Princess of Rainbow Element [...

By desphrodite

685K 88.7K 5.4K

TAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan te... More

PROLOG
1. Jiwa yang lain
2. Racun menyusahkan
3. Pedagang Ramuan
4. Karma untuk seorang penista
5. Misteri
6. Pria Naga hitam
7. Terungkap
8. Petualangan Laut Gaxia
9. Hutan Gaxia
10. Enam nama dalam satu raga
11. Elemen Yi Jian
12. Pasar Quon
13. Kultivasi ganda
14. Roh yang kotor
15. Salah paham
16. Aula kota
17. Keberangkatan
18. Kelompok hitam
19. Perkemahan
20. Festival Servia
21. Berebut Liontin
22. Senjata pendamping
23. Singa yang lapar
24. Misi pertama
25. Menyerang ballack
26. Kristal Beast
27. Pulangkan dia!
28. Pelan-pelan
29. Naga berlian
30. Kerasukan ular ganjen
31. Rencana
baca aja
32. Tidak mengerti
33. Hukuman
34. Pertengkaran
35. Komplotan Bandit
36. Perayaan Servia
37. Sultan Dadakan
38. Hubungan yang rumit
39. Bijaksana
40. Siapa Lawan Siapa
41. Cuaca dan Air kimia
42. Menegangkan
43. Lapar keadilan
44. Kesalahan fatal
45. Bukan antagonis
46. Jangan main-main
47. Cermin Keberuntungan
48. Menara Zafreng
49. Akademi
50. Asrama
51. Dia kenapa?
52. Kelas Sosial Penelitian
53. Kunci misteri
54. Rumput laut lava?
56. Tiga kekuatan magis
57. Phoenix Laut Gaxia
58. Bertemu
59. Mempersatukan
60. Menjenguk
61. Kecemasan
62. Terlambat

55. Perpustakaan Sakura

5.3K 780 10
By desphrodite

"Menyedihkan!"

Enam hari lalu, Niura digiring dan dikurung di sini oleh gurunya sendiri, Master Luo. Dengan tujuan agar Niura bertambah pintar dan belajar tata krama di dalam ruangan ini, perpustakaan Sakura. Niura tidak belajar sama sekali semenjak tinggal sendiri di sini, ia menjadikan tumpukkan buku-buku sebagai alas tidur, dan pergi ke ruangan sebelah hanya untuk mandi. Makan? Guru gila itu menyuruh Niura berpuasa.

Sesekali roh Roiden mengunjunginya hanya untuk bertemu. Niura tidak memberitahu keluh kesahnya. Dan hampir seminggu ini penyakitnya semakin parah. Niura mengalami anemia karena terlalu sering memuntahkan darah. Jangan tanya bagaimana elemennya, semakin menurun. Niura bahkan hampir menangis mengetahui elemennya tinggal empat, bayangkan.

Memeluk kakinya di pojok ruangan, merenung, dan sesekali tertawa keras menertawakan lucunya hidup ini.

Semesta suka bercanda, ya.

Bahkan Niura tidak sesemangat biasanya karena mengetahui besok adalah hari dimana dirinya bisa bebas lagi. Ini penjara, menurutnya. Apalagi traumanya terhadap perpustakaan, kehidupan sebelumnya, begitu.

Berkali-kali menghela napas panjang, dadanya kembali perih. Segera ia pegang erat rambutnya hingga berantakkan. Katakan saja dia orang gila jika kalian menemuinya. Ya, dia memang gila. Bahkan jika Niura bertelepati dengan ibunya sendiri pun balasannya hanyalah 'sabar, dulu ibu juga seperti itu'

Setiap hari juga Yihua dan Liwei mengetuk pintu perpustakaan dan mengantarkan makan, namun Niura tak pernah membukakan pintu atau jendela. Tak pernah bersuara. Bagaimana bisa, pintu dan jendelanya saja dikunci, dan ia berpuasa.

Berpuasa tanpa berbuka.

Kekuatannya saat ini hanya Roiden.

"Argh!" Niura memukul perutnya yang terasa mual.

Slassh

Kabut hitam muncul tiba-tiba di hadapannya. Niura mendongak, menahan agar tidak muntah sekarang, karena ia tidak kuat untuk beranjak pergi ke kamar mandi. Niura menatap lemah kabut itu, ia tau itu pasti Roiden. Rasa benci itu telah hilang, namun Niura tidak yakin itu cinta.

Dan benar saja, pria itu muncul di hadapannya. Menatapnya sendu, berjongkok di hadapan Niura   dan menggenggam tangannya, seperti biasa.

"Niura, jujurlah," tutur pria itu lembut.

Selain Roiden, tidak ada lagi di dunia ini yang menyebut nama aslinya.

Niura mendongkak, balik menatap manik gelap pria itu. "Jujur untuk apa?" tanyanya balik yang masih tidak mengerti.

Percayalah, banyak arti dibalik kata jujur, entah itu jujur tentang ini atau itu, katakan dengan jelas. Atau lawan bicaramu akan salah sangka.

"Apa selama ini kau memelihara parasit?"

Niura bungkam. Kenyataan itu, ia baru mengingatnya. Sekian lama cacing parasit tinggal di dalam tubuhnya, cacing parasit yang ia ambil di gunung gaxia saat hendak mengambil rumput laut lava. Entah bagaimana kabar ratusan parasit itu. Niura mengangguk ragu.

Terlihat raut gusar terpampang jelas di wajah tampan itu. Roiden mengusap wajahnya frustasi. Entah mengapa air matanya tiba-tiba mengalir. Niura langsung mengankat tangannya, dan menghapusnya.

Terakhir kali, Niura melihat Roiden menangis ketika sedang masa pertarungan, pria itu memeluk dan menangis meminta untuk dicabut nyawanya.

Ya, sebentar lagi pasti akan terjadi. Ketika Niura menghentikan kehidupan pria itu, dan entahlah.

"Ada apa?" Niura menatap Roiden bingung.

Bukan jawaban, pria itu malah memeluknya, erat tanpa memikirkan pakaian kotor Niura yang berlumuran darah yang telah mengering. Setiap hari Niura mengganti bajunya, namun karen terlalu sering ia muntah darah, dan itu tidak bisa dihindari. Niura juga tidak tahu penyakit apa yang menimpanya.

"Bertahanlah." Roiden mengatakan itu dan langsung menghilang.

Niura bingung, apa maksud dari kata terakhir itu? Bertahanlah? Untuk apa? Apa urusan parasit itu?

Niura segera bangkit, menepuk-nepuk pakaiannya dari debu. Memandang deretan buku yang berjajar di lemari. Mungkin ia harus mulai serius dengan hidupnya.

Bibir ranumnya ia gigit sekuatnya saat merasakan dadanya yang kembali sakit. Sebentar lagi pasti muntah, Niura segera berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.

Dan benar saja. Ia membuka satu lemari kecil yang berisikan pakaiannya. Mengambil satu pakaian untuk dipakai sekarang, namun tanpa sengaja Niura memasukkan tangannya ke dalam saku.

Alisnya berkerut, seperti ada sesuatu yang keras.

"Apa, ini?"

Segera ia tarik tangannya dengan benda logam itu. Ia pikir uang koin, namun ternyata sebuah kunci kecil yang ia pun tak tahu apa gunanya. Jika dilihat, kunci itu hanya sebesar jari kelinkimg bayi. Sangat kecil. Beberapa hari lalu ketika Niura masih berkewajiban atas segala pintu——kunci Sakura. Niura mencoba untuk mencari tahu apa fungsi kunci ini, namun kenyataannya sia-sia. Tidak ada gembok yang seukuran.

Kunci yang Niura temukan di belakang patung Alkemis.

"Apa aku harus mencari tahu kembali?" gumamnya dengan segala pemikiran yang saling berkeliaran dalam batinnya. Pusing. Padahal Niura sama sekali tidak belajar. Bodoh. Harusnya Niura mencari buku kesehatan dan mencari tahu penyakitnya, gadis itu terlalu tidak peduli. Lihatlah akhirnya.

"Baiklah!"

Niura mengangguk mantap setelah memikirkn misi barunya, segera ia langlahkan kakinya ke lemari khusus buku-buku sejarah tentang Akademi Sakura. Siapa tahu ada rangkuman atau semacam catatan tentang kunci itu. Selagi minat bacanya sedang membaik.

Tok ... Tok ... Tok ...

Niura menoleh, menatap pintu perpustakaan yang diketuk sebanyak tiga kali. Siapa yang datang? Bukankah hari bebas itu ... besok?

Dan suara ketukkan kembali terdengar. Tidak mungkin senior Fai Tan mengganggunya hingga ke sini, tidak mungkin.

Niura masih diam, tidak ada niatan untuk mengintip atau membuka.

"Xiao Li! Ini kami ... aku dan Yihua membawakan makanan kesukaanmu!"

Eh, ternyata dua anak itu. Liwei dan Yihua. Omong-omong, memangnya apa makanan kesukaan Niura? Niura pun tidak tahu.

Niura mendekat, karena merasa bersalah telah mendiamkan mereka selama lima hari, akhirnya ia memutuskan untuk membuka mulut, walaupun suaranya serak.

"Lebih baik kalian kembali dan makanlah, di sini ada banyak makanan yang bahkan aku tidak bisa menghabiskannya sendirian, aku juga banyak membaca buku yang indah. Aku tidur di ranjang yang lebih empuk daripada di asrama, kalian tenanglah ...." sahut Niura berbohong. Niura pikir dosanya sangat banyak karen akhir-akhir ini ia sering sekali berbohong dan merendahkan Shunzui. Ya, ia bahkan merasa dirinya adalah seorang antagonis yang mendapatkan karma.

Terdengar suara bahagia dari luar, sepertinya kedua gadis itu bersukur dan menghela napas lega. "Baiklah kalau begitu, kami tunggu besok! Kau harus menceritakan tentang hari ini, selamat tinggal!" teriak Liwei dengan kata 'selamat tinggal' yang bersorakkan bersama Yihua.

Sepertinya kedua gadis itu sangat lega mendengar suara Niura. Yah, setidaknya ada seseorang seperti Yi Jian. Niura kadang sering membatin, apakah Yi Jian dihina dan dibuli oleh Xinxin dan temannya? Semoga mereka tidak sekelas.

"Xinxin ... Xiuhuan ... mereka memiliki darah phoenix  dewa. Kuharap semuanya baik-baik saja,"  paparnya penuh harap.

Kembali ke kegiatan sebelumnya, Niura berniat untuk mencari buku tentang kunci yang masih digenggamnya. Ya, Niura sedikit takut saat melihat lemari-lemari di sebelah sini yang lebih besar dari lemari lainnya.

"Jangan cabut nyawaku dengan kecelakaan yang sama ...!" Matanya ia pejamkan rapat. Bayangan ketika hari kematiannya di kehidupan sebelumnya mulai bermunculan. Karena gelisah, tanpan sengaja kakinya menyenggol pinggir lemari terbesar yang goyah.

"Jangan ... jangan ...!"

Jangan sampai kejadian itu terjadi! Lemari ini bergeser, Niura mengela napasnya lega melihat tidak ada pergerakkan lagi. Omong-omong, bagaimana bisa lemari ini bergeser ke belakang? Bukankah lemari ini bersandar ke tembok.

Segala pikiran buruk ia buang  jauh-jauh. "Jikq memang sudah takdirnya, kenapa harus menghindar?" pikirnya seraya mendorong lemari itu agar leluasa melihat keadaan di dalamnya.

Kreet

Ini lemari atau pintu? Ini pintu rahasia! Niura mematung sebentar, memandangi ruangan gelap tanpa pencahayaan sedikitpun, saat ia ingin mengeluarkan elemen cahaya, segera ia remas jari-jemarinya kesal mengingat elemen cahaya itu telah hilang.

Bagaimana, ini?

Segera ia pejamkan matanya, mengecek apakah kelebihannya dalam melihat dengan sangat jelas juga hilang? Deru napasnya naik-turun lega. Bibirnya menunggingkan senyum, matanya bercahaya. Seperti ada fitur flash dalam retina matanya, menyorot ruangan.

Niura dapat melihat ruangan gelap ini hanya dengan mengaktifkan kelebihannya selain menajamkan pendengaran. Sedihnya Niura sudah tidak bisa menajamkan pendengarannya lagi, telinganya menjadi normal seperti orang biasa, orang yang memiliki mata dan rambut berwarna hitam.

Segera ia hitung mundur dan masuk ke dalam lorong itu. Ada beberapa anak tangga yang membawanya ke bawah, mungkin ke bawah tanah, pikirnya. Niura tidak menemukan sesuatu yang berbahaya seperti ular atau genangan air. Lorong ini benar-benar kosong. Ia pasrahkan langlahnya mengikuti jalur yang entah akan kemana membawanya.

Kembali mendesah saat melihat ada anak tangga yang menanjak setelah menurun, dan ada cahaya. Sepertinya ada jendela atau atap, mungkin. Segera ia percepat langkahnya dengan tangan yang masih menggenggam kunci aneh itu. Sesekali Niura menoleh ke belakang untuk memastikan apakah pintu rahasia itu tertutup atau tidak, bisa bahaya kalau terjadi.

Agak lama berjalan dan hampir memutuskan untuk beristirahat lagi, dia menemukan sebuah cahaya putih. Cahaya yang membuat tenaganya yang sudah terkuras kembali terasa penuh. Niura langsung menghampiri cahaya itu tanpa ragu.

Cahaya itu hanya dua garis, dan letaknya ada di atas. Yang membuat Niura yakin bahwa itu adalah jendela.

Ia berlari ketika melewati jalur dimana banyak kelelawar berkumpul. Untungnya sedang tidur. Dan setelah panjangnya perjalanan, akhirnya Niura sampai di penghujung ruangan. Ruangan yang lebih sempit dari lorong tadi. Benar dugaannya, ada semacam dua jendela bundar yang lsaling berdekatan. Anehnya ruangan ini tidak persegi, bulat, atau yang lainnya. Bentuknya sangat aneh, berliku-liku.

Tempat aneh ini sangat lembab, basah, dan bau! Niura menutup hidungnya kesal, merasa jijik.

"Tempat apa, ini?"

"Cih! Sia-sia saja!"

Niura berdecak kesal, ruangan ini sangat pengap. Ia melangkahkan kakinya yang lemas ke arah dua jendela aneh itu dan, sepertinya ia tidak asing dengan pemandangan di luar. Ia lihat ada dua gedung asrama yang membelakangi rauangan aneh ini, perpustakaan yang ia lewati, dan ... taman yang ia kunjungi dengan Yihua malam itu, ketika mencari tahu tentang kunci!

Jantungnya berdegup kencang, setahunya saat berada di luar, tidak ada ruangan seperti ini. Segera ia alihkan pandangannya ke arah bunga-bunga yang pernah Yihua ajak bicara saat itu, tepat mengarah ke arahnya. Kembali ia putar kejadian kala itu, saat itu ....

"Pa–patung ... alkemis? Tidak mungkin!"

Haha. Lucu sekali pemikirannya. Bahkan Niura sempat berpikir bahwa dirinya berada di dalam patung alkemis. Aneh. Sudahlah, lebih baik Niura kembali dan bersiap untuk besok.

Niura terkekeh, ia bahkan berpikir bahwa dua jendela bundar ini adalah mata dari patung itu. Lucu sekali. Segera ia balikkan arahnya, sebelum kembali berjalan panjang yang melelahkan, Niura bersiap dengan mengambil oksigen sebanyak mungkin.

Niura menyesal telah membuang naga peliharaannya hanya karena cacing parasitnya tidak menyukai kehadiran hewan kontrak lain. Dan sekarang naga itu sudah tidak bisa lagi membantunya.

"Sudahlah!" hembusnya dan bangkit. Ini sudah sore, prediksinya sekarang ini sudah sekitar jam lima sore, kalau tidak salah.

Lama memandangi kunci yang ia genggam, Niura memutuskan untuk membuangnya ke sembarang arah.

Namun, tidak terdengar suara kunci yang bertabrakan dengan lantai. Pantas saja, kunci itu jatuh tepat di sebuah peta.

"Eh, peta?"

Hanya ada barang itu di sini, benar-benar satu-satunya! Pandangannya tidak pernah salah.

Tak ... Tak ... Tak ...

Langkah kakinya menginginkan Niura untuk mengampiri peta itu. Gila.

Masalah hidupnya rumit sekali!

Diraihnya kedua benda itu; kunci dan peta usang.

Srakkk

Dibukanya lebar-lebar peta itu.

Matanya membelak terkejut, peta itu menjelaskan tempat dimana ia berada, dan sebuah harta karun ... Sakura, Asoka dan Teratai?

"Patung alkemis? Jadi ... dugaanku benar?" Oh, tidak, masalah apalagi ini. Benar dugaannya ia kalau berada dalam patung jelek ini. Segera ia baca arah-arah harta karun itu. Kenapa membawa tiga akademi?

Tiba-tiba suara nyaring bergema di ruangan ini. Niura menutup telinganya rapat-rapat. Sakit sekali.

Entah suara apa ini. Niura terawang lanhit-langit ruangan yang tak lain adalah bagian dari kepala dan topi besar patung.

"Hahahaha!"

Apa, itu? Lengkungan suara wanita tua? Kencang sekali.

"Siapa, Kau?" tanya Niura asal. Ia tidak tahu dimana keberadaan pemilik suara itu, padahal ketajaman matanya tengah berada dalam kapasitas tinggi.

Lagi-lagi suara itu terdengar. Dua jendela bulat itu tiba-tiba tertutup oleh salju hitam. Ah, aneh sekali. Sihir, lagi-lagi sihir.

"Ternyata kau, jangan takut gadis manis ... kau adalah penyelamat tiga akademi ini!"

Niura mengerutkan alisnya pusing. Sangat-sangat pusing! Sampai ia tidak bisa menjawab dan hanya berkutat di dalam hati.

Menunggu suara itu terdengar lagi.

"Lepaskan aku dari sini dan kehidupan akan damai. Aku seorang alkemis dan alkemis tidak akan pernah berbohong!"

"Tidak! Aku tidak percaya!" bantah Niura dengan cepat. Bisa saja ini hanya tipuan.

Tiba-tiba saja dinding yang ia sandar mengeluarkan tanda berbentuk topi alkemis berwarna hijau. Dan ini ... hanya alkemis legendaris yang bisa melakukannya. Melihat Niura yang mematung, suara itu kembali terdengar.

"Percayakah? Cepat bantu aku!"

"Ba–bagaimana caranya?" tanya Niura mulai kewalahan.

"Cari hartakarun itu! Aku akan memudahkanmu!"

Niura menelan salivanya gugup. Ia menangguk, membuka kembali peta itu dan mengikuti arah jalannya. Ternyata tempat dimana ia berdirilah tanda (x) itu.

"Apakah aku harus menggalinya?" tanya Niura kebingungan. Ia bahak tidak tahu apa keuntungannya, yang ia inginkan adalah kedamaian.

"Tidak perlu. Di mana tempatnya?" kata suara itu melengking.

Niura menunjuk tanah yang sebelumnya ia pijak.

Duar!

Dan, tanpa harus menggalinya, tanah itu terbingkar sendiri. Memperkihatkan sebuah peti kecil yang karatan.

"Ambil dan buka! Simpan isinya."

Niura kembali mengangguk. Entah mengapa nada suara alkemis itu seperti sedang sangat girang dan tidak ingin menghilangkan kesempatan ini.

Dikunci. Peti itu terkunci! Bagaimana ini?

Niura mencabut jepit rambutnya, ia masukkan ke dalam gembok yang ternyata lubangnya sangat kecil. Mana ada kunci sekecil itu? Lucangnya hanya sebesar kelingking bayi.

Eh, kelingking bayi? Berarti ....








-TBC-

A/N

Huft, akhirnya, part paling aneh selesai. Aku tau telat up.

Jadi, selama gak up ini jari Author bengkak gengsz gabisa ngetik ╭∩╮╯﹏╰╭∩╮Niatnya mau up tiap hari, tapi bukan takdirnya. Ini juga ngetik dengan keadaan jari dililiti perban huhu ....

Bodoamat, yang penting update! Suka gak suka harus suka, titik!

See u next chapter! Poreverrr (Pore lover)

-Desinta

Continue Reading

You'll Also Like

498K 68.3K 36
Namanya adalah Naomi,anak dari Jendral Shu. Jika anak seumurannya sedang belajar menyulam atau mengadakan acara minum teh dengan putri dari kediaman...
960K 95.3K 49
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
262K 17.5K 42
Eleanor gadis yang dilakukan layaknya pelayan oleh kedua orang tuanya. Pada suatu hari,ia mendapatkan surat undangan untuk bersekolah di salah satu...
138K 14K 54
[Follow sebelum baca dong brok ;v] Anastasia gadis berumur 18 tahun, yang masuk ke zaman kerajaan. Zaman yang sama sekali tidak iya ketahui, Dimana d...