Cerita

996 179 66
                                    

"Wihhh, udah rame aja," sapa Riki kepada keenam temannya yang kini sedang berkumpul di rumah Sandi.

"Tumben telat lo?" tanya Surya sambil memakan kacang yang sebelumnya telah disediakan oleh Sandi.

"Iya, nunggu ijin mbak Yasmin dulu tadi," balas Riki sambil mendudukkan diri disebelah Jay. Tangannya menepuk pundak Jay, "Mas Jay, hotspot dong."

"Ck, miskin," balas Jay sambil mengambil handphone miliknya yang berada di meja. "Udah tuh."

"Hehe, makasih."

"Jadi, motivasi kalian kesini tuh apa sebenernya?" tanya Sandi, si tuan rumah. Pasalnya mereka berkumpul di tempat yang sama, tetapi asik dengan dunianya sendiri.

Jake yang tidur di karpet, Surya yang sibuk memakan kacang, Hilmi yang berkutik dengan tugas-tugas di laptop miliknya, serta Jay, Juna, dan Riki yang kini sibuk dengan handphone milik mereka masing-masing.

"Ya gue numpang nugas disini, sekalian liat kakak lo," balas Hilmi, pandangannya tetap fokus ke arah laptop.

"Gue dirumah sendiri," balas Riki. "Mas Yudha nongkrong, mbak Yasmin mau hangout, gue gabut, gak ada yang bisa direpotin."

"Kalo gu--Eh, mbak Shila!" sapa Juna. Mereka serempak menoleh ke arah Shila, "Rapi amat mbak?" Juna basa-basi.

"Hehe, iya nih, mau hangout," balasnya dengan tersenyum. "Eh ada Riki."

"Eh, iya mbak?" tanya Riki.

"Gapapa." Shila terkekeh, baginya Riki lucu. "Yasmin udah siap-siap?"

"Oh, mau hangout sama mbak Yasmin?" tanya Riki, Shila mengangguk. "Udah tadi, udah rapi dari kaki sampe alis."

Shila mengangguk, "Dek," panggilnya kepada Sandi.

"Hah?"

"Itu, temen lo," ia menunjuk ke arah Jake yang terkapar di atas karpet.

"Injek aja mbak, kalo perlu yang keras," ucap Surya.

Shila menhgeleng, "Bagunin dia dong, tolong," pintanya.

Surya mengangguk saja, ia menepuk punggung Jake.

Plak!

Bukan menepuk, memukul punggung Jake dengan lumayan keras. Hingga Jake terbangun, "Ha?"

"Ngalangin jalan goblok!" sahut Jay.

"Oh." Jake menepi, dan kini tidur menyender pada Juna.

"Allahuakbar, mas Jake berat banget," keluh Juna.

Shila terkekeh sebentar, "Duluan ya, kalo kalian mau makan ambil aja, gue masak tadi," ucapnya sebelum melangkahkan kakinya keluar.

"Ati-ati mbak!" seru Sandi, Shila hanya mengangguk, dan perlahan menghilang.

"Enak ya kakak lo kayak mbak Shila," celetuk Riki. "Senyum mulu tiap hari, lah mbak Yasmin? Galak banget, tiap hari juga datar."

"Pencitraan anjir," balas Sandi. "Coba gak ada lo lo pada, maungnya keluar tuh."

Hilmi tertawa, "Eh tapi kakak kalian cakep cakep loh," ucapnya, matanya tak lagi menatap layar laptop. "Buat gue satu kek."

"Selera lo yang lebih tua ya mas?" sahut Juna.

"Jaman sekarang umur bukan masalah cuy!" jawab Hilmi dengan nada menggebu-gebu. "Jadi, gimana nih calon adek ipar?"

Ya, tampan rupawan, terlihat pendiam. Namun menjadi seperti orang gila tanpa pengawasan didepan sahabatnya, itulah Hilmi yang sebenarnya.

siblings [ hyunjin, yeji, ni-ki ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang