leganya. "Ikuti aku," ucap Niura dengan pandangan yang masih terfokus ke arah Pangeran Jiazhen.

Pangeran Jiazhen akhirnya mengangguk dan mengikuti Niura menuju lantai dua setelah bertanya-tanya mengapa harus dirinya? Dan apa yang akan dilakukannya?

"Ada apa?" tanyanya penasaran saat telah tiba di lantai dua.

"Mengapa kau sangat ingin agar Kaisar segera pulih?" tanya Niura mencoba membaca kejujuran di hadapannya.

Pangeran Jiazhen tak habis pikir. Memangnya ada yang bertanya seperti itu? Aneh sekali. "Hei ... tentu saj———"

"AKU SERIUS!"

Pangeran Jiazhen membelakkan matanya terkejut mendapati sentakkan itu. Langsung saja ia menjelaskan alasannya. Ia mengatakan dengan jujur bahwa dirinya sangat ingin agar Kaisar Hongli segera pulih karena jasa-jasanya yang pernah membantunya untuk naik tingkat batas kultivasi, beberapa tahun yang lalu. Dan sekarang, ia akan melakukan apapun untuk membuat Kaisar Hongli pulih seperti sedia kala.

"Benarkah kau akan melakukan apapun?" ulang Niura mencoba memastikan.

"Aku akan melakukan apapun!"

Jika bukan ulahnya yang telah membuat Selir dan satu anaknya meninggal dunia, Niura tidak akan pernah melakukan hal ini. Ia hanya ingin membuat Tian Ba merasa bahagia.

"Datanglah ke Paviliun pedang api, masuklah ke kamarku dan ambil tanaman obat di dekat jendela. Jangan sampai ketahuan, kau harus menyelinap!"

Ya, mungkin Niura akan merelakan tanaman obat yang seharusnya digunakan untuk penyakitnya itu. Bodoh memang.

Bertindak lebih baik daripada terus berpikir dan akhirnya tidak ada satupun yang dilakukan.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

1.3M 117K 200
Dia pernah menjadi boneka bagi keluarganya, mata-mata komersial dan pembunuh yang dikejar oleh polisi. Suatu hari, dia jatuh ke laut setelah dikhiana...
533K 44K 109
Written on Jun 11th, 2019 . WARNING ⚠ [CERITA TELAH DI HAPUS BEBERAPA PART. JIKA INGIN MEMBACA SECARA LENGKAP, SILAKAN BELI E-BOOKNYA DI GOOGLE PLAY]...
262K 17.5K 42
Eleanor gadis yang dilakukan layaknya pelayan oleh kedua orang tuanya. Pada suatu hari,ia mendapatkan surat undangan untuk bersekolah di salah satu...
81.6K 10.1K 61
Judul awal: Si Kutu Buku Hidupku berubah setelah menemukan buku itu... Buku yang mengantarkanku pergi dari dunia yang selama ini ku anggap hanya sat...