Untold Tale: Ai Mochizuki's Disappearance part 2

149 6 0
                                    

Hoodie's PoV

Setelah dipanggil dan menerima misi baru dari tuanku dan harus kukerjakan malam ini, aku segera pamit keluar dari ruangannya, namun, rasanya ini adalah misi yang paling aneh, selama hidupku menjadi proxynya aku tak pernah menemukan misi semacam ini namun aku tetap tak berhak bertanya kepada tuanku mengenai hal ini meskipun aku ingin sekali mengetahuinya.
Setelah menyiapkan peralatan yang kubawa di dalam backpack, aku berjalan keluar kamar dan menelusuri koridor mansion yang remang ini kemudian turun menuruni tangga ke lantai satu, di ruang tamu aku melihat Ai sedang duduk di sofa sembari bermain boneka dengan Sally, kemudian aku memanggilnya untuk pergi menjalankan misi dengan sigap ia langsung melompat dari sofa.

"Ai, kau akan pergi?" Tanya Sally dengan wajah kecewa.
"Tak apa Sally, kami akan pulang. Paling tidak dua hari." Jawabku sembari menenangkannya.
"Maaf, Sally. Nanti kita main lagi ya!" Seru Ai untuk menyemangati Sally yang muram.
"Janji?" Tanya Sally lagi dengan wajah penuh harap.
"Janji!" Jawab Ai singkat dengan girang.

Wajah Sally pun berubah riang dan ia terkikik pelan, setelah itu aku dan Ai pergi keluar dari mansion.
Setelah berjalan kaki sekitar satu jam, kami berdua sampai di sebuah kabin yang terletak di hutan nasional dan letaknya pun tak jauh dari kota dan mansion. Kabin ini adalah tempat peristirahatan para penjelajah alam namun sekarang hampir jarang digunakan semenjak ada kejadian orang menghilang dan tak pernah ditemukan, siapa lagi pelakunya kalau bukan tuanku yang melakukannya.
Ketika masuk ke dalan kabin, aku segera menyalakan saklar lampu seketika lampu di dalam kabin menyala dan menerangi di setiap sudut. Kutaruh backpackku di atas meja dan mengeluarkan sebuah handycam dan memberikannya kepada Ai.

"Ai, tolong kau hidupkan handycam ini dan taruh di meja di dalam kamar, kemudian tolong kau pindahkan semua data di dalam flashdisk ini kedalam laptopku." Kataku dengan pelan.
"Baik, lalu kau mau apa?" Tanya Ai dengan keheranan.
"Aku ingin ke kamar kecil sebentar--uhuk!" Kalimatku terpotong karena batuk yang tiba-tiba keluar.
"Badut! Kau tidak apa-apa?!" Teriak Ai.

Tanpa menghiraukannya, aku berjalan cepat ke arah kamar kecil sembari membawa beberapa botol pil penghilang rasa sakit bersamaku.

Ai's PoV

Aku tak menyangka hari ini Hoodie berkata lebih sopan denganku, biasanya ia memanggilku dengan sebutan 'pendek', 'anak kecil' atau 'dada rata' namun, ia sekarang menyebut namaku dengan baik, mungkin aku juga harus memanggilnya dengan namanya.
Setelah selesai mengerjakan apa yang Hoodie minta, aku duduk di sofa sembari melepaskan sepatu boots hitamku dan meluruskan kakiku. Perjalanan panjang tadi menbuatku lelah dan pegal, kali ini misi macam apa yang tuan berikan kepada kami, pikirku. Biasanya tuan memberi kami misi yang sederhana seperti melacak target, mengumpulkan data korban dan menghabisi korban serta misi tersebut biasanya kami lakukan di sekitar rumah target.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit lebih, Hoodie tak kunjung keluar dari kamar kecil, membuatku jadi penasaran dengannya. Aku beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamar kecil.

"Hoodie, kau tak apa-apa?" Tanyaku sembari mengetuk pintu.
Namun hanya kesunyian yang kudapat, tak ada jawaban maupun suara di dalam kamar mandi. Kurapatkan telingaku pada pintu kamar kecil untuk memastikan lagi apakah ada suara namun aku tak mendengar kegiatan apa pun di dalam. Aku pun mulai panik dan mendobrak pintu kayu tersebut sekuat tenaga, tetapi usahaku sia-sia saja. Kemudian aku mundur beberapa langkah dan lari mendobrak pintu tersebut.
Usaha ini kuulangi berkali-kali hingga akhirnya berhasil kudobrak, namun, aku sangat terkejut ketika mendapati kamar kecil kosong. Kulihat dilantai ada bercak darah pula di wastafel terdapat bekas darah yang di cuci, di dekat shower aku menemukan dua buah botol obat pil yang kosong dan penutup kepala milik Hoodie.
'Aku harus segera melaporkan hal ini pada tuan!'
Sebelum sempat bergerak, sekelebat bayangan hitam muncul dari arah belakang dan memukulku dengan keras hingga membuatku jatuh tersungkur di lantai, pandanganku buram semua dan cahaya semakin menyiut dari pandangan mataku.

--

Tap
Tap
Tap

Sebuah video call muncul di hadapan layar dan terpampang wajah seseorang dengan rambut coklat-hazel yang memakai topeng putih dengan wajah tersenyum.

"Bagaimana keadaanmu, Hoodie?" Tanya orang tersebut.
"Baik, Masky." jawab Hoodie singkat.
"Kalau 'dia'?" Tanya orang yang bernama Masky tersebut.

Dengan malas, Hoodie mengarahkan laptopnya ke arah meja sehingga Masky bisa melihat hasilnya. Dengan perasaan yang tertekan ia memandangi tubuh mungil yang duduk dengan kepala tertunduk di atas meja dan kedua tangan dijepit dengan alat berat.

"Apakah dia masih hidup?" Tanya Masky.
"Tentu." Jawab Hoodie singkat.
"Oh, baiklah. Kawanku, besok sekitar jam delapan sekelompok anak muda akan menempati kabin untuk bermalam di sana. Segera selesaikan secepatnya." Jelas Masky kepada Hoodie.
"Tentu."

Pip

--
[A/N]: Terima kasih atas para pembaca yang setia dan dukungan penuh teman-teman di grup Creepypasta Anime Indonesia, berkat dukungan kalian author dapat membuat lanjutan dari cerita ini. Terima kasih dan mohon maaf atas keterlambatannya karena author sedang dalam persiapan SBMPTN dan ujian keterampilan yang akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 Juni mendatang. 39

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VI Creepypasta (BAHASA version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang