Feromóni

1.2K 176 28
                                    


Semasa ia kecil dulunya, ia dulu pernah bertanya-tanya menjadi sedikit berbeda dengan dikelilingi atau berada di lingkungan yang asing. Pertanyaan itu terbesit tatkala melihat orang asing yang sedang berlibur di London dan nampak begitu berbeda. Mereka orang Asia saat itu, mungkin sepasang kekasih yang sedang berlibur. Ditengah keramaian orang-orang barat yang serupa, mereka sangat berbeda. Karena itu, ia ingin sekali merasakan sensasinya. Tapi ia tak pernah mendapatkan sensasinya.

Namun sekarang, ia merasakannya. Yang berbeda, sensasinya aneh. Ia adalah satu-satunya manusia tulen di ruangan kerja milik bossnya, Blaise Zabini. Di ruangan kerja itu ada seorang wanita berambut sebahu berwarna senada dengan rambutnya yang duduk anggun sembari tersenyum riang menatapinya dan Draco Malfoy disampingnya. Duduk bagai ia raja didunia dengan secangkir teh.

"So...kau memang sudah menunggu kebangkitanku dan sudah tahu kalau aku akan dibangkitkan oleh seorang manusia?" Draco menatap perempuan itu dengan pandangan datar menyelidik. Sementara perempuan yang mengaku bernama Pansy hanya tersenyum. Senyum yang aneh menurut Harry.

"Ya, kau lupa aku bisa meramal?" Ia masih tersenyum. Namun kali ini misterius. Harry duduk tidak nyaman. Ia tersenyum menatap Harry. "Aw, jangan sungkan seperti itu, Harry. Kau mau sesuatu? Biar Blaise ambilkan."

"Kau kira aku pelayan?"

Harry diam-diam ingin tertawa.

Perempuan disebelahnya hanya tersenyum. "Kalau kau ingin tertawa, kau boleh tertawa. Kau tahu? Aku dan dia sudah bersahabat lama. Sebetulnya kami bertiga sudah bersahabat cukup lama. Blaise! Apa kau sudah menceritakan semuanya mengenai Draco? Oh! Aku tidak sabar menunggu perkembangan mereka berdua." Pansy tersenyum manis.

Blaise memijat batang hidungnya.

Harry menatap aneh.

"Um...maafkan aku, aku tidak begitu memahami ini." Pansy tersenyum mendengar Harry berucap dengan nada bingung. Pandangan matanya seolah berkata kalau Harry adaah gadis perawan yang akan dijodohkan dengan ibunya sendiri. Dengan sesama pria.

HARRY LURUS!

"Harry, pernah mendengar bahwa kadang kau tidak perlu memahami secara langsung dan biarkan semesta menuntunmu? Ah, kau sangat manis!" Pansy memeluk Harry erat. Hingga tak lama Pansy melepaskan pelukan Harry mendadak dan pintu itu terbuka.

Menampilkan Draco yang memasukkan kedua tangannya pada kantung celananya. Memandang dunia dengan angkuh. Oh, ingin sekali Harry menempeleng kepala Draco dan berkata kalau dunia ini bukan miliknya. Draco langsung menatapnya, Blaise menahan tawa.

Sial. Dia lupa kalau Vampire diruangan ini bisa membaca pikiannya.

"Kau harus aku ajari sopan santun, nak" Draco tersenyum tipis. Ia duduk disalah satu kursi bak raja di singgah sana. Pansy rolled her eyes.

"Draco! Dia ini masih muda! Rebel sedikit sepertinya tidak masalah, bukan begitu Harry? Harry, don't mind him. Draco sudah ketinggalan zaman karena terkurung terlalu lama dan tidak chill." Pansy menatapi Harry dan mengacak rambut Harry yang sudah berantakan.

"Pansy Parkinson, keturunan Penyihir dikerajaan Slytherin...kau membuat Harry yang juga sebagai pekerjaku takut." Blaise berujar enteng dan memantik api untuk rokok yang sudah berada diantara bibirnya. Harry bersumpah melihat Pansy langsung merubah matanya menjadi merah.

"Berisik."

Apakah ini gambaran wanita yang sedang mengalami 'datang bulan'? Blaise hampir terkikik. Sial, atasannya pasti tahu apa yang Harry sempat pikiran.

LagunaWhere stories live. Discover now