Goresan Tiga

24 3 0
                                    

Goresan Tiga:
Luka yang Mulai Dibuka

~O~

Kontrakan mini super sederhana di tengah kota Bandung ini telah menjadi saksi, seberapa keras seorang Bagus Pratama mempertahankan hidup serta mimpinya selama ini. Meski semesta masih saja ingkar pada perjuangannya.

Beralaskan selembar tikar yang sudah menipis, cowok berambut cepak itu duduk bersila di hadapan meja lipat. Mengerjakan sebanyak mungkin soal-soal yang ia dapat di internet. Tapi nyatanya, sekeras apapun ia berusaha fokus hari ini, pikirannya kembali melayang pada kejadian siang tadi.

.

Ruang guru masih sepi karena ditinggal penghuninya mengajar, namun sepi itu rasanya makin mencekam. Usai pertemuan pasal olimpiade tadi, Bagus terpaksa berakhir di sini, di hadapan Gita Rusadi, wali kelasnya.

"Jadi, Bagus, kamu tahu kenapa Ibu manggil kamu ke sini?"

Suaranya rendah, dengan senyum di wajah, guru bersanggul rapi itu mencitrakan pengajar ramah-tamah yang sesungguhnya. Mungkin memang Bagus satu-satunya yang justru merasa itu mengerikan.

Menangkup kedua tangannya di bawah meja, Bagus menunduk, enggan menatap, enggan merespons. Sebab tanpa ditanya, Bagus tahu, maksud kedatangannya kemari tak pernah jauh-jauh...

Pasti tentang beasiswa lagi.

Wali kelasnya, yang biasa di panggil Bu Gita, menghela nafas kemudian tersenyum lelah.

"Begini Bagus, sekolah kita sekarang sedang mengalami sedikit masalah keuangan karena salah satu donatur terbesar kita bangkrut."

Bagus makin menggenggam kedua tangannya, ada getar halus di sana.

"Karena itu, sekolah kita mengurangi kuota beasiswa penuh. Beasiswa penuh hanya akan diberikan untuk murid-murid pemegang medali, sisanya, sekolah hanya akan memberi keringanan berupa potongan 50% uang SPP, dan tanpa uang saku."

Sementara guru itu menjeda kalimatnya, sesak menghantam dada Bagus. Kalau sampai beasiswanya dikurangi, jangankan sekolah, hidup pun rasanya ia ragu mampu bertahan.

"Pemegang medali?"

Bagus bersuara, ada gemetar yang mati-matian ia sembunyikan di sana. Cowok itu ingin tahu, apa yang bisa mengeluarkannya dari ancaman itu.

Bu Gita mengangguk.

"Untuk bisa mempertahankan beasiswa penuh kamu, setidaknya kamu harus mendapatkan medali tiga besar di olimpiade nanti."

Gantian, kini Bagus yang mengangguk-angguk. Medali. Olimpiade. Dua kata itu berputar di kepalanya. Dan satu pertanyaan muncul bersamaan dengan itu, bagaimana kalau ia gagal?

"Bagaimana kalo jangankan medali, saya bahkan nggak berhasil mewakili sekolah?"

Gemetar halus dari pertanyaan Bagus berhasil membuat Bu Gita menatapnya sedikit iba.

Menghembus napas yang sama beratnya, guru itu menjawab.

"Maka beasiswa penuh kamu akan diganti dengan beasiswa parsial. Dan kalau siapapun perwakilan dari sekolah kita mendapat medali, dia yang akan mendapat beasiswa penuh."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seutas Kisah Tentang Luka (New Version)Where stories live. Discover now