GMF • Chapter 10

4 0 0
                                    

Malam itu, setelah selesai makan malam, Izuna, Ilana – mamanya, dan Ian – papanya berkumpul di ruang keluarga.

Saat hendak duduk tadi, Ilana sudah membawa sebuah gitar akustik di tangannya. Ilana yang duduuk di samping Izuna pun dengan lihai memetik satu per satu senar gitar tersebut hingga terciptalah alunan nada yang indah.

Ian yang tadinya duduk di hadapan Izuna dan Ilana pun bangkit berdiri karena ada panggilan masuk ke HP miliknya.

Selepas kepergian Ian untuk menerima panggilan di HP-nya itu, Ilana pun menghentikan petikan di gitar tersebut.

"Jadi?" kata Ilana membuat percakapan.

"Mama, kok berhenti sih?" tanya Izuna.

"Mama tau, kamu pengen cerita sesuatu," kata Ilana menatap sang putri.

"Um ... Mama pernah takut gak?" tanya Izuna spontan. Pertanyaan bodoh, mana mungkin ada orang yang tidak pernah merasa takut.

Ilana pun tertawa kecil, "Ya pasti pernahlah, Sayang," kata Ilana.

"Ah, iya," Izuna pun menjadi malu sendiri akibat pertanyaan konyol yang dia lontarkan kepada sang mama.

"Kamu kenapa hm?" tanya Ilana lagi berusaha untuk mendengarkan cerita putri semata wayangnya itu.

"Beberapa hari setelah Izuna masuk sekolah, Izuna udah punya beberapa temen baru, Ma," ucap Izuna.

"Ya, bagus dong kalau kamu udah punya banyak temen," balas Ilana.

"Beberapa, Ma. Bukan banyak," tandas Izuna.

"Iya, beberapa. Jadi?" ujar Ilana.

"Izuna takut buat mulai lagi, Ma," ungkap Izuna.

Mengerti dengan maksud perkataan sang putri, Ilana pun meletakkan gitar yang tadi digunakannya di stand gitar yang ada di samping sofa yang didudukinya bersama Izuna. Setelah itu kembali menghadap ke Izuna dan mengusap pipi putri semata wayangnya itu. "Kamu jangan takut. Mama tau kamu gadis yang kuat, Sayang," kata Ilana.

"Izuna berusaha, Ma. Tapi rasa takut itu tetep aja selalu datang," kata Izuna mulai mengeluh pada mamanya.

"Kamu harus lawan rasa takut itu, Sayang. Ingat, kamu punya Mama sama Papa. Kita selalu ada buat kamu," kata Ilana berusaha memberi semangat baru untuk purtinya itu.

🦉🦉🦉

Sekarang Izuna sudah berada di 'kerajaannya'. Tempat dimana dia bisa melakukan segalanya, ya di kamarnya sendiri.

Setelah bercerita kepada sang mama, Izuna pun memilih untuk pergi ke kamarnya. Dan disinilah dia sekarang, di balkon kamarnya lebih tepatnya. Udara malam Kota Bogor memang tidak ada duanya.

Izuna kembali mengingat beberapa hari yang sudah dilaluinya selama di Bogor. Dimulainya dari kepindahannya ke sini, heri pertamanya masuk sekolah, waktu dia berkenalan dengan Safira, kemudian saat dia bertabrakan dengan orang yang sama sekali tak dikenalnya saat hendak menuju parkiran, dilanjutkan dengan saat Itama menjemputnya ke kelas untuk menemui kepala sekolah, saat di terkenal pantulan bola basket pada saat jam pelajaran olahraga dan di obati oleh orang yang ditabraknya pada saat hendak menuju parkiran tempo hari, kemudian hari dimana dia menerima untuk bergabung dengan tim olimpiade Matematika sekolah, dan semuanya sampai detik ini.

"Belum lama gue disini, gue udah ngalamin banyak hal," Izuna bergumam.

Banyak hal yang telah dilalui Izuna, dan belum ada hal buruk yang menghampirinya. Ya, syukurlah.

Setelah merasa malam sudah semakin larut, Izuna pun masuk dan membaringkan dirinya di tempat tidur miliknya. Izuna langsung menarik selimut dan membungkus dirinya dengan selimut itu.

🦉🦉🦉

Haiii...
Holaaa...
Annyeong...

💜💜💜

Welcome back to my story

💜💜💜

Terimakasih sudah membaca GMF

💜💜💜

Hope u enjoy this story guys

💜💜💜

Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak kalian di kolom komentar

💜💜💜

See u di next chapture
Borahae

~LuvyAliennn

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Guess My FeelingWhere stories live. Discover now