8. Kisah Lima Minggu

7 3 0
                                    

Penulis: DyRobyn

Prompt: Ada saja hal yang terjadi saat aku melewati rumah kosong itu. Mulai dari suara ketawa, suara tangisan bayi dan bunyi-bunyi aneh yang berasal dari dalam rumah. Kata penduduk setempat, pernah ada peristiwa mengerikan yang terjadi di rumah tersebut. Sang pemilik meninggal dalam keadaan yang tidak wajar. Suasana rumah semakin terasa seram saat aku melewatinya pada pukul satu dini hari.

Kisah Lima Minggu

Ini minggu pertamaku tinggal di desa ini. Hampir semua tentu terasa asing. Bahkan air bak mandi terasa berbeda bagiku, meski di mana-mana air rupanya sama. Beruntungnya, aku tak merasa kesusahan dengan rasa rindu sedikit pun pada tempat tinggalku yang lalu. Terlebih, aku sudah menemukan teman-teman sehobi.

Malam ini, aku dan teman-teman baruku akan berpesta. Maka sejak pukul delapan malam kami sudah berkumpul. Masing-masing dengan pakaian ternyamannya. Begitu pula aku yang hanya memakai kaus berlengan pendek dan celana selutut. Padahal udara di luar bisa membuat orang-orang berlarian mencari selimut. Akan tetapi, kupikir malam ini badanku akan terasa hangat, hingga tak kubutuhkan pakaian berbahan tebal atau pun jaket.

Said—salah satu teman baru—memintaku mengunjungi rumah Anton dan mengambil minuman untuk pesta kami. Beruntungnya, beberapa hari yang lalu aku dan Bapak pergi ke rumah Anton untuk mengukur beberapa bagian rumah yang akan direnovasi. Aku langsung akrab dengannya saat kusebutkan bahwa aku mengenal Said. Rupanya, dia salah satu pemasok minuman untuk pesta yang diadakan di rumah Said satu minggu sekali.

Sebelum aku berangkat, Norman—teman lainnya—menceritakan tentang sesuatu yang banyak diperbincangkan warga beberapa tahun ini. Dia bilang, ada sebuah rumah kosong yang jaraknya sekitar satu meter dari pertigaan menuju rumah Anton. Aku tahu rumah yang dimaksud. Rumah tua itu begitu mencolok di antara rumah-rumah lainnya. Ukurannya terbesar di lingkungan itu. Akan tetapi, setiap malam keluar bunyi-bunyian aneh dari sana. Mulai dari suara ketawa, suara tangisan bayi dan bunyi-bunyi aneh lainnya. Menurut penuturan Norman, penduduk setempat mengatakan bahwa pernah ada peristiwa mengerikan yang terjadi di rumah tersebut. Sang pemilik meninggal dalam keadaan yang tidak wajar. Jujur saja aku adalah seorang penakut. Tapi, jika mengakuinya, aku akan ditertawakan oleh teman-teman baruku ini. Jadilah aku berlagak berani.

Pukul sepuluh malam aku berjalan menuju rumah Anton. Tidak lama, sampai juga aku di rumah kosong itu. Aku sendirian. Keadaan desa sudah sepi dan senyap. Orang-orang sudah merebahkan diri di atas tempat tidur.

Aku mempercepat langkah, seolah-olah rumah Anton akan hilang bila aku tak tiba dalam waktu dekat. Rumah tua yang diceritakan Norman terlewat tanpa kutoleh. Namun, apa yang dikatakan Norman benar adanya. Telingaku dengan jelas mendengar suara tangis anak kecil yang hampir seperti jeritan. Maka tanpa menunggu lama, aku berlari kencang sampai di pertigaan dan belok ke arah kanan menuju rumah Anton.

Minggu kedua, aku diberitahu bahwa kami akan mengadakan pesta lagi. Tentu saja aku senang. Pesta minggu lalu masih membekas bagiku. Rasa senangnya membuaiku hingga satu minggu kedepan. Maka di akhir pekan ini, aku kembali tidak menolak saat diminta mengambil minuman di rumah Anton. Rumah kosong yang menakutkan itu hanya mengeluarkan suara, tidak ada penampakan apa pun. Bagiku itu bukan masalah serius, selain membuatku merinding dan berlari. Hal lainnya yang membuatku sukarela, aku bisa menyelundupkan satu botol untuk kunikmati sendiri.

Kali ini aku terlambat menuju rumah Anton. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Keadaan jauh lebih sepi dan mencekam dibanding sebelumnya. Angin berhembus pelan, namun cukup membuat dedaunan saling bergesekan menimbulkan dersik.

Saat kulewati, rumah tua itu lagi-lagi mengeluarkan suara. Kali ini suara tangis seorang perempuan. Tangisannya seperti mengandung banyak sedih dan sesal. Kenapa aku bisa menyimpulkan demikian? Sebab aku pernah merasakannya sekali. Setelahnya, kulupakan rasa itu dan melakukan hidup sesukaku seperti sebelum-sebelumnya.

Kisah Lima MingguWhere stories live. Discover now