9. Join The Party (I)

762 138 15
                                        

Happy reading♡
Sorry for the typo(s)

•••••




Ada sesuatu yang bisa Jaemin syukuri ketika terjebak di dalam dunia ini. Ia bisa meningkatkan levelnya kapanpun ia mau. Bukan tidak mungkin jika Jaemin suatu hari nanti menjadi player dengan level tertinggi bahkan mungkin sampai tak ada yang bisa melampauinya. Sistem dalam game ini benar-benar memudahkan players, tak bisa merasakan lelah ataupun sakit karena terkena serangan.

Namun sayangnya hal tersebut tak berlaku pada Jaemin. Ia memiliki batasan energi, selain health dan mana point. Belum lagi rasa sakit yang menerjang tubuhnya tanpa ampun, entah karena serangan musuh, tergores ranting bahkan ketika kelingking kakinya yang tersandung batu sialan. Ia baru menyadari bahwa hanya pain absorber pada avatarnya telah di non-aktifkan setelah ia berkali-kali bergabung menjadi anggota tertentu untuk hunting di beberapa dungeon.

Pertama kali, ia melihat banyak player lainnya menyerang dengan brutal bahkan dari mereka tak peduli berkali-kali terkena serangan. Jadi, Jaemin pikir sudah tak apa baginya untuk terkena damage yang tak seberapa dari para monster dungeon. Namun yang terjadi setelah beberapa detik ia mengayunkan dagger biru tua-nya pada salah satu monster tersebut, ia lengah dan tak menyadari bahwa di belakangnya ada monster yang mengincar kakinya. Alhasil, kakinya sempat terpotong menjadi dua oleh kuku setajam pedang milik monster itu!

Jaemin kesakitan setengah mati sembari memegang kaki kanannya yang hanya tersisa sampai lutut. Hp nya pun berkurang hampir 900 dan masih akan terus menurun bila seorang healer tak menyembuhkannya waktu itu. Tentu saja tindakannya menjadi pusat perhatian, hanya ia yang menjerit sampai terguling-guling akibat serangan tersebut. Bahkan ada yang berkata Jaemin menjadi gila karena (mungkin) kecanduan game ini hingga psikologisnya sedikit terganggu dan berimbas tak bisa membedakan mana dunia virtual dan dunia nyata. Andai saja Jaemin waktu itu berani untuk mengumpati player yang berbicara seenak pantatnya itu.

Sudah terhitung hampir delapan hari ia berada di dunia virtual ini. Selama menjalani hari-hari tersebut, ia hanya menjelajah tanpa tujuan. Bergabung dengan grup secara acak untuk bersama-sama hunting ke salah satu dungeon setelah itu berpisah. Untuk tidur sendiri pun terkadang ia menyewa sebuah pondok bila ia masih memiliki banyak uang atau bergabung dengan player lain dan patungan untuk menyewa pondok tersebut bersama. Selebihnya, ia tidur dimana saja ketika ia tak memiliki uang. Bisa di dalam gua, di depan dungeon, di atas pohon, di kaki gunung bahkan di bangku tengah kota. Miris sekali nasibnya, bahkan di dalam dunia virtual saja hampir menyerupai gelandangan.

Tapi Jaemin tak peduli. Ia memiliki pemikiran dan rencananya sendiri yang sangat menguntungkan kondisinya saat ini. Mungkin saja, bila ia adalah player dengan level yang sangat tinggi- ia akan bisa menemukan sesuatu di dalam game ini dan bisa kembali berkomunikasi dengan dunia luar untuk meminta pertolongan.

Masih terlalu jauh baginya untuk sampai pada level maksimal. Entah butuh waktu berapa lama setidaknya sampai levelnya bisa menyamai Ren. Tak menutup kemungkinan bila Ren mampu memanipulasi banyak sistem karena levelnya sendiri yang mendekati angka yang tak masuk akal. Sebenarnya seberapa sering bocah sadis bertudung itu membantai habis para monster di setiap dungeon? Bahkan, dari kapan dan berapa lama?

Crash!

Terdengar suara benturan dagger-nya dengan tulang tenggorokan monster itu. Tak butuh waktu lama bagi Jaemin untuk segera menebas leher monster serupa manusia berkepala serigala tersebut. Segera setelah Jaemin menarik kembali dagger dengan nyala merah itu, kepala dari badan monster itu terpisah- menggelinding tepat di sebelah kaki Jaemin. Darah yang berwarna merah pekat sedikit terpercik pada sebagian wajahnya.

Re-loadingWhere stories live. Discover now