57 Lia 3

3.2K 12 0
                                    


Aku meronta-ronta mencoba melepaskan atau paling tidak bisa mengendurkan tali-tali yang mengikat tubuhku. Tanpa kuduga beberapa tali mengendur tapi kejadian ini terlihat olehnya. Di buka kembali simpul tali itu kemudian ia tarik kedua simbul berlawanan arah lebih keras lagi sehingga membuat ikatan semakin kuat.

"Cuba-cuba membebaskan diri ya? boleh saja kalau bisa. Semakin kamu cuba untuk melepaskan tali-tali tersebut, semakin kuat ikatan akan kubuat." tuturnya.

Lia kemudian keluar ruangan dan beberapa saat kembali lagi membawa gulungan plastik (wrap plastik).

"Aku ada hadiah untukmu" sapa Lia. Ia lalu melanjutkan, "Kamu sekarang akan kuanggap sebagai makanan dan agar tetap segar, akan kamu akan kubungkus serta kusimpannya dengan baik".

Disuruhnya aku untuk berdiri dan dia mengancam akan menghukumku lebih keras lagi jika aku terjatuh. Lia mulai membungkus diriku dengan wap plastik tersebut mulai dari leher hingga jari-jari kakiku. Beberapa kali aku hampir terjatuh namun aku berhasil mengatasinya. Aku tidak ingin hukuman yang lebih keras menimpaku jika aku terjatuh. Pengab dan sesak serta sempit rasanya seluruh tubuhku karena terbungkusnya plastik itu. Aku tidak berdaya dan berpikir apa lagi yang akan Lia perbuat terhadapku mengingat sudah tidak ada tempat lagi di badanku untuk diikat.

Hampir setengah dari wrap plastik itu membungkus diriku. Kulihat di paras mukanya belum puas dengan apa yang sudah dilakukan terhadapku. Diambilnya sesuatu dari tas sebuah sabuk pendek dan lebar yang terbuat dari kulit serta di tengah-tengahnya terdapat suatu cincin besi. Di pasangkan sabuk kulit tersebut di kakiku kemudian ia gapai tali yang tergantung di langit-langit ruangan serta ia ikatkan pada cicin besi yang terdapat pada sabuk kulit tersebut.

"Kamu akan merasakan sesuatu yang lain dari biasanya dan akan kubuat kamu melayang-layang di udara."

Kakiku perlahan-lahan terangkat ke atas dan sebelum sepenuhnya kusadari perkataan Lia tadi, seluruh tubuhku tergantung dengan kaki di atas dan kepala dibawah.

"Aduh lucunya deh kamu dengan posisi seperti itu. Apa yah yang kira-kira bisa kulakukan?" katanya sambil berpikir.

Lalu diambilnya 2 buah handuk kecil dan di lilitkan di tangannya. Kemudian dipakainya kaos kaki di kedua tangannya.

"Nah sekarang aku mau latihan tinju. Kamu akan kujadikan sasaran pukulan-pukulanku. Silahkan kalau mau berteriak sekuat-kuatnya untuk meminta tolong. Tidak akan ada orang yang akan mendengar" katanya.

Lalu ia hempaskan beberapa pukulan ke perut dan belakang badanku. Augh, augh, augh.." aku mengeluh menahan sakit. Pukulan-pukulan tersebut tidak di hentikkannya malah semakin keras.

"Kurang ajar, sialan, anjing kamu" teriaknya dengan paras muka yang penuh rasa kebencian.

Selang beberapa lama, Lia menghentikan pukulannya dan terdengar isak tangisnya. Ia menutup matanya dengan kedua tangannya. Setelah itu iapun menyampiri diriku yang masih tergantung dan berkata.

"Maafkan aku ya karena kamu telah menjadi sasaran emosionalku. Maaf ya.."

Setelah itu Lia meninggalkan ruangan. Sudah cukup lama aku tergantung dengan posisi kepala di bawah dan aku mulai merasa pusing. Aku mencari-cari jam di ruangan itu dengan berusaha memputar-putarkan badanku. Kutemui sebuah jam kecil tergeletak di meja rias kamar tersebut. Waktu saat itu menunjukkan jam 2 siang. Sudah lebih dari 4 jam aku terikat. Tangan, siku, kaki dan lututku terasa sakit karena ikatan yang kuat. Kulihat Lia membuka pintu dan lalu menurunkanku dari gantungan itu. Setelah terbaring di lantai lalu dibukakannya plastik-platik pembungkus diriku dengan mengguntingnya. Setelah itu ia buka bandana dan mengeluarkan celana dalam yang sudah hampir 4 jam menyumbat mulutku.

KISAH dari INTERNET 1.0Where stories live. Discover now