Episode 9 - Tears and Determination

Start from the beginning
                                    

"Apa dengan mengatakan hal yang menyakiti hati seorang istri itu disebut dengan menghargai? Katakan, yang mulia!" Lirih Jisoo ditemani deraian air matanya.

Badan Jisoo luruh, kini ia terisak dalam tangisnya. Meratapi nasib yang tak pernah berpihak padanya dan kebahagiaan yang tak pernah datang ke kehidupannya.

Mendengar semua perkataan permaisuri membuat kaisar Ming Kyun terdiam membeku. Untuk pertama kalinya ia dapat merasakan kesedihan yang dialami gadis didepannya ini.

"Bangunlah, permaisuri!" Pinta kaisar Ming Kyun yang masih menunjukkan wajah tanpa ekspresinya.

"Anda bahkan tak tahu bagaimana saya melewati waktu setiap harinya. Anda juga tak tahu berapa banyak air mata yang telah saya keluarkan." Ucap Jisoo ditengah tangisnya menghiraukan perkataan kaisar yang menyuruhnya berdiri.

"Lalu waktu itu dengan mudahnya anda mengatakan bahwa anda tak membutuhkan seorang istri! Saya juga manusia, yang mulia! Saya juga memiliki hati, hati yang sangat rapuh. Apa anda tidak berfikir sedikit pun tentang perasaan saya?" Sambung Jisoo yang masih setia dengan air mata yang mengalir dipipinya.

Kaisar Ming Kyun diam membeku setelah mendengar semua pengakuan dari permaisuri yang ia acuhkan itu. Rasa bersalah yang ada didalam hatinya semakin besar. Ia merasa telah membuat hancur hidup gadis didepannya ini.

Kaisar Ming Kyun menghela nafas dalam. Ia mencoba menetralkan perasaannya yang bergemuruh.

"Aku datang kemari hanya ingin memberitahumu bahwa ibu suri akan kembali besok. Aku harap kau tak menunjukkan kesedihanmu itu didepan ibu suri." Ucap kaisar Ming Kyun kemudian ia berlalu meninggalkan kediaman bulan.

Jisoo hanya diam menunduk sembari berusaha menghentikan isak tangisnya.

__________

Malam hari telah tiba namun kediaman bulan nampak sangat gelap tanpa penerangan. Meilan yang notabe nya dayang pribadi permaisuri merasa sangat cemas. Tak biasanya permaisuri tak menyalakan lentera ketika malam menjelang.

Karena sudah terlanjur panik Meilan pun memutuskan untuk menerobos masuk kediaman bulan dan menghiraukan larangan permaisuri.

Gelap. Disetiap sudut ruangan kediaman bulan hanya ada kegelapan. Dengan sebuah lentera ditangannya, Meilan menyusuri setiap sudut kediaman bulan untuk mencari permaisuri.

"Yang mulia? Anda dimana?" Teriak Meilan sembari berjalan perlahan ditengah kegelapan.

"Yang mulia, ini saya Meilan. Anda berada dimana?" Namun tak ada sahutan sama sekali. Kediaman bulan nampak sunyi.

Namun tak lama Meilan mendengar suara isakan tangis. Meilan mencoba mengikuti sumber suara tersebut yang mengarah ke meja baca permaisuri.

Betapa terkejutnya Meilan kala mendapati permaisuri yang terduduk di samping meja baca sembari memeluk kakinya dan yang lebih membuat Meilan khawatir adalah keadaan permaisuri yang kacau.

Pipinya basah karena air mata, matanya sembab karena terlalu lama menangis.

Melihat keadaan junjungannya yang kacau membuat hati Meilan sangat sedih. Perlahan ia menghampiri permaisuri yang masih setia meneteskan air mata itu.

"Yang mulia? Apa yang terjadi? Mengapa keadaan anda sangat kacau, yang mulia?" Tanya Meilan lembut sembari mengelus punggung permaisuri.

Jisoo mendongak kan kepala nya kala Meilan menyentuh punggungnya. Sedetik kemudian Jisoo langsung berada dalam pelukan Meilan. Tangisannya semakin deras.

Meilan yang melihat keadaan junjungan nya saat ini pun ikut menangis.

"Yang mulia, anda jangan menangis! Jika anda membutuhkan teman untuk bercerita, saya siap mendengarkan semua cerita anda. Tapi saya mohon anda jangan menangis seperti ini!" Ucap Meilan sembari mengelus lembut surai hitam Jisoo.

"Dia kembali menorehkan luka dihatiku, Meilan! Dia melakukannya lagi!" Jerit Jisoo ditengah isak tangisnya.

"Yang mulia, sudahlah jangan menangis! Jika anda terus menangis nanti kaisar akan semakin menjauhi anda. Anda harus bangkit, yang mulia! Tunjukkan pada semua orang bahwa anda adalah wanita yang kuat! Tunjukkan pada mereka semua bahwa anda pantas di cintai dan di hormati!" Ucap Meilan berusaha menyemangati Jisoo.

Mendengar perkataan Meilan, Jisoo sekuat tenaga menghentikan isak tangisnnya. Jika di pikir-pikir benar juga dengan apa yang dikatakan Meilan.

"Bagaimana caranya, Meilan?" Tanya Jisoo sembari menghapus sisa air matanya.

"Anda harus berubah, yang mulia! Tunjukkan pada mereka semua sisi lain dari anda! Jangan biarkan masyarakat hanya tahu sisi lemah anda! Lalu tunjukkan pada para selir itu bahwa anda lah yang pantas berkuasa, kemudian perlihatkan pada kaisar bahwa anda pantas untuk dicintai!" Jawab Meilan yakin.

Jisoo nampak berfikir, mungkin ini saatnya untuk ia merubah semua sifatnya. Sifat yang dulu lemah dan cengeng ia harus merubah sifat itu dengan sifat yang lebih tegas dan kuat.

"Baiklah akan ku coba, Meilan. Terimakasih!" Ucap Jisoo kemudian ia kembali memeluk Meilan yang kini hanya bisa tersenyum haru.

"Aku akan berubah! Kini Jisoo yang lemah lembut telah mati! Karena saat ini yang ada hanya lah Jisoo yang tegas dan kuat!" Batin Jisoo.

___________

Jangan lupa vote dan komen ya;)
Maaf kalau masih banyak typo🙏
Tunggu kelanjutannya ya;)

I Am Chasing Love in My PastWhere stories live. Discover now