Part 51: Kean, Yandere?

Start from the beginning
                                    

Walaupun begitu, disudut hatiku merasa bahagia karena dia begitu perhatian dan mempedulikanku. Bahkan sampai berbuat seperti ini. Maka dari itu, aku tetap menghargai usaha Kean untuk membantuku. Sejujurnya mengingat bagaimana ekspresi putus asa Eghan hari itu sedikit memperbaiki marahku padanya.

Aku kembali fokus ke komputer di depanku. Jam di desktop komputer menunjukan pukul 8 malam

Seluruh anggota timnya Pak Myer masih terlihat fokus mengerjakan tugas mereka. Jam pulang kantor sudah berakhir sejak tiga jam yang lalu. Tapi kami masih harus menyelesaikan ini secepatnya. Aku melangkah kearah pantry dan membuat kopi untukku Kean. Serta coklat panas untukku. Disana ada Mira yang sibuk memperhatikan foto yang ada di ponselnya.

"Mbak lo lihat deh," kata Mira ketika memperhatikanku yang sedang menuangkan air panas ke gelas.

"Apaan?" jawabku sambil mengaduk coklat panas.

"Ini itu desain undangan buat kakak gue, dia bingung mau pilih yang mana. Menurut lo mana yang lebih bagus?" tanya Mira sambil menyodorkan beberapa desain undangan padaku.

"Yang ini," kataku setelah memperhatikan dengan seksama detail desain undangan yang Mira sodorkan padaku. Undangan yang aku pilih berwarna dasar hitam. Dengan warna emas yang menghiasi pinggiran undangan. Cetakan nama dan desainnya dipadukan dengan warna emas yang terlihat lebih eksetrik dengan warna hitam yang tenang.

"Menurut lo yang ini juga ya," tanya Mira memastikan. Aku mengangguk setuju. Dan melangkah kearah mejaku yang ada disamping Edra.

Mira mengekori ku masih dengan memperhatikan desain undangan yang ada di ponselnya.

"Mbak lo mau ikut pesan makan malam nggak?" tanya Edra yang masih menscroll beberapa menu makanan yang terlihat menarik di mataku.

"Boleh, sekalian untuk Pak Kean juga," jawabku.

Aku melangkah kearah pintu mahoni yang menyekat ruangan Kean dan dunia luar. Setelah mengetuk dua kali pintu besar didepanku, aku bergerak masuk.

"Ini kopi anda pak," kataku dan menyodorkan kopi hitam yang biasa diminum Kean untuk menemaninya bekerja.

"Terima kasih," ucapnya dan ternyum lembut kearahku.

"Kamu belum pesan makan malam?" tanya Kean dan berhenti dari aktivitasnya di atas keyboard.

"Sedang di pesan Edra. Bapak mau saya pesankan sekalian?" tanyaku.

"Batalin saja, saya sudah pesan makan malam untuk hari ini," katanya dan mengambil ponselnya yang sedari tadi kedinginan diatas meja.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi," ujarku.

Anggota tim Pak Myer bersorak gembira ketika mendengar makan malam hari ini di pesan oleh Kean. Sambil menunggu pesanan datang, aku dan anggota tim Pak Myer mengistirahatkan otak yang sudah terasa panas dan tubuh yang mulai terasa lelah.

Disampingku Mira masih sibuk menyodorkan desain undangan pada yang lain. Sambil menyeruput coklat panas, aku mendengar komentar Mbak Alya dan Pak Myer tentang desain undangan kakak Mira.

"Ini undangan kakak lo kok aneh banget sih Mir," komentar Edra ketika melihat desain undangan yang sedari tadi masih diributkan Mira.

"Aneh apanya?" tanya Mira bingung.

"Pakai bilang alumni dari University of Colombia segala. Nggak sekalian masukin IPK, Pengalaman Organisasi, dan Score IELTS." Canda Edra sambil menyodorkan ponsel Mira yang memperlihatkan desain undangan yang di komentari Edra.

"Gue juga udah komplain, tetap aja mama maunya gitu." Kata Mira sambil mendesah frustasi.

"Keliatan banget mama lo ke sem-sem sama calon mantu ya, Mir. " Goda Edra sambil terkekeh geli melihat Mira yang memasang wajah masam.

"Mama gue emang susah dibilangin," ucapnya dengan nada sayu.

"Lo kapan mau bawa calon mantu yang disukai mama lo, Dra?" tanya Mbak Alya melihat Edra masih setia dengan wajah geli saat menertawakan Mira. Secara Edra satu-satunya yang jomblo menahun di tim ini. Meskipun awalnya jabatan itu dipegang olehku, tapi sekarang beda cerita. Karena aku punya Kean sebagai tameng dari kata 'jomblo menahun' yang selalu di gaung-gaungkan oleh semua anggota tim Pak Myer.

"Tenang mbak, gue bakalan bawa diwaktu yang tepat." Jawab Edra dengan optimis.

"Ya elah, bilang saja lo memang belum ketemu yang cocok," sergah Ronald yang terkekeh geli saat mendapatkan tatapan tajam dari Edra.

"Emang kapan terakhir kali lo pacaran?" tanya Mbak Alya mulai menggoda Edra yang sekarang semakin terjepit.

"Sebelum masehi, puas lo mbak," tandas Edra kesal merasa dia yang selalu menjadi bahan bullyan semua orang.

"Mbak Rere, bantuin gue kenapa. Sesama jomblo menahun. Harusnya lo bantu mantan rekan lo ini," ucap Edra mengadu padaku dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Dia menggeser posisi duduknya dan mendekat kearahku guna meminta bantuan.

Aku terkekeh melihat Edra yang memasang tampang memelas.

Belum sempat aku menjawab Edra. Kean tiba-tiba berdiri di depan pintunya dan melangkah kearah kami. Dengan tatapan dingin dan amarah yang memancar kuat darinya.

Mata Kean menggelap. Tatapannya yang dingin membuat semua orang diruangan itu menggigil ketakutan. Bahkan aku yang menjadi pengamat yang tidak bersalah merasa takut dengan tatapan tajam Kean.

Disisku, Edra terlihat pucat merasakan amarah Kean yang mengarah kearahnya.

"Menjauh dari Micha," katanya dengan suara berat dan nada tajam yang sarat dengan perintah.

Edra dengan cepat mengangkat badannya yang terasa lemas karena tatapan Kean. Sebelum juniroku itu sempat berpindah, Kean sudah menyeretnya ke sofa disebelahku. Dan dengan cepat dia mengganti posisi Edra yang tadinya disampingku.

Kean duduk dengan nyaman seolah-olah posisi itu memang miliknya.

Mbak Alya berdecak depersei melihat sepupunya yang terkadang kehilangan wibawanya jika sudah menyangkut aku, yang notabene adalah pacarnya.

"Dasar Kean Yandere," gumam Mbak Alya. Yang ditangapi dengan anggukan setuju oleh semua orang.

Laki-laki itu tidak menghiraukan gumaman Mbak Alya. Dia dengan lembut menyeka bekas coklat di sudut bibirku. Apalah dayaku, meskipun terkejut dan risih dengan tindakannya. Aku tetap membiarkan Kean yang sekarang menatapku dengan mata hangatnya. Sedangkan tim Pak Myer yang menonton hanya terkekeh geli melihat tingkah kami berdua.

*** 

MellifluousWhere stories live. Discover now