Chapter 10

114K 4.4K 152
                                    

Camella membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk dari sela-sela gordennya. Ia masih merasa sangat lemas, tubuhnya begitu tidak bertenaga, ditambah lagi ia tidak makan semalaman.

Ia pergi ke wastafel kamarnya untuk membasuh wajahnya dan menggosok gigi. Ia memutuskan untuk sarapan di bawah. Saat tiba di ruang makan, ia melihat Alland sudah terduduk. Camella memutuskan langsung ke dapur memesan beberapa menu kepada pelayan-pelayan di sana. Ia duduk di dekat Alland. Alland meliriknya sejenak lalu kembali menatap ponselnya. Sementara Camella hanya diam menunggu makanannya, ia sudah sangat lapar.

Tidak lama datanglah menu sarapan mereka. Pelayan meletakkan sepiring sandwhich di depan Alland.

"Itu untuk siapa?" tanya Alland kepada pelayan menunjuk salah satu nampan yang dibawa.

"Punyaku." ucap Camella.

"Sebanyak itu?" ucap Alland terheran, pasalnya di nampan tersebut berisikan Double beef burger, Cream soup, French fries, Pasta, dan segelas susu.

Camella mengabaikan pertanyaan Alland dan memakan burger-nya dengan lahap.

Alland telah selesai dengan sarapannya, namun ia tak bisa mengalihkan pandangannya kepada gadis di dekatnya ini.

Mengapa ia makan begitu banyak dengan tubuhnya yang kecil itu? Apakah perutnya yang kecil dapat menampung itu semua? Ah sudahlah, tidak biasanya Alland memikirkan hal tidak penting seperti ini.

"Apa kau selalu sarapan sebanyak ini?" tanya Alland. Akhirnya ia memutuskan untuk menanyakan hal yang tidak penting itu.

"Kau tahu aku tidak makan semalam, oleh karena itu aku merasa sangat lapar." ucap Camella dengan pipi yang mengembung dipenuhi makanan.

Alland masih setia menatap Camella. Ia sedikit bingung dengan Camella, biasanya gadis-gadis yang makan bersama Alland akan makan dengan sangat anggun dan pelan, membuat Alland tidak sabaran. Namun gadis ini makan begitu lahap di hadapan Alland, bahkan pada saat pertama kali ia bekerja. Alland mengingat kejadian saat ia memberi gadis itu sandwhichnya dan membuatnya sedikit tersenyum. Gadis di depannya ini sungguh menggemaskan. Ingin sekali ia mencubit gemas pipinya ataupun mengusap puncak rambutnya, namun ia menahannya karena gengsi.

Merasa sedang diawasi, Camella menoleh ke arah Alland lalu melemparkan tatapan sinis.

"Sejak kapan kau suka menatapku sir?"

"Tidak usah terlalu percaya diri." ucap Alland sedikit malu karena tertangkap basah.

"Kau tertangkap basah sedang menatapiku sir!"

"Aku hanya bingung kau terlihat seperti tidak makan seminggu." Camella menoleh sinis ke arah Alland.

"Sejak kapan kau menjadi cerewet seperti ini, sir?" sinis Camella.

"Sejak kapan kau makan sebanyak ini?" saut Alland tak mau kalah.

"Kau menyebalkan!" ucap Camella lalu beranjak membawa nampannya. Ia berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya, pertanda ia sedang marah kepada Alland.

Camella tak mengerti dengan sikap atasannya itu, baru saja semalam pria itu sangat romantis dan begitu penyayang namun pagi harinya sikapnya kembali berubah seperti Alland pada biasanya. Alland yang menyebalkan, dingin, dan keras kepala. Ia tidak mengerti mengapa saat di club ia mengincar pria itu. Camella sungguh menyesal.

Sementara Alland hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Gadis itu sungguh perasa di saat datang bulan seperti ini. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Saat melewati kamar Camella, ia mengintip ke celah pintu kamar gadis itu, karena ia tidak menutupnya dengan rapat.

Nampak gadis itu sedang mengarah ke jendela dengan ponsel di telinganya. Alland mengedikkan bahunya dan hendak berjalan ke arah kamarnya, namun ia mendengar sesuatu yang membuat ia kembali ke tempatnya dan mengintip gadis itu.

"Ya, aku baru saja sarapan. Kau sudah sarapan?" ucap Camella.

"Ingat, kau tidak boleh sampai sakit." Ucap Camella, wajah gadis itu tampak ceria saat berbincang dengan orang di seberang sana.

"Ya ya, I love you too." ucap Camella dan menutup telpon itu.

Alland segera beranjak menuju kamarnya, ia sedikit membanting pintu kamarnya. Entah apa yang membuat ia menjadi emosi. Suasana hatinya tiba-tiba menjadi sangat buruk.

Ia memikirkan gadis itu. Dengan siapa ia berbicara? Mengapa ia terlihat begitu senang? Mengapa saat bersama Alland ia tidak pernah sebahagia itu? Mengapa ia begitu perhatian dengan orang itu? Dan haruskah ia mengucapkan 'I love you' ?

Ia mengacak rambutnya frustasi. Ia merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Mengapa dadanya sedikit nyeri? Apa yang Alland rasakan sebenarnya?

Alland memutuskan membaca novelnya. Biasanya ketika suasana hati Alland tidak bagus, ia akan melampiaskannya melalui novel-novel dan itu sangat ampuh padanya.

Lima belas menit berlalu, Alland membolak-balikkan halaman di novel tersebut. Lalu ia melemparnya ke samping. Ia membuang napas kasar. Entah mengapa kali ini ia merasa kesal membaca novel bergenre romance itu. Ia merasa cinta itu hanya ada di dalam novel. Ia bahkan tidak pernah merasakan cinta yang sesungguhnya. Sungguh malang.

"Love is bullshit."



Haloha! Update mwehehe✨
Semoga suka yaa
Makasiii banyak-banyak buat yang udah sempetin baca, apalagi ninggalin jejak👣
Hope you have a great day🍃
Stay positive and healthy💞

Xoxo💋

Sexy Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang