Permulaan

1K 26 4
                                    

Namaku VI, aku adalah anak ketiga dari tiga bersaudara atau biasa disebut anak paling kecil di dalam keluargaku, ayahku seorang keturunan Cina yang menikah dengan ibuku yang berketurunan Jawa, keluargaku sering sekali menjadi topik paling hangat para tetangga terutama hal-hal yang berkaitan dengan etnis kami, hubungan kami dengan para tetangga agak buruk pula dengan keluarga jauh kami yang memperebutkan harta warisan milik kakek. Tidak hanya itu saja, hubunganku dengan teman-teman sekelasku juga renggang entah kenapa, setiap kali mereka melihatku, tatapan mereka seolah-olah merasa jijik kepadaku.

Ini adalah ceritaku sebelum bergabung menjadi anggota Proxy yang bekerja untuk tuanku Slenderman. Ceritaku dimulai pada pertengahan semester satu kelas tiga SMA pada saat praktikum biologi di gedung bekas laboratorium kimia.

--

Aku telah bersiap untuk berangkat ke sekolah, buku-buku untuk pelajaran hari ini semuanya sudah kusiapkan kemarin malam jadi aku tidak perlu mondar-mandir untuk mengecek ulang apa yang tertinggal, tugas-tugas juga sudah selesai dan siap untuk dikumpulkan. Ketika aku hendak menuju ke pintu untuk keluar rumah, aku mendengar ayah berteriak-teriak dengan telepon genggamnya, aku tahu apa yang ia bicarakan, aku tahu apa yang sedang melanda keluarga ini dan aku hanya bisa diam karena aku tak bisa melakukan apa-apa namun yang bisa kulakukan adalah mengurangi beban keluarga dengan giat belajar, dengan begitu setidaknya tidak menambah beban pikiran kedua orang tuaku.

"Papa, aku pergi dulu." Ucapku sembari langsung keluar rumah, entah apakah suaraku sampai pada Papa atau tidak. Kuraih sepedaku dan ku kayuh pedalnya.

--

Jam pelajaran biologi telah usai besok ada praktikum percobaan enzim dengan ekstrak hati ayam, praktikum juga berarti bekerja secara kelompok, aku takut tak dapat kelompok. Aku melihat ke arah belakang, seperti biasa Mita, Yuya, Annisa dan Mami pasti sudah menjadi satu kelompok pula Nuzuli, Dea, Ayak dan Tatak. Aku semakin bingung lalu kulihat Rona dengan kelompoknya, sepertinya masih tiga orang kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka, dengan hati gugup dan penuh harap aku bertanya,

"Rona, kelompokmu ada yang kurang?" tanyaku lirih.

"Eh aku ngga tau, cuma aku, Memey sama Vera tapi yang satu lagi ngga tau siapa."

"Boleh aku ikut kelompokmu?"

"Aku ngga tau, Meey! [n] mau ikut boleh ngaa?" teriak Rona.

Memey menoleh ke aku. "Sebentar ya biar aku tanya dulu."

"Napa to? [n] mau ikut?" Tavera hanya melirik kearahku.

Mereka semua saling menoleh satu sama lain, mereka terdiam pula diriku di tengah-tengah ramainya kelas di saat jam istirahat.

"Yaudah to..." kata Memey lirih.

Tavera menoleh ke arahku, "Heh, mo ikut? Yaudah kamu ikut."

--

Setelah seluruh barang yang akan kubawa besok sudah beres, aku membuka aplikasi chat di smartphoneku aku melihat Yuya memerikan komentar pada statusku, ia bilang kata 'seems legit' adalah kata miliknya dan tidak boleh ada yang menggunakannya selain dirinya. Aku hanya membalasnya dengan maksud bercanda kemudian ia membalasnya dengan nada kesal dan mengatakan kalau dia sudah susah payah mempelajari bahasa Inggris, menemukan kata-kata baru dan malah digunakan oleh orang lain.

Aku terpaku dengan jawabannya, aku tak mengira bahwa 'hanya' sebuah kata saja memiliki hak cipta? Bukankah kata 'seems legit' sudah banyak digunakan sebelum dia? Bukannya itu kalimat yang sudah biasa? Aku justru tak mengerti dan aku hanya bisa minta maaf, untungnya ia mau memaafkanku tapi... 'kenapa aku yang minta maaf?' itulah pertanyaanku kemudian air mataku pun mengalir, apa salahku? kenapa aku selalu menjadi pihak yang di kalahkan? Aku tak tahu lagi kenapa kemudian aku pun terlelap karena lelah menangis. Di saat aku jauh terlelap, aku melihat sebuah mimpi aneh, seseorang menutupi kedua mataku dari belakang, namun tubuhku tak bisa bergerak ia membisikan sebuah kata dengan suara berat dan seraknya kepadaku, 'bunuh' bisikan tersebut terasa menggema di otakku, bisikannya membuat gendang telingaku sakit, suaranya seperti seribu suara yang menjadi satu. Aku mencoba untuk bangkit dari tidurku namun aku tak bisa.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu menggeliat memasuki bajuku dan melilit perutku, rasa sakitnya sungguh luar biasa rasanya bagaikan dililit oleh ular besar dan lilitannya seperti menggores kulitku, kemudian semakin naik ke dada hingga ke leherku dan mencekiknya. Aku mengerang dan mencoba melepaskan diriku namun aku hanya menendang udara kosong saja. Rasa sakitnya semakin luar biasa dan membakar diriku hingga aku memekik hebat kemudian suara bisikan itu datang lagi, 'bunuh mereka, maka kau akan bahagia.' seketika lilitan di tubuhku semakin memanas dan kemudian bebubah menjadi nyala api dan membakar diriku. Aku pun menjerit sebagaimana tubuhku membuat kontak langsung dengan api.

VI Creepypasta (BAHASA version)Where stories live. Discover now