Anna & Harry

By arianaisgoingberserk

214K 9.6K 372

Hubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan... More

Part 1 - New Teacher
Part 2 - New Neighbor
Part 3 - Telat!
Part 4 - Pulangnya sama saya, ya?
Part 5 - Kecanggungan
Part 6 - Girls Night
Part 7 - Tidak nyaman ya?
Part 8 - Siapa?
Part 9 - Marah
Part 10 - Ada Yang Lain
Part 11 - Ternyata
Part 12 - Malam Itu
Part 13 - Sepertinya
Part 14 - 007
Part 15 - Grogi
Part 16 - Bad News
Part 17 - Siapa Lagi?
Part 18 - Bingung
Part 19 - You
Part 20 - The Past and The Kiss
Part 21 - Dinner
Part 22 - Good Morning, Anna
Part 23 - Operasi: Ferni
Part 24 - Rencana
Part 25 - Nyaris Ketahuan
Part 26 - Bottle of Milk
Part 27 - Oh Tidak
Part 28 - Penjelasan Ke Sandi
Part 29 - Normal
Part 30 - Halo Bandung
Part 31 - Observatorium
Part 32 - Tie a Tie
Part 33 - Kaget Lagi
Part 34 - Cerita
Part 35 - Penasaran
Part 36 - Keseruan
Part 37 - I'd Give You My Breath
Part 38 - Dua Berita Baik/Buruk?
Part 39 - Asumsi
Part 41 - Ini beneran?
Part Selingan - POV Harry
Part 42 - Be Mine
Part 43 - Young Again
Part Selingan 2 - Harry dan Papa Anna
Part 44 - A Step Back
Part 45 - More Time
Part 46 - Sebelum atau Sesudah?
Part 47 - Sandi dan Akhirnya
Part 48 - Apa benar?
Part Selingan 3 - Harry dan Lanina
Part 49 - Penjelasan dan Pertemuan
Part 50 - One Thing Almost Led to Another
Part 51 - Wait
Part 52 - About Last Night

Part 40 - Aturan dari Papa

1.7K 120 0
By arianaisgoingberserk

Whoa! I feel good, I knew that I would, now

I feel good, I knew that I would, now

So good, so good, I got you

***

Anna menatap layar HPnya dengan penuh keraguan. Tertera dilayarnya yang bertuliskan nama Papa, menanti untuk segera diangkat. Akhirnya setelah dua kali missed call, Anna menyerah dan menerima panggilan teleponnya.

"Ha..hallo Pa?"

Dari sebrang terdengar suara nafas lega Papa Anna. "Hallo Na? Kok baru diangkat? Kamu habis apa?"

"Emmm," Pandangan Anna ditaburkan ke seluruh ruangan, mencari benda yang bisa dijadikan alasan. Akhirnya pandangannya tertuju kepada tumpukan buku. "Habis belajar Pa, biasa. Ini HPnya aku silent jadi gak kedengeran. Soalnya biasanya ganggu sih. Hehehe."

"Oooh, belajar buat UN ya?" tanya Papa memastikan.

"Iya Pa benar. Baca-baca aja sih biar bisa inget terus materinya. Apalagi pelajaran biologi kan banyak banget yang harus dihafal."

"Iya benar itu, An."

Keheningan menyeruak diantara keduanya. Anna takut memulai bertanya, meski dia sudah tahu apa yang selanjutnya akan mereka bicarakan. Sementara Papa Anna bingung harus bertanya mulai dari mana.

"Anna...."

Mata Anna terpejam. "Iya Pa?"

"Sepertinya kamu tahu kan apa yang mau Papa tanyakan?"

"Iya Pa..."

"Guru kamu udah cerita?"

"Iya Pa...."

Papa Anna terdengar mendesah kecil dari sebrang sana. Anna hanya meringis saat tahu mungkin dirinya dalam masalah besar. Atau tidak. Kata Pak Harry kemarin, Papanya hanya belum setuju saja. Anna harus bersiap-siap untuk mengambil hati Papa serta Mamanya.

"Anna, kamu udah tahu kan Pak Harry...Harry umur berapa?" tanya Papanya tidak yakin.

Anna mengangguk, lalu tersadar bahwa Papanya tidak akan melihat. "Iya tahu Pa." lanjut Anna.

"Dan kamu aware dengan perbedaan umur kalian? Apa kalian akan nyambung?"

"Pa..."

"Lali, dia itu guru kamu. Apa menurut kamu tindakan yang kalian lakukan itu etis, Nak?"

"Pa..."

"Tolong jelaskan ke Papa, Anna." Papanya memohon.

Sebelum Anna menjelaskan, dia menutup matanya dan menghela nafas panjang. "Pa," Anna berhenti sebentar untuk berdehem. "Kalau Papa bertanya apakah etis, mungkin Anna akan jawab hubungan guru dan murid diluar profesinalisme adalah tidak etis. Anna tahu, seorang guru berkewajiban untuk mengajar anak muridnya. Dan itu yang dilakukan Pak Harry ke Anna selama ini. Dia udah membantu banget ke Anna dengan pelajaran Kimia. Papa tahu sendiri kan gimana gak tahunya Anna dipelajaran itu? Sampai waktu itu Anna curhat ke Papa karena Bu Tia saudara Papa? Selama ini hubungan kami gak merugikan satu sama lain Pa, malah menguntungkan karena Anna jadi lebih mengerti materi. I don't know Pa. We can't choose  who we love. Anna yakin dulu Papa juga gitu ke Mama, kan?"

Anna akhirnya mengeluarkan senjata pamungkasnya, yaitu membawa hubungan Papa dan Mamanya. Memang, menurut cerita kedua orang tuanya, Papa dan Mama Anna sempat tidak disetujui oleh orang tua—kakek nenek Anna—nya karena masalah adat istiadat yang tidak menganjurkan menikah dengan orang yang diluar adatnya. Namun, buktinya cinta bisa mengalahkan segalanya. Papa Anna akhirnya berhasil meluluhkan hati orang tuanya dan juga orang tua Mamanya sehingga mereka bisa menikah dan menghasilkan Anna.

Keheningan didengar Anna dari sebrang sana. Sepertinya Anna berhasil dengan kartu ASnya, yaitu membawa masa lalu Papa dan Mamanya.

"Papa udah yakin pasti kamu akan membawa masalah ini."

"Hehehe, Paaa."

"Papa takut, Nak. Kamu jauh di Jakarta sana. Dan guru alias pacar kamu itu tinggal tepat di depan kamar kamu. Salahkah kalau seorang Papa khawatir kepada anaknya? Bagaimana pun, sebaik apa pun, Harry adalah pria dewasa. Di sana kamu tidak ada pengawasan, Papa tidak bisa menitipkan kamu ke siapa pun selain ke Harry. Tapi sekarang Papa malah takut untuk menitipkan kamu ke dia. Kamu anak Papa satu-satunya. Perempuan lagi. Papa takut kamu tidak bisa menjaga diri..." Papanya terdengar kecewa.

"Pa.. Papa bisa memegang kata-kata Anna. Kita gak akan ngapa-ngapain yang merugikan kita, orang lain, apa lagi keluarga. Anna bisa jaga diri kok. Selama ini kan Anna udah diajarkan mandiri sama Mama dan Papa. Gak usah khawatir yaaa."

"Papa akan lebih yakin kalau lihat sendiri. Sehabis UN Papa akan pulang lalu menengok kamu sebentar."

"Eh—"

Anna teringat, bahwa sehabis UN adalah jadwal Anna dan Pak Harry untuk liburan ke Kupang. Tapi tidak mungkin Anna memberi tahu ke Papanya. Anna takut Papanya akan berpikiran yang macam-macam. Padahal Anna bisa menjaga diri dan bersumpah tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

"Kenapa?" tanya Papa Anna penuh selidik.

"Kerjaan Papa gimana? Bukannya kemarin Mama cerita kalau Papa lagi hectic banget, ya?"

"Anna, Papa lebih mementingkan anak Papa sendiri dari pada pekerjaan."

Jadinya mungkin rencana liburan Anna dan Pak Harry setelah UN selesai agak sedikit runyam. Sepertinya harus diundur sampai Papanya kembali ke Iran jika tetap mau liburan. Anna sebenarnya yakin Pak Harry tidak apa-apa dengan kedatangan Papanya yang dibilang mendadak ini,

"Huff yaudah deh Pa. Tapi, Papa setuju kan?"

"Setuju apa?"

Anna mendengus. "Ih Pa, hubungan aku sama Pak Harry?"

Terdengar Papanya terkekeh dari sebrang sana. "Anna, sebenarnya jika Papa diberi pilihan, maka tentu Papa akan memilih tidak. Tapi seperti yang kamu bilang dan Harry ceritakan ke Papa, semenjak hubungan kalian itu nilai kamu di kelas jadi semakin meningkat. Awalnya Papa ragu apakah Harry memainkan nilai. Namun setelah Papa bertanya ke guru lain, nilai kamu juga ikut meningkat. Tidak hanya pada pelajaran Kimia aja. Papa mulai agak lega."

"Jadiiiiii?"

"Papa pengin tahu, apa yang kamu suka dari Harry? Kenapa dia, guru kamu, yang jarak umurnya sangat jauh dengan kamu? Mengapa tidak anak seumuran kamu seperti Dipo—"

"DIPO ITU PACARNYA DESI PA."

Papa Anna tergelak. "Oooh, mereka pacaran juga?"

Anna memutar bola mata. "Lah iya. Aku kira Papa udah tahu."

"Jadi, apa An?"

Anna terdiam dan berpikir sejenak sebelum mengucapkan sesuatu. "Pa, Pak Harry adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia bisa membuat aku ketawa, terharu, dan senang. Tidak pernah sekali pun dia membuat aku menangis atau mulai bermain fisik. Dia orang yang penyayang, sabar, pintar. Pokoknya semua sifat yang baik-baik ada di dia deh! Kekurangannya cuma satu sih."

"Apa itu?"

"Ketuaan. Hehehe."

Papa Anna terdengar terkekeh kecil. 

"Jadi, Pa?"

Selesai Papa Anna tertawa, Papa Anna kembali serius. "Anna, kamu tahu kan jarak umur kalian itu besar?"

"Yaa."

"Dan kamu tahu, kalian tidak akan menua bersama. Dia akan tua terlebih dahulu, lalu kamu akan mengikuti. Kamu siap?"

"Siap Pa!" seru Anna tanpa pikir panjang.

Papa Anna akhirnya hanya bisa menghembuskan nafas pelan. "Baiklah, kalau itu mau kamu Nak."

Anna terperanjat. "BENER NIH PA DIRESTUIN?"

"Jangan buru-buru ambil kesimpulan. Papa belum bisa berkata banyak sebelum Papa bertemu dengan Pak Harry nanti. Jadi untuk sekarang, Papa belum bisa memberi jawaban apakah Papa setuju atau tidak. Masih harus dirundingkan dengan Mama. Kamu tahu sendiri lah, Mama itu sifatnya agak alot. Biarkan Papa jelasin dulu ke Mama."

"OKE OKE." Anna kembali bersemangat.

"Tapi ingat Nak. Setiap malam Papa akan menelpon kamu untuk memastikan kalian berada di kamar masing-masing. Kalau bisa, Papa suruh Pak Suswanto untuk ngecek kalian.  Papa akan terus menelpon kamu sampai Papa yakin kalian aman. Jika kamu gak angkat, atau Harry tidak angkat, Papa berhak marah. Lalu kalian tidak boleh sering berdua doang pada ruangan tertutup. Jangan terlalu sering pergi berdua, jangan terlalu sering di apartemen berdua. Papa berusaha untuk percaya dengan kamu Nak."

Mata Anna berbinar. Artinya, tinggal selangkah sebelum hubungannya dan Pak Harry disetujui Papa dan Mamanya. Anna sangat senang karena tadinya Anna takut Papanya tidak akan setuju. Tinggal dia harus mencari cara bagaimana cara meluluhkan hati Mamanya.

"MAKASIH PAAAA."

Malam itu, Anna tertidur dengan bahagia.

***

Continue Reading

You'll Also Like

9.1K 591 26
Bahasa kadang baku kadang non-baku, hehehe. Enjoy reading guys. ❀
1.9K 291 40
πŸ‘‰LENGKAPπŸ‘ˆ Judul awal Daniel Is My Namja Chingu Memiliki seorang kekasih yang tampan, baik hati, disenangi banyak orang dan juga populer membuat Se...
114K 4.1K 55
Jonathan Christian Harris passwordnya? "Tidak ada seorang pun yang bisa menolak pesona ku" "Niatnya cuma kerja ya Tuhan ini kenapa dikejar kejar sam...
2.8M 141K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞