I saw him On you

8K 367 70
                                    

'Istrimu tidak bisa lagi diselamatkan. Aku sudah berusaha dan hanya sampai disini usahaku dan ini batasnya ia bertahan. Aku minta maaf'

.
.
.

"Pagi."

"Pagi..." Balas Tay saat mengoles slai coklat kesukaan anaknya.

"Ayah..." Suara anak itu menghentikan kegiatannya dan roti diatas tangan itu di raihnya dengan hati-hati.

"Itu belum selesai."

"Kenapa harus kau terus yang melakukannya, padahal ini mudah dan aku bisa sendiri."

Tay tersenyum manis melihat Pluem yang memang sudah mengoceh tiap hari saat mereka sarapan. Pleum selalu berharap Ayahnya tidak lagi memandangnya sebagai anak bayi sampai untuk urusan perutnya Tay masih mau melakukannya.

"Kau malu?"

"Bukan... Kalau kau terus mengoleskan slai setiap pagi begini di rotiku, aku kapan bisa melakukannya sendiri. Kau juga harus pikirkan dirimu Yah."

Tay hanya bisa tersenyum tidak mau membahas ini lagi. Ia sadar jika Anak semata wayangnya ini sudah beranjak dewasa.

"Minggu depan program Ayah mengundangmu, kita bisa kembali bekeja sama-sama kan?"

"Iya.. tapi apa kau tidak bosan selalu mengundangku di acaramu? Padahal banyak yang sudah menunggu untuk kau undang."

"Kau kan anakku mana mungkin aku merasa bosan."

"Tapi bagi orang lain yang melihatnya akan merasa bosan karena akan ada perkataan jika aku terlalu bergantung pada ketenaran Ayahku."

"Oh son tidak perlu berpikiran seperti itu, acara di programku mendapatkan rating yang tinggi jika bersamamu, tandanya mereka seantusias itu dengan kehadiranmu jangan berpikir yang buruk."

"Iya.. iya.." jawabnya lalu mengigit rotinya.

"Peum, hari ini kita makan malam diluar ya." Ini bukan lagi tawaran tetapi Tay selalu melakukannya setiap hari bersama Anaknya. Makan malam atau pergi kemanapun setelah mereka selesai bekerja.

Pluem mengangguk mengerti. Ia sadar betul Ayahnya begitu membutuhkannya semenjak ia hanya sekedar mengetahui bahwa ibunya sudah lama tidak ada Pluem selalu berusaha ada untuk Ayahnya.

Ia ditinggalkan Newwiee saat usia 5 tahun dimana hanya sekelebat kenangan tersisa yang ia ingat. Bahkan sampai detik ini Pluem tidak pernah tahu apa yang membuat ibunya pergi untuk selamanya meninggalkan ia dan Ayahnya.

Pluem tidak pernah mau bertanya pada Tay, ia takut Ayahnya akan kembali mengingat kesedihan itu dan membuatnya akan merasa bersalah nantinya.

Pluem tidak pernah mau bertanya pada Tay, ia takut Ayahnya akan kembali mengingat kesedihan itu dan membuatnya akan merasa bersalah nantinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Last Birthday (OS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang