1. Siswa Baru dan Kebingungannya

6.6K 1.2K 332
                                    

.
.
.
 
  
  

    "Namaku Fajar Wooyoung Mahesa, aku lahir pada 26 November. Tahun ini aku berumur 16 tahun. Seluruh warga desa Rejowerno benci padaku. Kedua orang tuaku telah meninggal dunia sejak aku kecil. Mereka disebut menumbalkan diri pada setan. Aku tak mempercayainya, karena mereka adalah orang tuaku."
 

 
  
*
 
   
  

    San baru turun dari kereta ketika kakaknya, Haneul melambaikan tangannya. Otomatis, San menghampiri kakak perempuannya itu dan menghambur peluk dengannya. Kakaknya tertawa sambil mengusak rambut hitam San. Tangan kakaknya mengambil alih koper yang ada di tangan San dan mulai berjalan mendahului adiknya menuju ke arah mobil pick up yang terparkir di halaman stasiun.
 
 
  "Perjalanan yang melelahkan, ya?" Tanya Haneul.

  "Memang, tapi aku menikmatinya." Jawab San sambil tertawa.
 
 
    Haneul melajukan mobil itu ke arah selatan, menuju desa kecil nan terpencil yang ada di dekat kaki gunung. Desa tempat San lahir, Desa Rejowerno. Perjalanan dari stasiun terdekat menuju Rejowerno saja membutuhkan banyak waktu. Selain jalan yang berliku-liku, medan yang berbahaya karena bersebelahan dengan lahan sawah yang dibangun secara terasering juga menjadi alasan kakaknya tak berani mengendarai mobil terlalu cepat.

    Namun, seperti kata San sebelumnya, dia menikmati perjalanan itu. Setelah sekian lama hanya melihat hiruk pikuk ibu kota, dia kembali dimanjakan dengan udara sejuk hutan dan warna hijau pepohonan yang rimbun. Matahari yang mulai tenggelam juga membuat San terpukau. Di tengah kekagumannya, dia bisa melihat tugu perbatasan masuk desa Rejowerno semakin dekat.
 
 
  "Apakah Byeol masih mengenaliku nanti?" Tanya San.

  "Tentu saja, dia akan tetap mengenalimu." Jawab kakaknya.
 
 
    Setelah melewati tugu perbatasan itu, San disambut oleh lahan sawah yang terbentang di kanan kiri jalan. Dengan antusias, San menurunkan kaca jendela mobil, dia tersenyum senang melihat padi padi yang mulai menguning itu. Sesekali menyapa beberapa warga desa yang sedang bertani.

    Namun, di antara orang yang San sapa, dia menemui seorang pemuda yang cukup San yakini berumur sama dengannya tengah berdiri di sana. Topi petani yang tampak kebesaran itu menutupi mukanya, itu membuat San tak bisa melihatnya dengan jelas sebelum angin yang tampaknya mengerti rasa penasaran San berhembus menerbangkan topi petani itu.

    Mata pemuda itu menatap lurus San, tampak gemerlap diterpa cahaya senja, namun San juga menyadari sesuatu dari mata itu, yaitu 'kehampaan'.

.
.
.

   Ini hari Senin, hari pertama San masuk ke sekolah barunya. Setelah berpamitan dengan kakek, nenek dan kakaknya, San bergegas pergi ke sekolah menggunakan sepedanya. Di depan gerbang kayu rumah yang sudah lumayan berlumut, Byeol sedang berjemur sambil menggerakkan ekornya ke kanan dan kiri.

    Mata bulat bewarna ungu cerah itu menatap San. Kemudian kucing itu berjalan mendekat  dan mengusakkan tubuhnya pada kaki San.
  
  "Kita mainnya nanti, ya? Sekarang aku mau sekolah dulu." Ucap San sambil mengelus kepala Byeol.

    Setelah memastikan Byeol tak akan mengikutinya, San mengayuh sepedanya ke arah SMA 13 Laksmada. Sampai di gerbang SMA itu, San menuruni sepedanya, dia menengok kanan kiri mencari tempat parkir sepeda.
  
 
  "Tempat parkir sepeda ada di utara kantin." Sebuah suara mengejutkannya, San menoleh, bermaksud berterima kasih. Namun dia terkejut karena siapa yang bicara adalah pemuda yang ditemuinya ada di sawah kemarin lusa.

  "Makasih banyak, um.." San melihat name tag pemuda itu, "Wooyoung."
 
 
    Wooyoung mengangguk dan tersenyum lebar. Dia kemudian melambaikan tangan pada San, sebelum berlari pergi ke arah gedung yang San yakini adalah gedung kelas.
 
 
  "Lucu. Pasti temennya banyak." Batin San.
 
 
    Setelah San memakirkan sepedanya di tempat yang Wooyoung tunjukkan, San berjalan mencari ruang guru. San akhirnya menemukan ruang guru itu berada di dekat lapangan utama. Namun pas baru megang knop pintu, dia denger percakapan yang entah kenapa bikin San ngerasa kek lagi digibahin.
   
  
... Apakah dia tak tau apapun?"

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai KematianWhere stories live. Discover now