Sepertinya Jaemin mapupun Jeno tidak menyadari jika rumah mereka kini sudah didatangi oleh 7 sosok manusia- yang kata Jeno jelmaan setan sangking bar barnya mereka. Bahkan sampai Jaehyun dan Renjun berdiri tepat dibelakang mereka, tidak ada yang menyadari.

"Jen jen.. padahal si Jaemin ga sekolah 1 bulan, tapi tetap dia lebih pinter"

Baru saat Renjun berkata seperti itu, Jeno dan Jaemin menoleh ke arah mereka. Jeno terlihat kaget. Sementara Jaemin santai saja sambil tersenyum.

"Udah tau, cuma sengaja" balas Jaemin. "NANA-YAA, HAECHANIE DATANG~~" Jaemin bergidik ngeri saat Haechan datang dan langsung menerjangnya. Dibelakangnya sudah ada Jisung, Sungchan, Yangyang dan Chenle. Jaemin tersenyum lagi, namun beda kali ini. Jaehyun, satu satunya yang sadar, satu satunya yang paham arti senyuman itu, hanya bisa memandanginya bingung.

"Apa yang ingin kau katakan.. Nana?"

"Sudah saatnya, bukan?"

___

"Jadi, kenapa?"

"Em, aku hanya ingin memberitahu-"

"Ah, maaf, Na, aku kelupaan" potong Jaehyun. Ia mengeluarkan seplastik obat, yang mana Jaemin sangat tidak suka. "Ini obatmu. Dosisnya tetap sama, ingat minum teratur" Jaemin melirik plastik berisi obat itu yang tergeletak diatas meja. Chenle sadar, ia langsung tertawa- dengan suara lumba lumbanya, dimana tepat sampingnya ada Jisung. "YAK ZHONG CHENLE KONDISIKAN SUARAMU!! TELINGAKU HAMPIR TIDAK BERFUNGSI!" teriaknya tepat ditelinga Chenle, balas dendam. Yang lain tertawa. Tertawa karena Chenle yang masih tertawa, dan Jisung yang menutupi telinganya. "Ya sorry! Tapi Jaemin hyung sangat lucu!" Ujarnya masih tertawa. "Lucu kenapa?"

"Caranya melirik obat itu sangat lucu!"

"Memang aku paling tidak suka obat itu.. paling enak Edronax" lirih Jaemin. "Apa Na?"

"Ha? Em.. tidak apa apa"

"Kau mau bilang apa tadi? Maaf memotongmu"

Jaemin bingung. Ia tidak ingin terkesan buru buru, tapi disatu sisi dia juga ingin semua tahu. Yang jelas, tujuannya ia ingin memberi tahu mereka, tapi mencegah mereka masuk dan mengikut campuri rencananya, yang sudah ia buat. Ia menghela nafas. "Akusudahtidakbutuhobatitu" ujarnya dalam sekali nafas dan sangat cepat, bahkan tidak ada yang bisa menangkap apa yang ia bicarakan. "Yang jelas Na" balas Yangyang.

"Aku. sudah. tidak. butuh. obat. itu" balas Jaemin, menekankan tiap katanya, membuat yang lain bingung. "Untuk kedepannya, gue mohon, jangan ikut campur urusan gue, jangan ikut ikutan gue, gue udah bisa ngejaga diri. Gue ga bodoh" semua tertegun, tak percaya lebih tepatnya, itu keluar dari mulut Jaemin. Dalam artian lain, mereka tidak percaya Jaemin yang ceria dan polos itu dapat mengucapkan hal hal itu. Terlebih tatapan itu, jelas sekali,

Jaemin yang lama sudah kembali.

"NA? NA?!"

"Na bercanda?!"

"Hyung sejak kapan?"

Namun semua itu dihiraukan oleh Jaemin. Sudah jelas sekali ingatan Jaemin kembali. Jaemin kembali, lebih dingin dari sebelumnya. Gaya bicaranya juga perlahan berubah. "Na, lo kecewa..?" Tanya Jeno perlahan. Jaemin menggeleng. "Buat apa? Gue udah paham dunia dokter dikit dikit. Apa yang lo lakuin gue paham. Gue cuma kecewa.. keinget masa lalu gue. Itu aja." Semua menunduk. Teringat, apa saja yang Jaemin lalui, setelah mereka lupa sejenak.

Wajar, Jaemin agaknya kecewa. Jaehyun yang datang dikehidupannya, lalu pergi, dan kembali pulang. Jeno yang meninggalkannya, dan kembali tanpa ingatan tentangnya, juga kata kata terakhir Jeno kepadanya. Jisung yang datang kemudian pergi dari kehidupannya.

Hidup Jaemin rumit.

"Nana hyung.. maaf" Jisung yang pertama bersuara setelah semua memilih diam. Jaemin masih berkutat dengan handphonenya, mencoba menghiraukan Jisung. Walau sebenarnya, ia menahan tangisnya. "Mama ga usah tahu. Gue cuma ngasi tau kalian. Kedepannya biar jalan sesuai rencana gue" ujar Jaemin tiba tiba. "Rencana apa?" Tanya Renjun. "Rencana masalah gue. Ga perlu tahu, cuma gue yang bisa lakuin. Itu kata orang" balas Jaemin, hendak berdiri, namun ditahan Jeno. "Siapa?"

"Ayah, cuma dia yang ngerti perasaan gue, walau ga sesering itu ngunjungin gue, sekali dia ngunjungin, dia nenangin dan mulihin ingatan gue perlahan"

Jaemin pergi. Mungkin ke kamarnya. Menyisakan mereka yang diam di ruang tamu. "Na.. apa yang lo rencanain.. apa yang lo sembunyiin" lirih Haechan khawatir. "Coba stop Jaemin, apapun rencananya. Lo tahu sendiri dia orangnya keras kepala, juga nekatan" ujar Yangyang pada Jeno. "Jaemin hyung sekali itu ya itu. Dia ga akan ngebiarin orang orang masuk ke rencananya. Rencana Jaemin hyung itu selalu berhasil, soalnya dia berhasil juga nyingkirin orang orang yang ikut campur urusan dia" balas Jisung panjang. "Maksud lo?" Tanya Chenle. "Tahu sendiri kan lo, Le. Gimana Jaemin hyung dulu. Sejauh ini, rencana Jaemin hyung selalu berhasil. Jaemin hyung itu jenius. Dia manfaatin otaknya buat hal kaya gitu" jawab Jisung.

"Waktu dia tinggal sama gue juga. Awalnya gue kaget, dia bisa paham materi gue waktu itu, padahal dia masih kelas taman kanak, gue sekolah dasar"

"Waktu TK dia itu termasuk kutu buku, tapi keren juga"

"Diem diri di kelas, kalo ada tes, ulangan, pasti dapet nilai tertinggi"

"Miris ya, kita cuma inget Jaemin, kita punya kenangan sama dia, sebatas TK aja"

Tak lama kemudian, Jaemin berjalan melewati mereka. Rupanya anak itu ke kamar untuk ganti baju. Pakaiannya berbeda. Dari hanya kaus dan celana training hitam, berganti menjadi kaus putih, jaket kulit, dan celana jeans.

Ia melirik mereka yang masih diam ditempatnya. Lalu menghela nafas.

"Gue jarang traktir orang loh"

Buru buru Haechan, Sungchan, dan Yangyang berdiri.

"JAEMINA~~ TERIMA KASIH~~"

Jaemin hanya tersenyum. Senyum yang benar benar tulus tanpa artian apapun. "Emang gue mau ngomong apa? Traktir lo pada? Bangkrut gue. Orang gue mau traktirin si Hyunjin" Jeno langsung menatapnya tajam. Ah Jaemin lupa, Jeno pasti belum bisa memaafkan lelaki Hwang itu. "Galak dih. Jelek lo Jen" ujar Jaemin terkekeh.

"Tenang aja dah. Saudara lo ini pinter"

___

To Be Continue

agaknya males up..
bintang sama mata selisih belasan tiap chapter :)

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now