Part 6: Pingsan (Revisi)

143 19 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya

Kontribusi Pembaca sangat berarti bagi penulis

Thanks, Chocomellow

***

Segalanya berjalan lancar. Undangan sudah disebar, sesuai dengan list tamu yang telah aku buat sebelumnya. Acara ulang tahun perusahaan akan berlangsung selama tiga hari. Tak berhenti di situ saja, aku juga menambahkan sesi penghargaan dalam acara family gathering bagi karyawan berprestasi, agar hadiah yang dibeli Dira tidak berakhir sia sia. Sedangkan untuk video di hari penutupan acara dan peresmian galeri aku meminta bantuan pada Dimas. Dengan bujuk rayu akhirnya Dimas mau membantuku membuat dua video tersebut. Meskipun begitu, aku yakin dompetku bakal kering untuk mentraktirnya.

Selama tiga hari selanjutnya aku bekerja dari pagi hingga pagi berikutnya. Setelah kejadian itu, setiap kali Dira mengambil alih pekerjaan, hasilnya laporan yang dibuat Dira selalu home run keluar jendela kantor. Aku sudah berusaha memberikan arahan yang jelas pada Dira dan Timy, tapi sepertinya kata kataku hanya seperti air mengalir di telinga mereka. Dan akhirnya, sebelum acara ulang tahun perusahaan aku memarahi mereka habis habisan.

Beberapa kali aku ikut membantu pekerjaan Dira dan Timy yang kacau. Bahkan untuk persiapan kecil seperti jumlah kursi, taplak meja, lampu sorot, dan catering tak ada yang beres. Tim Pak Myer yang melihatku bekerja lembur setiap hari mencoba membantu. Meskipun mereka juga sibuk untuk pembukaan galeri baru. Aku juga mengerti mereka dalam keadaan terjempit karena kerjaan yang overload.

Tenaga ku kerahkan sampai titik darah penghabisan. Kurang tidur. Makan serampangan. Aku bahkan belum makan malam. Makan siangpun juga karena Mbak Alya memberikanku sesuap bubur. Dan Pak Myer yang berbelasungkawa dengan memberikanku roti bakar yang dibuat istrinya. Lalu sebotol kopi dari Edra, guna membantu mataku tetap melek meskipun khasiatnya sudah tak lagi bekerja. Karena badanku yang terlalu lelah dan kurang tidur. Aku ingin pulang. Tidur dan mandi air hangat. Tapi melihat notulen rapat siang tadi yang belum kuselesaikan. Membuatku mengerang lelah.

***

Lima hari berlalu, dan persiapan ulang tahun persiapan sudah mencapai Sembilan puluh lima persen. Sementara Kean berdiskusi dengan Pak Myer untuk pembukaan galeri, aku mengecek persiapan acara. Begitu semua daftar yang telah kubuat tercentang pertanda selesai. Aku mengehela nafas lelah. Akhirnya selesai. Besok adalah pembukaan acara. Dan aku ingin semuanya sempurna.

Ponsel yang saat ini kugenggam bergetar. Melihat Dimas yang menelepon aku langsung mengangkatnya.

"Videonya udah selesai. Mau gue kirim sekarang atau gimana?" Tanya dimas dari seberang line.

"Lo kirim aja sekarang biar bisa di cek." Hingga beberapa menit kemudian, video yang dibuat Dimas masuk. Setelah aku cek, sempurna. Dimas memang dapat diandalkan. Video acara dan peresmian galeri. Cek.

Pandanganku memburam. Edra yang berada disebelahku masih mengoceh yang aku tak tau apa. Kepalaku pusing akibat kurang tidur dan makan tak teratur. Aku mengerjap beberapa kali mengusir air mata dan pandangan yang semakin kabur. Lalu tiba tiba suara teriakan Kean terdengar dan kegelapan menarikku.

***

Kean

"Micha!" teriak Kean.

Kean dengan cepat berlari kearah Micha. Gadis itu pingsan. Beruntung Edra tepat disebelahnya dan langsung menangkapnya. Saat Kean mendekat, wajah pucat Micha terlihat jelas. Kontras dengan wajahnya yang putih pucat, lingkaran hitam dibawah matanya menandakan dia kurang tidur. Tak ada kata yang tepat selain kata lelah untuk menggambarkan wajah Micha yang dilihatnya sekarang. Bulir keringat muncul di dahinya.

"Apa yang terjadi?" tanya Kean begitu dia mengambil alih tubuh Micha yang lemas dari tangan Edra.

"Kayaknya Mba Rere pingsan karena kelelahan pak. Pagi ini wajahnya pucat," jawab Edra dan segera memungut ponsel gadis itu yang juga ikut jatuh.

"Micha.. Micha... kamu dengar saya?" Kean masih berusaha membangunkan Michael, berharap wanita itu sedikit membuka matanya.

Kenapa dia tak menyadari ini sebelumnya?

Bahkan bukan hanya wajah wanita itu yang terlihat pucat. Badannya juga terasa lebih kurus dari pada saat pertama kali mereka bertemu.

Kean masih menggerakkan tangannya dengan cemas ke wajah Micha yang pucat. Jantungnya terasa diperas sedemikian rupa saat merasakan tanggan wanita itu yang panas. Kean baru merasa lega ketika dia memeriksa denyut nadi Micha yang masih normal.

Dengan cepat laki-laki itu mengangkat Micha dan membawanya ke mobilnya.

"Saya antar Micha ke Rumah Sakit, kalian selesaikan pekerjaan disini, dan menyusul saya ke Rumah Sakit." Perintah Kean. Tampa menunggu jawaban dari Edra dan Alya yang menatap Kean tatapan penuh tanya.

Kean melangkah dengan cepat kearah mobil mereka yang terparkir di area depan gedung.

"Micha, apa kamu bisa mendengar saya?" Kean masih berusaha membangunkan Michael yang ada di pelukannya.

"Micha..." Kean kembali beteriak cemas ketika merasakan dahi panas Micha yang bersentuhan dengan lehernya.

"Micha, kita akan kerumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Micha, kita akan kerumah sakit. Bertahanlah sebentar," bujuk Kean ketika melihat wanita itu sedikit mengerutkan dahinya.

"papa..." wanita itu hanya mengigau dengan lirih.

Kean berhenti setelah mendengar suara lirih Micha.

"Micha, apa kamu sadar?" lirih Kean melihat wanita itu masih menutup matanya, dia yakin wanita itu masih pingsan.

"Papa...." wanita itu membuka sedikit matanya. Dan Kean merasa lega, ketika wanita itu menatapnya.

Namun itu hanya sebentar, sebelum Micha kembali menutup matanya dengan air mata yang mengalir dari ujung matanya.

"Papa.... seharusnya aku tak melakukan itu,....... aku menyesalinya sekarang." Lirihnya dengan lembut.

Kean terpaku diam menatap Micha yang ada dipelukannya menangis dengan suhu tubuh yang semakin panas. Sadar karena Micha sepertinya mengigau karena demamnya, Kean kembali melangkah ke mobil.

"Papa..." panggil wanita itu.

Kean menggertakan giginya karena marah. Apa yang terjadi pada wanita ini sampai dia menjadi seperti ini?


***

Jangan lupa vote and comment nya ya.

Terima kasih atas kontribusinya.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang