Chapter 3

186K 6.7K 297
                                    

Tring ... Tring ... Tring

Suara alarm memenuhi ruang kamar tersebut. Ruang dengan desain yang elegan dan mewah, didominasi oleh warna rose gold.

Gadis bersurai cokelat itu mematikan alarmnya. Ia membuka matanya perlahan. Ia melirik jam di alarm tersebut. Kemudian Ia membelalakkan matanya.

"Shit, aku bisa terlambat!"

Jam menunjukkan pukul 07.40, sedangkan ia harus bekerja jam 08.00. Ia berlari ke kamar mandi dan bersiap-siap. Sepuluh menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dan sudah lengkap dengan pakaiannya. Ia berlari menuruni tangga rumahnya yang luas.

"Morning Camella," ucap pria yang terlihat sudah berumur.

"Tumben sekali kau sudah rapi jam segini? Ada acara?" tanya ayahnya.

"Morning dad, aku harus buru-buru dad. Nanti aku jelaskan ya, see you." Ucap Camella mengecup pipi ayahnya.

Ia berlari dan segera menaiki mobil. Ia duduk dengan gelisah dan terus meminta supir untuk menaikkan kecepatannya.

Ia melihat layar ponselnya dan lagi-lagi ia terlonjak kaget.

"Oh my gosh, aku lupa make up." Ucap gadis itu menatap pantulan wajahnya di layar ponselnya.

Ia segera mempoleskan make up tipis, agar terlihat segar. Tepat ketika ia selesai, mobil pun berhenti. Ia memasuki gedung tersebut dan disambut resepsionis.

"Pagi nona, ada yang bisa dibantu?" tanya resepsionis tersebut.

"Pagi, saya Camella. Saya mencari Dion." ucap Camella.

Camella duduk di sofa lobby kantor tersebut. Tidak butuh waktu lama, Dion menghampiri Camella di lobby. Dion adalah orang yang menawarkan pekerjaan ini kepada Camella sekaligus teman lama Camella. Dion pun menyambutnya dengan hangat.

"Hei Camella! Kau sangat cantik." Sapa Dion.

"Kau tahu aku hampir terlambat datang." Adu Camella.

"Ayo ikut aku," ucap Dion.

Camella mengikuti Dion dari belakang, hingga saat ini ia sudah tiba di depan ruangan atasan mereka.

"Kau masuk saja, katakan kau adalah orang yang aku rekrut. Dan bersikap sopan, karena orang di dalam ruangan ini sedikit menyeramkan." Ucap Dion dan sedikit berbisik ketika mengucapkan kalimat terakhir.

Camella terkekeh pelan. Dion pergi karena masih banyak pekerjaan yang harus diurusi, Camella pun berterimakasih kepada pria itu.

Camella menarik napas pelan, lalu mengetuk pintu.

Tok ... tok ... tok

"Masuk." Ucap pria di dalam sana.

deg

Camella seperti tidak asing dengan suara itu. Oh tidak-tidak, mungkin ia hanya halusinasi. Ia menggelengkan kepalanya dan kembali fokus.

Ia mendorong pintu tersebut dan memasuki ruangan itu. Aroma maskulin menyeruak memenuhi indera penciumannya. Lagi-lagi aroma ini seperti tidak asing baginya. Ia kembali menggelengkan kepalanya dan memandang ke depan. Dilihatnya kursi yang membelakanginya.

"Sungguh tidak sopan." Batin Camella.

Bagaimana mungkin seorang atasan menerima tamu dengan posisi seperti itu. Seharusnya atasan memiliki attitude yang baik dan dapat dijadikan contoh, bukan?

Sexy Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang