CHAPTER 1 - Mi Amor 🤍

1.2K 63 1
                                    

Casi POV

Pesawat gue landed jam 3 sore di CGK Airport, setelah mendapatkan taksi gue langsung meluncur ke rumah orang tua temen gue, Ahza.

Karena orang tuanya lah gue bisa berada di Indonesia lagi setelah menghabiskan 4 tahun penuh di Palestina, dulu waktu kecil rumah gue dan Ahza tetanggaan, meskipun umur kita beda 3 tahun kita selalu main bareng, gue jadi ngerasa punya adik.

Orang tuanya pun udah gue anggap orang tua gue sendiri maklum gue gak punya orang tua, dari kecil gue tinggal dengan nenek dan saat umur gue 18 tahun nenek meninggal.

Di umur gue 20 tahun Papa datang dan mengakui semua property nenek, selama gue hidup itu pertama kalinya gue ketemu Papa dan meninggalkan kesan yang sangat tidak baik buat gue.

Saat itu yang gue perjuangin adalah satu property nenek yaitu apartment di daerah Jakarta Selatan buat gue tinggal, gila aja kan kalo engga, mau tinggal dimana gue, jadi gelandangan.

Itu pun dibantu orang tua Ahza, untungnya apartment itu jatuh ke tangan gue dan dengan tidak tahu malunya Papa gue mengambil semua kekayaan nenek.

Dari situ gue tinggal dan hidup sendiri, Papa Ahza, Bagas Arasya yang mengarahkan gue untuk menjadi seorang dokter. Gue kuliah pun dibantu beliau.

Ibu Ahza, Nada Marliana yang selalu memberikan perhatian ke gue layaknya anak kandungnya. Mereka berdua jadi malaikat penolong buat gue tapi emang dasar gue nya aja yang gak tahu berterima kasih.

4 tahun lalu gue pergi ke Palestina tanpa memberitahukan kepada siapa-siapa, itu memang keputusan gue dan gue tahu sekarang ini gue pasti di marahi habis-habisan sama orang tua Ahza.

...

Author POV

Casi turun dari taksi lalu mendorong kopernya masuk ke halaman rumah Nada, saat mendekati pintu tiba-tiba pintu terbuka dan keluarlah Nada dengan raut wajah yang sedih? Khawatir? Bersyukur? Marah? Senang? Entah lah Casi tidak bisa menebaknya.

Dia sudah khawatir akan reaksi Nada dan Bagas saat dia bertemu, dia takut akan dibuang, sama seperti Papanya yang membuangnya dulu.

"Casi..." teriak Nada lalu memeluknya dengan erat, isak tangis terdengar oleh Casi.

"Ibu.."

"Kamu kemana aja nak? Ibu khawatir sekali, kenapa gak pernah hubungin Ibu atau Papah, kita berdua selalu cari kamu, tanya-tanya ke relasi Papah soal keberadaan kamu" ucapnya disela isak tangis.

"Sudah-sudah Ibu, masuk dulu gak enak diliat tetangga, lagian kasian Casi dia pasti capek, perjalanannya jauh" ucap Bagas.

Ibu melepaskan pelukannya lalu memperhatikan setiap jengkal badan Casi. "Kenapa kamu kurusan? Ayo masuk dulu" Nada menggapit lengan Casi.

"Pah.." Casi tersenyum pada Bagas, hatinya menghangat karena Bagas pun membalas senyumannya lalu menyalaminya dengan tangan kanan yang bebas dari Nada. "Kamu sehat kan?"

"Alhamdulillah sehat Pah"

Bagas mengangguk lalu mereka bertiga masuk ke dalam dan duduk di sofa, Nada yang masih mengapit lengan kiri Casi pun duduk disampingnya.

"Ibu, Papah, Casi minta maaf kalo selama ini Casi selalu merepotkan"

"Casi, kamu anak Ibu gak usah ngomong gitu"

"Iya nak, kita berdua sayang sama kamu, lanjutkan hidup kamu disini ya. Kalo ada apa-apa bicarakan pada kami berdua, jangan disimpan sendiri, paling tidak bicarakan pada Ahza"

"Iya Pah, maafin Casi ya"

Nada memeluk Casi dari samping masih sambil meneteskan air matanya, Casi pun membalas memeluknya. Setelah obrolan yang mengharu biru itu mereka pindah ke ruang makan, mereka bertiga makan sambil Casi menceritakan pengalamannya selama di Palestina.

Mi Amor 🤍Where stories live. Discover now