Episode 9 - Tears and Determination

3.5K 340 26
                                    

Setelah kejadian dimana hati Jisoo kembali terluka, Jisoo tak pernah keluar dari kediaman bulan. Entah kenapa ia enggan untuk keluar dan lebih nyaman jika berada dikediamannya.

Mendengar kabar tentang permaisuri yang mengurung diri dikediaman, kaisar Ming Kyun benar-benar merasa bersalah. Baru kali ini ia merasa bersalah pada seorang wanita selain ibu nya.

Kaisar Ming Kyun semakin gelisah kala mengetahui bahwa besok sang ibu akan kembali dari perjalanan ziarahnya. Jika sampai sang ibu tahu kalau kaisar telah kembali melukai hati permaisuri, maka ibu suri tak segan-segan pergi bersama permaisuri meninggalkan istana untuk selamanya. Semua orang dikekaisaran tahu bahwa ibu suri sangat menyayangi permaisuri Li Shui Lian. Bahkan saking sayangnya ibu suri pada permaisuri, ibu suri tak ragu untuk memutuskan hubungan dengan putranya yang menjabat sebagai kaisar itu.

Mengingat akan ancaman ibunya itu kaisar bergidik ngeri. Pasalnya jika ibu nya itu sudah mengancam pasti ancaman itu akan ditepati. Kaisar sendiri juga bingung mengapa ibu suri sangat menyayangi permaisuri Li Shui Lian.

Saat ini kaisar tengah berjalan menuju kediaman bulan diikuti dengan kasim, para pelayan dan prajurit dibelakangnya. Kaisar nampak berjalan terburu-buru namun ia tetap menunjukan wajah datar nan dinginnya.

Setelah sampai di depan kediaman bulan, kasim Choi selaku kasim pribadi kaisar mengumumkan kedatangan kaisar.

Sementara didalam kediaman bulan Jisoo tengah membaca buku, lalu ia dikejutkan dengan teriakan kasim yang memberitahu akan kedatangan kaisar.

"Apa tujuan kaisar dingin itu datang kemari?" Tanya Jisoo dalam hati.

Tak lama kaisar masuk kedalam kediaman bulan. Hal pertama yang dilihat kaisar adalah permaisuri Shui Lian yang hanya berdiri dan menunduk di dekat meja baca.

"Permaisuri ini memberi hormat kepada yang mulia kaisar!" Hormat Jisoo dengan badan yang agak terbungkuk.

"Bangunlah!" Pinta kaisar.

Perlahan kaisar berjalan mendekati tempat Jisoo berdiri. Sementara Jisoo hanya diam sambil menatap sendu kaisar.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, permaisuri." Ucap kaisar Ming Kyun.

Jisoo memalingkan wajahnya kala kaisar memulai pembicaraan. Bukan tanpa sebab Jisoo memalingkan wajahnya, hanya saja mendengar suara kaisar membuat Jisoo teringat akan kata-kata kaisar waktu itu dan hal itu membuat air mata Jisoo hampir saja menetes.

"Hal apa yang ingin anda bicarakan, yang mulia?" Tanya Jisoo tanpa menatap lawan bicaranya itu.

"Kenapa kau tak menatapku saat bicara? Aku adalah suamimu dan kaisar disini. Jika kau berbicara tanpa menatapku seperti itu, berarti kau tak menghargaiku!" Ujar kaisar Ming Kyun.

Jisoo tersenyum kecut saat mendengar ucapan kaisar. Air mata Jisoo pun tak dapat ia tahan sedari tadi. Dengan perasaan campur aduk, Jisoo mendongak menatap kaisar dengan air mata yang setia berada dipipinya.

"Menghargai? Apa anda tahu apa arti dari menghargai itu sendiri, yang mulia?! Lalu anda tadi mengatakan kalau anda adalah suami saya? Jika anda memang suami saya dimana anda selama ini?" Tanya Jisoo dengan nada meremehkan.

"Apa maksud dari perkataanmu itu, permaisuri?! Jaga ucapanmu, permaisuri! Apa kau benar-benar sudah lupa dengan tata krama di kekaisaran ini?!" Ucap kaisar Ming Kyun.

"Tata krama mana yang anda bicarakan, yang mulia? Apakah dengan mengacuhkan seorang istri dan membiarkan seluruh masyarakat menghina seorang istri itu disebut menghargai?! Apa dengan membiarkan para selir itu menghina seorang permaisuri itu disebut dengan tata krama?!" Balas Jisoo dengan nada yang sudah naik dua oktaf. Kemudian Jisoo menunduk dalam.

I Am Chasing Love in My PastWhere stories live. Discover now