Kenangan Yang Terlupa (Part 2)

230 27 6
                                    

Selamat Membaca...

.

.

.

"Be-benarkah itu?"

Konohamaru tak percaya apa yang baru saja istrinya katakan.

Hanabi mengangguk tanpa tenaga, "Iya..." Ujarnya lirih.

"Sekarang di mana dia sekarang? Apa dia masih di sini?" Selidik Konohamaru.

"Sepertinya dia masih di sini..." Ujar Hanabi.

"Kalau begitu, aku akan menemuinya..!" Ujar Konohamaru semangat.

Konohamaru hampir berlari pergi, namun Hanabi langsung manahan Konohamaru.

Hanabi menangkap tangan Konohamaru, "Jangan!" Larang Hanabi.

Konohamaru menatap Hanabi tak percaya sekaligus bingung. Bukankah ini yang selama ini mereka inginkan? Tapi, kenapa Hanabi malah menahannya?

"Sebaiknya, jangan temui dia dulu..." Ujar Hanabi. Suara Hanabi terdengar serak, seperti hendak menahan isak tangis.

Konohamaru mendekat pada Hanabi, lalu memegang tangan Hanabi dengan lembut.

"Hei, ada apa? Bukankah ini yang kita inginkan? Lalu, kenapa kau menahanku?" Tanya Konohamaru lembut.

Hanabi menunduk, membuat wajahnya tak terlihat oleh Konohamaru karena rambutnya yang tergerai.

"Ada apa, sayang? Apa ada masalah?" Tanya Konohamaru lagi.

"Hiks..."

Hanabi menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tidak ada sepatah kata pun dari Hanabi. Hanya suara isak tangis yang dapat didengar oleh telinga Konohamaru.

Konohamaru sedikit terlejut karena Hanabi yang tiba-tiba menangis, hingga akhirnya ia mengerti apa yang Hanabi hadapi. Ia tahu, pasti Hanabi kembali terserang rasa bersalahnya yang dulu. Rasa bersalah yang ia rasakan 11 tahun yang lalu.

Konohamaru membawa Hanabi kedalam pelukannya. Ia kemudian mengelus-elus punggung Hanabi dengan lembut sambil terus membisikkan kata "tenanglah" di telinga Hanabi.

Setelah beberapa saat dan Hanabi sudah mulai menenang, Konohamaru melepaskan pelukannya pada Hanabi. Ia kemudian mengulurkan tangannya, lalu menangkup pipi Hanabi, membawa Hanabi yang tadinya tertunduk kembali menatap matanya.

Konohamaru mengambil sapu tangan di saku jasnya, kemudian sapu tangan itu ia gunakan untuk menyeka air mata Hanabi yang masih ada yang mengalir.

"Sudahlah..." Ujar Konohamaru pelan.

Setelah wajah Hanabi bersih dari air mata, barulah Konohamaru membujuk Hanabi untuk menceritakan masalahnya padanya.

Biar bagaimana pun, bercerita adalah jalan yang oaling tepat untuk mengurangi kesedihan bukan?

"Apa kau mau menceritakannya padaku, Hanabi?" Ujar Konohamaru.

Hanabi memejamkan matanya dan menarik napasnya dalam lalu membuangnya, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya pada pemandangan Kota Tokyo dari jendela ruang rawatnya.

"Aku sudah bertemu dengannya." Ujar Hanabi.

Hanabi tidak tahu bagaimana reaksi Konohamaru, tapi dia yakin suaminya itu masih mendengarkannya dengan seksama.

"Aku pikir semua akan membaik, tapi..." Gantung Hanabi.

"Ternyata tidak." Lanjutnya.

Hanabi menunduk teduh, memandang ke dua telapak tangannya yang secara sadar atau tidak sedang saling meremas karena kegelisahannya.

Lucky LevelWhere stories live. Discover now