10. Join The Party (II)

709 146 40
                                        

Ren datang diiringi dengan kilatan violet menyilaukan dari pedang excalibur-nya, layaknya petir, beberapa Elf kehilangan kepala dan langsung ambruk di tanah dingin ini. Tak hanya sampai disitu, Ren kembali mengeluarkan pedang itu dari sarungnya. Suara yang timbul akibat gesekan mata pedang dan sarung itu terlampau nyaring, para Elf terlihat gemetar menatap satu mata ungu yang seakan memiliki aura membunuh yang kuat. Pemimpin Elf itu tampak mengeritkan giginya, kemudian berteriak kepada pasukannya untuk mundur dan hal itu langsung dituruti. Mereka kabur dengan raut wajah penuh ketakutan dan tergopoh-gopoh. Jaemin seakan tahu apa yang dirasakan Elves tersebut ketika setiap kali bertemu Ren- seperti sosok mawar yang cantik dan rapuh, namun bila kau mencoba menyentuhnya, durinya akan menusukmu sebelum kau menyadarinya.

Ren kembali menghadapkan tubuhnya pada sekelompok orang bodoh yang mencoba membereskan dungeon ini dengan level rendah itu. Alisnya menukik, satu matanya yang tak tertutup perban itu memandang Jaemin sengit. Sungguh, Jaemin tak tahu kenapa ia merasa Ren marah padanya.

"Hyung, terima kasih banyak!" Teriak Chenle sembari berlari menuju ke arah mereka. Ren hanya diam dan mengerjapkan matanya, tak tahu harus bersikap seperti apa. Memangnya sudah pasti tujuan Ren disini adalah untuk membantu mereka? Jaemin tentunya tak akan langsung mempercayai itu.

Sebuah mantra diucapkan oleh Shotaro untuk mengobati kaki Jaemin yang terluka. Cahaya hijau terang mengitarinya, darah yang keluar bisa langsung terserap kembali pada tubuh Jaemin, lukanya pun menutup dengan sempurna. Memang benar apa kata Chenle, kemampuan healing milik Shotaro sudah bisa dikatakan level tinggi!

"Kau bisa berdiri?"

Jaemin mencoba bangkit diatas kedua kakinya. Rasa sakit tak lagi ia rasakan, ia melompat kecil untuk membuktikan itu dan berterima kasih kepada Shotaro. Sebuah anggukan ia terima sebagai balasan. Kedua mata Shotaro tak sengaja melihat setengah wajah Ren yang dibalut oleh perban putih yang sekarang terlihat agak kusam dan berantakan.

"Kau baik-baik saja?" Tangannya terulur untuk menyentuh bagian yang diperban itu. Mata violet Ren terbelalak, ia langsung menepis niat baik Shotaro itu dengan nafasnya yang terengah-engah. Pandangan itu penuh ketakutan. Tak hanya Shotaro yang merasakan itu, semua pasang mata disana seakan menatapnya, membuat jantungnya mulai berdegup kencang dan tubuhnya sedikit bergetar.

Tidak, Ren tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja-

"Ah bagaimana caranya keluar dari dungeon ini?"

Jaemin memecahkan keheningan yang kaku itu. Ia merasa harus melakukan itu ketika melihat gerak-gerik Ren yang agak tak nyaman. Entahlah, Jaemin merasa bahwa sesuatu ada di balik perban itu hingga Ren bersikap seperti itu- hmm, bukankah sifat Ren memang seperti itu sedari awal?

Jisung meraba tembok dungeon tersebut. Terasa dingin dan lembab, seperti dibuat dari tanah liat, tak heran karena dungeon ini jauh di bawah tanah. Sepertinya, bila mereka menggunakan teleport yang dibuat oleh sihir Shotaro- tidak akan berhasil. Mengingat level mereka yang jauh dari level dungeon ini, pasti sihir tersebut tak mempan dan juga memakan banyak mana. Shotaro pun sepertinya sudah kehilangan banyak mana akibat pertahanan tadi, jadi mereka tak bisa lagi meminta bantuan Shotaro.

"Apakah memanjat bukan ide yang bagus?". Ujar Chenle sembari bersedekap dada. Tenaganya masih prima, wajar jika dia mengusulkan hal tersebut. Tapi, kedalaman dungeon ini bahkan tak bisa diukur! Bagaimana bisa mereka memanjat itu? Mereka pun serentak menggelengkan kepala mereka menanggapi ide konyol milik Chenle. Sniper itu pun hanya mendecakkan lidahnya, merasa tak terima idenya ditolak mentah-mentah.

Bila level dungeon ini berada di antara level 200 sampai 300, seharusnya Jaemin bisa membuat sebuah gerbang teleportasi untuk mereka. Namun sayangnya, role Jaemin bukanlah seorang mage. Ia hanya bisa mengayunkan pedang, bukan melafalkan mantra. Seandainya saja ia tak ikut dalam kawanan bodoh ini dan memilih untuk tidur di pondok, ia pasti tak akan terjebak di dungeon ini dan bertemu dengan Ren yang selalu saja mengintimidasinya-

Re-loadingWhere stories live. Discover now