Part 50: Aku Akan Membuktikan Jika Aku Pantas (Revisi)

Mulai dari awal
                                    

"Bukankah sudah cukup dengan pertunjukan kalian," kata Kean mengarah kearah Kakek yang menyesap tehnya dengan puas.

"Tidak bisakah kita lakukan sedikit lagi," ucapnya dengan terkekeh geli.

"Kakek membuatnya takut dan juga gelisah, kakek nggak perlu melakukan ini hanya untuk mencari hiburan," balas Kean tak terima. Aku menatap bingung antara Kean dan kakek yang seperti berperang lewat sorot mata mereka. Namun, nada suarnya tak menyiratkan perang dingin yang terjadi saat ini.

Tunggu, dari nadanya hubungan mereka baik-baik saja?

Aku baru sadar, apakah kakek melepaskan Oro untuk melihat reaksi ketakutanku? Mencari hiburan? Jadi dia baru saja mengadakan pertunjukan dengan melibatkanku dan Oro? Binatang buas itu?

Sambil memiringkan kepalaku dengan bingung pikiran-pikiran itu melintasi otakku. Aku membulatkan mata terkejut ketika kesadaran kemungkinan itu bisa saja terjadi. Berbeda dengan aku yang bingung, Kenrick yang ada di sebelahku terkekeh geli. Sekarang apa lagi yang membuat laki-laki ini tertawa seperti itu?

"Aku tahu kenapa kakek ingin melanjutkan sandiwara ini," katanya disela tawa yang semakin tak terkendali.

"Betapa menggelikannya ekspresi kak Micha saat ini, kamu benar-benar lucu kak. Sekarang aku sadar kenapa kak Kean sering tersenyum sendiri," lanjut Kenrick dengan memegangi perutnya karena sakit.

Jadi benar mereka mempermainkanku? Dan laki-laki yang masih sibuk tertawa ini juga ikut serta memperparah kecemasanku dengan percakapan berdarahnya beberapa saat yang lalu.

"Jadi kakek sengaja melakukan itu untuk menakutiku?" tanyaku setelah menyadari kemana drama picisan ini bermuara.

"Lebih tepatnya dia sengaja menggodamu saat melihat langkah gontaimu ke di taman," kekeh papa Kean setelah beberapa saat dia menahan tawa geli yang sama dengan kakek.

"Sebenarnya Micha, aku melihat kamu dan Kean di taman berdua. Dan kalian benar-benar lucu. Aku tak menyangka anak nakal ini akan bersikap begitu lembut padamu. Apalagi wajah takut dan tak berdayamu, itu benar-benar lucu," sambung kakek. Dia menyesap kembali tehnya guna menenangkan diri.

Apa mereka pikir aku dan Kean pasangan badut?

Aku menatap kakek dengan pandangan baru. Selama ini, citra kakek di mataku adalah seorang tetua yang memancarkan otoritas yang tegas dan martabat yang sulit untuk ditentang. Aku belum pernah melihat seseorang seperti ini, hanya dari tatapannya saja. Membuat kita merasa tertekan. Itu terjadi juga untuk Kean dan papanya. Walaupun dengan intensitas yang berbeda. Dulu, aku sangat takut untuk bertemu dengan kakek. Apalagi dengan cara kakek yang memperlakukanku dengan memaksakan kehendaknya. Untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Meskipun aku sadar, itu dilakukan untuk membantuk Kean dan melindungi keluarganya.

Tapi melihat dia dengan santai tertawa dan menjahiliku. Membuat semua kewaspadaanku yang baru saja ku pasang turun begitu saja. Kurasa kakek sudah lebih jinak sekarang. Dan senang rasanya melihat suasana ceria seperti ini di keluarga yang dulu bahkan tak banyak bicara satu sama lain.

Aku menoleh kearah Kean. Dia masih memasang wajah datar. Namun, sorot matanya tak pernah memancarkan kemarahan. Saat aku membicarakan kakek, Kean biasasanya akan enggan dan menatap nyalang. Bisa saja hubungan mereka sudah lebih baik sekarang.

"Jadi kamu benar-benar takut kakek bawa golok ke meja makan?" tanya Kenrick.

Aku mengangguk dengan malu pada pertanyaan Kenrick yang tiba-tiba. Mereka kembali terkekeh geli dengan jawabanku.

"Kenapa kamu berfikir aku akan membawa golok dan meracunimu malam ini?" tanya kakek penasaran dengan pendapatku.

"Itu karena terakhir kali kita bertemu kakek sempat mengancamku," balasku jujur.

MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang